Output Terhambat Gangguan Listrik, Zinc Sentuh Level Tertinggi 14 Tahun
Thursday, October 14, 2021       14:39 WIB

Ipotnews - Harga seng (zinc) menyentuh level tertinggi 14 tahun, Kamis, setelah produsen Nyrstar mengumumkan rencana untuk memangkas outputnya di tengah lonjakan harga listrik di Eropa.
Kontrak seng November yang paling aktif diperdagangkan di Shanghai Futures Exchange melesat sebanyaknya 8% menjadi 25.700 yuan (USD3.993,66) per ton, level tertinggi sejak Oktober 2007, demikian laporan  Reuters,  di Hanoi, Kamis (14/10).
Sementara, harga seng untuk kontrak pengiriman tiga bulan di London Metal Exchange melambung sebanyaknya 6,9% menjadi USD3.637,50 per ton, level yang tidak terlihat sejak Juli 2007.
Nyrstar mengatakan akan memangkas output hingga 50% di tiga pabrik peleburan seng Eropa mulai Rabu.
Harga listrik mencapai rekor tertinggi dalam beberapa pekan terakhir, didorong kekurangan pasokan listrik di Asia dan Eropa, dengan krisis China diperkirakan berlangsung hingga akhir tahun, dan menghambat pertumbuhan di ekonomi terbesar kedua di dunia itu.
"Pasar khawatir smelter di luar negeri akan semakin mengurangi produksi," kata perusahaan pialang Huatai Futures dalam sebuah laporan.
"Baru-baru ini, pabrik peleburan seng di Guangxi, Yunnan, dan sejumlah tempat lain terus membatasi produksi karena pemadaman listrik, dan...output diperkirakan menurun pada Oktober," papar Huatai, mengacu pada provinsi di China.
Timbal ShFE melejit 3,7% menjadi 15.320 yuan per ton, tembaga meningkat 3,4% menjadi 72.550 yuan per ton dan nikel naik 0,3% menjadi 144.900 yuan per ton.
Tembaga LME menguat 1,9% menjadi USD9.834 per ton, nikel bertambah 1,4% menjadi USD19.185 per ton, aluminium naik 0,8% menjadi USD3.091 per ton, dan timbal melesat 1,6% menjadi USD2.280,50 per ton.
Harga gerbang pabrik tahunan China naik lebih cepat dari ekspektasi pada September, didorong meningkatnya harga bahan baku, menambah tekanan pada bisnis yang sudah bergulat dengan pembatasan energi dan  bottleneck  pasokan.
Pertumbuhan ekonomi China kemungkinan akan melambat menjadi 5,5% pada 2022 dari ekspektasi ekspansi sebesar 8,2% tahun ini, jajak pendapat  Reuters  menunjukkan, tetapi bank sentral akan tetap berhati-hati tentang pelonggaran moneter karena kekhawatiran atas risiko utang yang tinggi dan properti. (ef)

Sumber : Admin