Pasar Khawatirkan Terjadi Resesi, Bursa Ekuitas Eropa Jeblok
Thursday, August 15, 2019       03:41 WIB

Ipotnews - Saham Eropa ditutup merosot tajam, Rabu, karena data ekonomi yang lemah dan inversi kurva imbal hasil obligasi memicu kekhawatiran resesi global.
Pan-Eropa Stoxx 600 anjlok 1,68% atau 6,24 poin menjadi 366,16, dengan semua sektor dan bursa utama bertengger di zona merah, demikian laporan   CNBC  , Rabu (14/8) atau Kamis (15/8) dini hari WIB.
Di Inggris, Indeks FTSE 100 menyusut 1,42% atau 103,02 poin menjadi 7.147,88, DAX Jerman berkurang 257,47 poin atau 2,19% menjadi 11.492,66, dan CAC 40 Prancis turun 2,08% (111,77 poin) menjadi 5.251,30.
Data ekonomi yang dirilis Rabu pagi menunjukkan produk domestik bruto Jerman menyusut sebesar 0,1% antara April dan Juni, memicu kekhawatiran akan resesi di ekonomi terbesar Eropa itu dan kemungkinan tersebut menekan sentimen investor.
Ini membebani blok mata uang tersebut, dengan PDB zona euro tumbuh hanya 0,2% ( quarter-on-quarter) , perlambatan signifikan dari pertumbuhan 0,4% dalam tiga bulan pertama tahun ini.
Kekhawatiran resesi semakin diperparah karena kurva imbal hasil US Treasury bertenor 2-tahun dan 10-tahun berbalik untuk kali pertama sejak 2007. Pembalikan dalam kurva imbal hasil tersebut--yang terjadi ketika  yield  obligasi bertenor lebih pendek meningkat di atas tenor yang lebih lama--secara tradisional ditafsirkan sebagai tanda peringatan resesi yang akan datang.
Imbal hasil obligasi Eropa mengikuti US Treasury untuk mencapai rekor terendah baru. Imbal hasil obligasi 10-tahun dan 30-tahun Jerman jatuh ke rekor terendah sepanjang masa, bersama dengan  yield  10-tahun Prancis. Sementara itu kesenjangan antara imbal hasil surat utang Inggris bertenor 2-tahun dan 10-tahun berbalik untuk pertama kalinya dalam lebih dari satu dekade.
Saham global reli, Selasa, setelah Presiden Donald Trump mengumumkan Amerika akan menunda batas waktu 1 September untuk pengenaan tarif 10% pada sisa impor China.
Penundaan itu mempengaruhi sekitar setengah dari sisa impor China senilai USD300 miliar, yang meliputi ponsel, laptop dan barang-barang konsumsi lainnya. Presiden Trump mengatakan penundaan tersebut dimaksudkan untuk mengurangi dampak potensial pada penjualan musim liburan AS.
Kembali ke Eropa, kelompok infrastruktur Inggris, Balfour Beatty, adalah emiten paling menonjol pada sesi Rabu, dengan sahamnya naik 10% dan mencapai level tertinggi sejak 2002 setelah laporan keuangan yang kuat.
Saham raksasa baja dan pertambangan Arcelormittal, sementara itu, turun 8%, jatuh dekat dengan bagian bawah Stoxx 600 dan menghapus dorongan dinikmati setelah pengumuman tarif AS, Selasa. (ef)

Sumber : Admin