Pasar Hindari Risiko, Dolar Meroket ke Level Tertinggi Dua Pekan
Friday, October 16, 2020       05:13 WIB

Ipotnews - Dolar melejit ke level tertinggi dua pekan, Kamis, dan yen menguat karena investor memburu  safe-haven  di tengah tanda-tanda terhentinya pemulihan ekonomi Amerika dan stimulus fiskal yang baru tampaknya tidak mungkin dicapai sebelum pemilihan presiden AS.
Dolar melesat karena Wall Street merosot menyusul data yang menunjukkan pemulihan pasar tenaga kerja kehilangan kekuatannya dan aktivitas manufaktur New York jatuh lebih tajam dari yang diantisipasi.
Klaim pengangguran mingguan naik menjadi 898.000, bertambah 53.000 dari minggu sebelumnya, dan di atas ekspektasi 825.000, meningkatkan kekhawatiran pandemi Covid-19 menyebabkan kerusakan permanen pada pasar tenaga kerja, demikian laporan  Reuters  dan  Xinhua,  di New York, Kamis (15/10) atau Jumat (16/10) pagi WIB.
Presiden Donald Trump mengatakan dia bersedia untuk meningkatkan tawarannya sebesar USD1,8 triliun bagi kesepakatan bantuan Covid-19 dengan Demokrat di Kongres. Tetapi gagasan itu ditentang oleh rekannya dari Partai Republik, Pemimpin Mayoritas Senat Mitch McConnell.
"Masih ada jarak antara semua pihak yang memiliki peran untuk dimainkan dalam kesepakatan dan asumsi pasar bahwa kesepakatan akan datang lebih cepat mendapatkan tantangan," kata Keith Buchanan, Manajer Portofolio GLOBALT Investments di Atlanta.
"Tantangan itu menjadi semakin jelas setiap hari yang berlalu tanpa kemajuan signifikan sejauh menyangkut negosiasi dan kita tidak melihatnya."
Indeks Dolar (Indeks DXY), ukuran  greenback  terhadap sekeranjang enam mata uang utama, naik 0,51 persen menjadi 93,86, setelah menyentuh level tertinggi dua minggu di 93,91.
Poundsterling, terangkat pada sesi Rabu oleh tanda-tanda kemajuan dalam perundingan Brexit, melepaskan keuntungan karena kekhawatiran tentang pembicaraan perdagangan dengan Eropa muncul kembali dan London menghadapi pembatasan virus korona yang lebih ketat.
Terakhir, sterling diperdagangkan USD1,2893, turun 0,91% pada hari itu.
Uni Eropa memberi beban pada Inggris untuk berkompromi terkait kombinasi ekonomi baru mereka atau bersiap untuk gangguan perdagangan dalam waktu kurang dari 80 hari, menarik reaksi dingin dari Inggris, yang mengatakan "kecewa" dan akan meresponsnya Jumat. Selain itu, meningkatnya kasus virus korona di seluruh blok tersebut menyebabkan kekhawatiran tentang kemungkinan kejatuhan ekonomi.
Prancis memberlakukan jam malam ketika infeksi virus korona meningkat, dan anggota Uni Eropa lainnya juga menanggapi lonjakan kasus tersebut dengan pembatasan baru.
Pasar ketar-ketir gelombang baru penguncian tersebut dapat menghentikan pemulihan global karena harapan untuk stimulus AS sebelum pemilu 3 November memudar.
Kendati melemah terhadap dolar, yen menguat 0,12% versus euro. Dilaporkan  Bloomberg , Bank Sentral Eropa "melihat sedikit alasan" untuk terburu-buru memberikan stimulus baru bulan ini bahkan ketika kasus virus korona melonjak dan ekonomi melambat.
Euro turun 0,41% terhadap dolar menjadi USD1,1698.
Pada akhir perdagangan di New York, dolar Australia turun menjadi USD0,7091 dari USD0,7166. Dolar AS dibeli 105,46 yen, lebih tinggi dari 105,10 yen pada sesi sebelumnya.
Sementara,  greenback  menguat jadi 0,9151 franc Swiss dari 0,9131 franc Swiss, dan naik ke posisi 1,3226 dolar Kanada dari 1,3145 dolar Kanada. (ef)

Sumber : Admin