Pasar Sambut Optimisme Kesepakatan Dagang, Wall Street Bergairah Lagi
Thursday, October 10, 2019       04:29 WIB

Ipotnews - Saham Wall Street menguat untuk kali pertama dalam tiga hari, Rabu, karena para  trader  berharap adanya kesepakatan dari perundingan perdagangan AS-China yang dimulai Kamis, bahkan jika itu hanya pakta terbatas.
Dow Jones Industrial Average naik 181,97 poin, atau 0,7% menjadi 26.346,01, demikian laporan   CNBC   dan  AFP , di New York, Rabu (9/10) atau Kamis (10/10) pagi WIB.
Sementara itu, indeks berbasis luas S&P 500 meningkat 0,91% atau 26,34 poin menjadi 2.919,40, sedangkan Nasdaq Composite Index melonjak 1,02% atau 79,96 poin menjadi 7.903,74.
Penguatan Wall Street melambat menuju sesi penutupan setelah  Reuters  melaporkan China menurunkan ekspektasi mereka untuk perundingan tersebut.
Saham Apple berkontribusi terhadap penguatan Wall Street, melambung 1,3% setelah analis Canaccord Genuity menaikkan target harganya pada pabrikan iPhone itu menjadi USD260 per saham dari USD240. Teknologi adalah sektor dengan kinerja terbaik di S&P 500, menguat lebih dari 1%.
Pada awal sesi Rabu,  Bloomberg News  melaporkan China siap untuk menerima kesepakatan perdagangan parsial selama tidak ada tarif yang dikenakan oleh Presiden Donald Trump. Laporan itu menambahkan bahwa Beijing akan menawarkan konsesi non-inti seperti pembelian produk pertanian sebagai imbalannya, tetapi tidak bergeming pada poin-poin utama yang mengikat antara kedua negara.
Secara terpisah,  Financial Times  melaporkan pejabat China menawarkan untuk meningkatkan pembelian produk pertanian AS, guna mencapai kesepakatan parsial.
"Lebih sulit membayangkan S&P 500 di level yang sama/lebih tinggi pada Oktober 2020 tanpa kesepakatan perdagangan, kepercayaan yang lebih baik terhadap pertumbuhan ekonomi global, dan peningkatan laba perusahaan," kata Nicholas Colas, endiri DataTrek Research.
"Namun, perlu diingat bahwa pasar yang lain tidak setuju dengan ketakutan  bearish  ini." Dia mencatat peringkat investasi dan  spread  imbal hasil korporasi hasil yang tinggi masih "cukup ketat."
Dua ekonomi terbesar di dunia itu memberlakukan tarif pada barang satu sama lain bernilai miliaran dolar sejak awal 2018, menghancurkan pasar keuangan dan membebani sentimen bisnis dan konsumen. Perselisihan yang berlangsung lama itu perlahan-lahan berkembang melampaui kebijakan perdagangan, memperburuk kekhawatiran tentang kerusakan lebih lanjut pada ekonomi global yang rapuh.
Sentimen perdagangan "tampaknya menjadi titik tumpu dari volatilitas pasar," kata analis CFRA Research, Sam Stovall.
"Investor sedang mencoba untuk memastikan apakah pemerintah akan puas dengan kesepakatan demi sedikit atau ingin konsesi yang luas. Pasar kemungkinan akan menyambut pola yang pertama, tetapi khawatir pada konsep yang terakhir."
Sementara itu, risalah Federal Reserve menunjukkan para petinggi bank sentral AS itu menjadi lebih cemas atas perlambatan global, meskipun prospek Amerika tetap bagus untuk saat ini.
Pasar berjangka memperkirakan The Fed akan menurunkan suku bunga lagi pada bulan ini.
Di antara saham individu, Johnson & Johnson anjlok dua persen setelah dewan juri di Pennsylvania memutuskan perusahaan itu harus membayar USD8 miliar sebagai ganti rugi atas obat kejiwaan Risperdal. Perusahaan mengatakan akan mengajukan banding.
American Airlines melambung 3,1 persen setelah mengatakan tolok ukur utama pada pendapatannya naik menjadi 2,5 persen dari 1,5 persen untuk kuartal ketiga, menunjukkan permintaan yang kuat meski ada pukulan dari Badai Dorian dan efek lanjutan dari pengandangan pesawat Boeing 737 MAX.
Maskapai itu kembali mendorong kerangka waktu untuk melanjutkan penerbangan dengan armada MAX, kali ini hingga 15 Januari 2020. (ef)

Sumber : Admin