OPEC Diprediksi Kurangi Pemotongan Produksi, Minyak Jatuh Hampir 1%
Monday, July 13, 2020       13:39 WIB

Ipotnews - Minyak merosot hampir 1%, Senin, ketika para  trader  mencermati pertemuan teknikal OPEC pekan ini yang diperkirakan merekomendasikan pelonggaran pemotongan pasokan yang belakangan ini menopang harga minyak mentah.
Minyak mentah berjangka Brent, patokan internasional, turun 29 sen, atau 0,7%, menjadi USD42,95 per barel pada pukul 12.10 WIB, sedangkan minyak mentah berjangka West Texas Intermediate, patokan Amerika Serikat, berada di posisi USD40,25 per barel, menyusut 30 sen, atau 0,7%, demikian laporan  Reuters,  di Singapura, Senin (13/7).
Minyak sedikit berubah pekan lalu karena lonjakan kasus virus korona mendorong sejumlah negara bagian AS memberlakukan pembatasan perjalanan yang lebih ketat, yang dapat mengurangi pemulihan permintaan minyak di konsumen terbesar dunia itu.
Namun, harga melonjak lebih dari 2%, Jumat, setelah Badan Energi Internasional menaikkan proyeksi permintaan minyak 2020 sebesar 400.000 barel per hari.
Harga minyak pulih kembali dari posisi terendah multi-dekade pada April ketika Organisasi Negara Eksportir Minyak dan sekutunya, termasuk Rusia, kelompok yang dikenal sebagai OPEC +, memangkas produksi dengan rekor 9,7 juta barel per hari (bph) selama Mei hingga Juli.
Joint Ministerial Monitoring Committee ( JMMC ) OPEC akan bertemu, Selasa dan Rabu, untuk merekomendasikan level pengurangan berikutnya, setelah kepatuhan dalam kartel tersebut mencapai 107% pada Juni, melejit dari 77% pada Mei.
OPEC dan Rusia diperkirakan mengurangi pemotongan pasokan mereka karena permintaan minyak global mulai pulih dan harga bangkit kembali, ungkap narasumber OPEC +.
"Mereka melakukan pekerjaannya dengan baik untuk membawa harga setingginya, seperti yang diperkirakan, dalam jangka menengah, sehingga mereka harus sangat berhati-hati terkait merusak sentimen," kata Tony Nunan, Manajer Risiko Mitsubishi Corp, di Tokyo.
Harga yang lebih tinggi mendorong beberapa produsen AS untuk memulai pengeboran lagi, bahkan ketika jumlah rig minyak dan gas alam yang beroperasi mencapai rekor terendah selama 10 pekan berturut-turut.
Libya mengekspor kargo minyak mentah pertamanya dalam enam bulan, Jumat, setelah blokade oleh pasukan timur, tetapi kemudian memaksakan kembali  force majeure  pada semua ekspor minyak, Minggu.
National Oil Corp menuding Uni Emirat Arab menginstruksikan pasukan timur dalam perang saudara Libya untuk memberlakukan kembali blokade tersebut. (ef)

Sumber : Admin

berita terbaru