Pasar Cermati Kesepakatan Dagang dan Stok Amerika, Minyak Relatif Stabil
Tuesday, January 14, 2020       15:27 WIB

Ipotnews - Harga minyak relatif stabil, Selasa siang, setelah penurunan baru-baru ini, karena investor fokus pada penandatanganan kesepakatan perdagangan awal antara Amerika dan China, dua konsumen minyak terbesar dunia, juga pada ekspektasi penurunan stok AS.
Namun, kenaikan harga tertahan seiring meredanya ketegangan Timur Tengah, dengan Teheran dan Washington menjauh dari eskalasi lebih lanjut setelah pertikaian bulan ini.
Minyak mentah berjangka Brent, patokan internasional, naik tipis 2 sen menjadi USD64,22 per barel pada pukul 14.38 WIB, demikian laporan  Reuters , di Singapura, Selasa (14/1).
Sementara, patokan Amerika Serikat, minyak mentah berjangka West Texas Intermediate, turun 4 sen menjadi USD58,04 per barel. Kedua patokan minyak itu masing-masing anjlok sekitar 5% dan 6%, pekanlalu.
"Harga minyak  rebound  moderat, setelah empat mengalami tekanan jual cukup hebat," kata Edward Moya, analis OANDA, menunjuk pada optimisme kesepakatan perdagangan dan memudarnya kekhawatiran konflik AS-Iran.
"Harga minyak  rebound  secara tentatif setelah penjual yang kelelahan masuk lagi, ketika investor menunggu perkembangan selanjutnya mengenai perdagangan dan saat musim laporan keuangan dimulai."
Harga minyak mendapatkan dorongan menjelang penandatanganan kesepakatan perdagangan Fase 1 AS-China, di Gedung Putih, Rabu, yang menandai langkah besar dalam mengakhiri sengketa yang telah membebani pertumbuhan global dan menekan permintaan minyak.
China berjanji untuk membeli lebih dari USD50 miliar pasokan energi dari Amerika Serikat selama dua tahun ke depan, menurut sebuah sumber yang menjelaskan tentang kesepakatan perdagangan itu.
Namun, dengan para  trader  sudah memperhitungkan penandatanganan kesepakatan itu, ada lebih banyak risiko  downside  pada harga, kata Michael McCarthy, Kepala Strategi Pasar CMC Markets.
Secara terpisah, persediaan minyak mentah AS diperkirakan jatuh, minggu lalu, menurut jajak pendapat pendahuluan, Senin.
Jajak pendapat itu dilakukan sebelum rilis laporan dari American Petroleum Institute (API), kelompok industri, dan Badan Informasi Energi, lembaga dari Departemen Energi AS.
Impor minyak mentah China pada 2019 melonjak 9,5% dari tahun sebelumnya, mencetak rekor untuk tahun ke-17 berturut-turut, karena pertumbuhan permintaan dari kilang mendorong pembelian minyak mentah oleh importir terbesar dunia itu, data menunjukkan, Selasa.
Di tempat lain, Menteri Energi Arab Saudi, Pangeran Abdulaziz bin Salman, mengatakan negaranya akan berupaya menjaga stabilitas pasar minyak pada saat ketegangan AS-Iran meningkat dan ingin melihat harga yang berkelanjutan serta pertumbuhan permintaan.
Harga minyak melonjak ke level tertinggi dalam hampir empat bulan setelah serangan  drone  AS membunuh komandan Iran pada 3 Januari, dan Teheran membalas dengan meluncurkan rudal terhadap pangkalan AS di Irak. Tetapi harga minyak merosot lagi ketika Washington dan Teheran mundur dari potensi konflik secara langsung, minggu lalu.
Pangeran Abdulaziz mengatakan masih terlalu dini untuk membicarakan apakah Organisasi Negara Eksportir Minyak ( OPEC ) dan sekutunya, kelompok yang dikenal sebagai OPEC +, akan melanjutkan pembatasan produksi yang bakal berakhir Maret. (ef)

Sumber : Admin

berita terbaru