Pasar Tunggu Data Ekonomi dan Musim Laporan Keuangan, Dolar Keok
Monday, July 13, 2020       15:35 WIB

Ipotnews - Dolar AS melemah, Senin, karena investor mencermati data ekonomi global dan laporan keuangan perusahaan Amerika yang akan dirilis untuk mengukur apakah optimisme yang dipertahankan pasar terhadap prospek ekonomi bisa dibenarkan.
Dolar AS mengakhiri kerugian pekan ketiga, Jumat, ketika investor membeli mata uang yang sensitif terhadap risiko dengan spekulasi bahwa dampak terburuk dari pandemi tersebut telah berakhir.
Indeks Dolar (Indeks DXY) yang mengukur  greenback  terhadap sekeranjang enam mata uang utama, tergelincir 0,2% menjadi 96,416 pada awal perdagangan Eropa, demikian laporan  Reuters,  di London, Senin (13/7).
Kasus virus korona di Amerika Serikat melonjak selama akhir pekan lalu, ketika Florida melaporkan peningkatan lebih dari 15.000 kasus baru dalam 24 jam, rekor untuk negara bagian mana pun, melampaui rekor puncak di New York, April lalu.
"Kami memperkirakan penurunan dolar yang luas untuk terus berlanjut, mendukung mata uang  emerging market  (terlepas dari masalah virus korona lokal) dan melihat euro/dolar di USD1,15 dalam 3 bulan," kata Lars Sparres Merklin, analis Danske Bank, dalam sebuah catatan kepada klien.
"Itu terus menjadi observasi berulang, dengan pasar tidak terbebani oleh sejumlah masalah saat ini dengan virus korona di  emerging market  dan beberapa negara bagian AS, tidak sedikit kemungkinan laporan keuangan saat ini masih lemah."
Merklin menambahkan bahwa fokus pasar adalah arah ketimbang tingkat aktivitas ekonomi, yang didukung kebijakan fiskal dan moneter.
Harapan untuk pengembangan obat dan vaksin untuk penyakit tersebut juga mendukung sentimen risiko seperti juga indikator ekonomi yang sejauh ini menunjukkan pemulihan dari penguncian.
Data inflasi konsumen AS untuk periode Juni akan dirilis Selasa, sementara penjualan ritel, ukuran konsumsi utama, diumumkan dua hari berselang.
Musim laporan keuagan perusahaan Amerika akan dimulai pekan ini, menyediakan jendela lain untuk menilai skala kerusakan, serta pemulihan, dari pandemi tersebut.
Euro naik 0,26% menjadi USD1,1328, mempertahankan tren kenaikan yang lambat sejak akhir bulan lalu.
Fokus mata uang bersama itu akan tertuju pada KTT Uni Eropa yang direncanakan pada 17-18 Juli, di mana para pemimpin akan berupaya menjembatani kesenjangan pada anggaran jangka panjang. Investor juga akan mencermati kesepakatan tentang proposal dana pemulihan senilai 750 miliar euro bagi blok mata uang itu.
Poundsterling Inggris menguat 0,2% menjadi USD1,2641, mendekati level tertinggi tiga pekan, yakni USD1,2668, yang disentuh pekan lalu. Dolar Australia meningkat 0,4% menjadi USD0,6975.
"Kita melihat rebound cepat setelah penurunan cepat dalam berbagai data ekonomi. Tetapi melihat ke depan, perbaikannya bisa melambat atau kita bahkan bisa melihat kemunduran mengingat infeksi putaran kedua," kata Masafumi Yamamoto, Kepala Strategi Mata Uang Mizuho Securities.
Indeks kepercayaan konsumen mingguan di Australia menyusut setelah lonjakan infeksi virus korona di Melbourne dan itu bisa digaungkan di Amerika Serikat, di mana besarnya wabahnya jauh lebih besar, kata Yamamoto.
Dolar naik tipis terhadap  safe-haven  yen, menjadi 106,95 yen, bertahan di dekat posisi terendah dua pekan 106,635 yang dicapai pada sesi Jumat.
Investor juga melihat ke China, di mana pemulihan ekonomi memperoleh momentum karena wabah tersebut sebagian besar sudah dikendalikan.
China akan merilis data perdagangan Juni, Selasa, dan sejumlah data lainnya, termasuk PDB kuartal kedua, pada Kamis. Yuan China naik 0,1% menjadi 7 per dolar. (ef)

Sumber : Admin