Pasar Asean akan Mendapat Manfaat dari Kondisi Makro yang Menguntungkan di 2022: Manulife
Friday, January 21, 2022       15:01 WIB

Ipotnews - Pasar di Asia Tenggara memiliki prospek yang baik pada paruh kedua tahun 2022, meskipun menghadapi hambatan makro termasuk inflasi AS, ketegangan geopolitik, dan munculnya varian baru Covid-19.
Rilis Manulife Investment Management, Kamis (20/1) menyebutkan segmen  wealth and asset management  Manulife Financial Corporation mencatat bahwa pembentukan kembali inventaris dan berkurangnya gangguan rantai pasokan akan membantu mendorong pemulihan yang lebih berkelanjutan tahun ini, dibandingkan dengan " rebound  yang terhambat " pada 2021.
Sue Trinh, kepala strategi makro (Asia) Manulife Investment Management mengatakan, secara keseluruhan, kondisi makro diperkirakan akan lebih baik tahun ini karena pembukaan kembali dan pemulihan ekonomi Asia termasuk beberapa pasar Asean
"Kekhawatiran terbesar adalah masih lemahnya permintaan konsumen yang akan terekspos oleh penurunan pertumbuhan ekspor yang membayangi. Di sisi lain, ekspektasi inflasi Asia yang lebih rendah bermuara pada satu faktor sederhana - surplus perdagangan. Memaksimalkan produksi ekspor tetap menjadi pendorong pertumbuhan marjinal untuk melalui pandemi," imbuh Trinh, seperti dikutip laman The Business Times, Jumat (21/1).
Namun, laporan tersebut memperingatkan adanya potensi tantangan pada paruh pertama tahun 2022 karena inflasi akan tetap "cenderung tinggi" untuk bulan-bulan awal tahun ini.
Trinh mengamati bahwa inflasi yang tinggi tidak dapat diatasi dengan kebijakan suku bunga karena kemungkinan besar disebabkan oleh masalah pasokan global dan kemungkinan ketergantungan pada likuiditas global, yang "penting bagi pertumbuhan Asia".
"Kami pikir ekuitas dan pendapatan tetap  emerging market  Asia akan didukung oleh sikap kebijakan moneter yang akomodatif dan berada dalam posisi yang lebih baik untuk menahan risiko  tapering  dari Federal Reserve AS, dibandingkan pada 2013, berkat posisi eksternal yang lebih kuat, ketergantungan yang lebih rendah pada eksternal, dan posisi yang lebih seimbang," Trinh menambahkan.
Ronald Chan, kepala investasi ekuitas (Asia ex-Jepang) di Manulife Investment Management mengatakan, bahwa pasar Asia Tenggara khususnya cenderung menjadi pendorong pertumbuhan utama dan penerima manfaat untuk ekuitas Asia secara keseluruhan, mengingat ketegangan sebelumnya antara China dan AS.
Munculnya Omicron, risiko  tapering  AS dan pola pertumbuhan China akan berdampak pada semua pasar Asia. Tetapi, menurut Chan, pertumbuhan Asia Tenggara diproyeksikan lebih tinggi daripada China karena akan mendapat manfaat dari momentum pertumbuhan 6 hingga 7 persen di India, imbal hasil riil yang lebih tinggi di India, dan ekonomi serta penanaman modal asing langsung di berbagai sektor Indonesia.
Chan menyoroti produsen baterai Indonesia, produsen mobil Thailand dan rantai pasokan TI Malaysia sebagai penerima manfaat dari menigkatnya investasi.
Pembukaan kembali ekonomi dan pelonggaran pembatasan perjalanan juga akan memungkinkan Asia Tenggara untuk "memainkan peran penting pascapandemi dalam lintasan ekonomi Asia," ujar Chan.
Sementara itu, tulis laporan itu, pasar pendapatan tetap Asia akan memiliki peluang yang signifikan, meskipun perubahan peraturan dan risiko khusus di beberapa pasar menciptakan kinerja yang berbeda antara surat utang layak investasi dan investasi dan berimbal hasil tinggi.
Murray Collis, wakil kepala investasi pendapatan tetap (Asia ex-Jepang) di Manulife Investment Management mengatakan bahwa obligasi imbal hasil tinggi Asia menawarkan "valuasi yang sangat menarik" di atas rata-rata historis, sementara penerbitan obligasi ESG diperkirakan akan tumbuh pada tahun 2022. Lebih banyak sektor dan negara mulai menawarkan obligasi ESG setelah Konferensi Perubahan Iklim PBB ke-26 pada bulan Oktober dan November 2021.
Meskipun Collis mengakui bahwa "tahun 2021 yang menantang" untuk surat utang Asia masih menjadi alasan investor untuk tetap berhati-hati, namun ia yakin harga aset yang rendah pada obligasi berimbal hasil tinggi menghadirkan "peluang yang menarik" untuk pasar pendapatan tetap yang berkelanjutan, dalam lingkungan yang terus menawarkan suku bunga rendah secara historis. (The Bursiness Times)

Sumber : Admin