Optimisme terhadap Bursa Saham Indonesia Meningkat … Hanya Sampai Mei(?)
Thursday, December 06, 2018       15:16 WIB

Ipotnews - Bursa saham Indonesia, bersama-sama dengan Filipina, tampil sebagai pasar ekuitas di Asia yang membukukan kenaikan sepanjang kuartal ini. Pada November lalu dana asing senilai USD609 juta masuk ke pasar ekuitas Indonesia, sekaligus mencatatkan aliran bulanan dana asing terbaik sejak April 2017.
Optimisme terhadap ekonomi Indonesia tumbuh setelah kejatuhan harga minyak mentah dan hasil pemilu sela do AS yang memacu harapan bahwa Presiden AS Donald Trump akan membatasi belanja anggaran dan retorika perang dagangnya.
Sean Gardiner, ahli strategi Morgan Stanley, mengaku optimistis terhadap prospek bursa saham Indonesia dalam jangka panjang. Menurutnya, belanja sektor swasta setelah pemilihan umum tahun depan kemungkinan akan mengisi kesenjangan yang ditinggalkan oleh pemangkasan belanja pemerintah, sehingga mendorong pertumbuhan pendapatan perusahaan.
Data yang dirilis November menunjukkan bahwa ekspansi ekonomi Indonesia bertahan di atas 5 persen selama tujuh kuartal berturut-turut, mengesampingkan dampak pelemahan rupiah dan serangkaian kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia.
"Kekhawatiran politik tentang capian pasar sepanjang 2017 telah memudar tahun ini, sehingga konstruktif terhadap prospek ekuitas," kata Gardiner, seperti dikutip Bloomberg, Kamis (6/12).
"Pasca pemilu, apa yang akan kita lihat adalah kembalinya belanja modal sektor swasta, yang pada dasarnya telah sedikit ditahan selama dua tahun terakhir, sehingga selanjutnya akan terjadi tahap pertumbuhan pendapatan," imbuhnya.
Tapi menurut John Rachmat, ahli strategi PT Pinnacle Persada Investama, masa-masa untuk meraup keuntungan dari bursa saham Indonesia kemungkinan hanya berlangsung hingga Mei tahun depan, karena adanya dua risiko yang signifikan.
Dia memperkirakan Indeks Harga Saham Gabungan ( IHSG ) bisa mengalami reli hingga 9,2 persen ke level 6.700 sebelum Mei mendatang, termasuk kenaikan 2,6 persen pada kuartal ini. Namun setelah Mei, peluang untuk mendapatkan untung menjadi tidak pasti.
Rachmat mengatakan, ada kemungkinan penghentian mendadak belanja sosial pemerintah setelah pemilihan umum pada bulan April. Selain itu, ada pula risiko kenaikan tajam harga bahan bakar domestik.
"Sikap  bullish  kami memiliki tanggal kedaluwarsa, dan saya akan bersikap  bullish  sampai sekitar Mei tahun depan," kata Rachmat dalam wawancara dengan TV Bloomberg, Rabu lalu. "Saya mengekspektasikan pemerintah akan membatasi belanja sosialnya begitu pemilihan presiden berakhir. Jadi pertumbuhan PDB kuartal kedua [2019] mungkin akan mengecewakan," imbuhnya.
Senda dengan Rachmat, manajer investasi Aberdeen Standard Investments, Bharat Joshi, merekomendasikan agar investor memanfaatkan reli di bursa saham Indonesia sebelum berakhir. Dia menunjukkan sejumlah sinyal, bahwa meredanya ketegangan perdagangan AS-Cina hanya sakan sedikit berpengaruh terhadap perbaikan prospek ekonomi global.
"Keuntungan yang diperoleh dari gencatan senjata AS- China baru-baru ini, lebih seperti reaksi spontan, dan saya tidak mengekspektasikan akan membantu fundamental global secara keseluruhan di masa mendatang," kata Joshi. "Saya akan mempersiapkan diri untuk menguangkannya dalam enam bulan." (Bloomberg/kk)

Sumber : Admin