Pasar Keuangan Indonesia Terdampak Normalisasi Kebijakan Moneter Global
Thursday, June 23, 2022       17:27 WIB

Ipotnews - Pasar keuangan Indonesia tertekan akibat normalisasi kebijakan moneter global. Walau demikian, pasar surat berharga negara (SBN) masih cukup kuat bertahan karena porsi kepemilikan investor asing semakin berkurang.
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati, mengatakan pasar keuangan Indonesia mengalami tekanan menjelang FOMC the Fed pada 15 Juni 2022. Namun pasca FOMC , pasar keuangan mulai mengalami kondisi yang membaik. "Volatilitas index pasar saham (VIX) dan pasar obligasi ( MOVE ) menguat tajam, namun kembali menurun," kata Sri Mulyani dalam konferensi pers virtual APBN Kita Juni 2022, Kamis (23/6).
Index dolar AS juga mengalami kenaikan lebih tinggi dibanding pasca FOMC the Fed pada Mei 2022. Kurs rupiah terhadap dolar AS mengalami depresiasi sampai Rp14.800 per dolar AS. "Walau demikian, kinerja kurs rupiah tetap lebih baik dibanding mata uang emerging market yang lain," ujar Sri Mulyani.
Rupiah hanya terdepresiasi -3,8% terhadap dolar AS. Sementara peso terdepresiasi -6,4%, rupe terdepresiasi -5,0%, baht terdepresiasi -6,3%, ringgit terdepresiasi -5,5%, dan lira terdepresiasi sampai -30,3%.
Sri Mulyani mengakui tekanan juga menimpa pasar SBN domestik, namun masih cukup resiliance. Dampak FOMC metting Juni relatif kecil terhadap yield SBN, naik 0,9%. Market telah melakukan price in menjelang meeting.
Selain itu, perbankan dan BI juga masih mendominasi kepemilikan SBN. "Sementara kepemilikan asing turun bertahap sejak akhir 2019 sebesar 38,57% menjadi 16,32% per 21 Juni 2022," tutup Sri Mulyani.
(Adhitya)

Sumber : Admin