Pasar Tunggu Kebijakan Moneter The Fed Bulan Ini, Rupiah Ditutup Melemah
Tuesday, January 18, 2022       16:05 WIB

Ipotnews - Kurs rupiah ditutup melemah tipis terhadap dolar AS pada sore ini.Investor mewaspadai keputusan kebijakan moneter Federal Reserve (The Fed) pada 26 Januari 2022 nanti.
Mengutip data Bloomberg, Selasa (18/1) pukul 15.00 WIB, kurs rupiah akhirnya ditutup pada level Rp14.336 per dolar AS. Posisi tersebut menunjukkan pelemahan 12 poin atau 0,08% apabila dibandingkan dengan posisi penutupan pasar spot pada Senin sore kemarin (17/1) di level Rp14.324 per dolar AS.
Direktur PT. TRFX Garuda Berjangka,Ibrahim Assuaibi mengatakan, rupiah melemah karena investor sekarang menunggu keputusan kebijakan moneter The Fed yang akan keluar pada 26 Januari 2022. "Bank sentral telah mengindikasikan bahwa mereka dapat menaikkan suku bunga pada Maret 2022 untuk menahan inflasi yang tinggi," kata Ibrahim dalam keterangan tertulis, Selasa sore.
Faktor kedua pelemahan rupiah adalah pasar kerja global akan membutuhkan waktu lebih lama untuk pulih dari perkiraan sebelumnya. Proyeksi tersebut muncul dalam laporan Organisasi Buruh Internasional (ILO) yang dirilis pada hari Senin kemarin. "Pengangguran diperkirakan masih tetap di atas level sebelum COVID-19 hingga setidaknya sampai 2023 karena ketidakpastian tentang perjalanan dan durasi pandemi," tambah Ibrahim.
Namun pelemahan rupiah berlangsung tipis karena terbantu sentimen positif dari Jepang. Bank of Japan mempertahankan suku bunga acuannya tidak berubah pada -0,10% dalam keputusan kebijakan moneternya yang keluar Senin kemarin.
Selain itu, People's Bank of China ( PBOC ) justru melanjutkan pelonggaran kebijakan moneter setelah menurunkan suku bunga pinjaman satu tahun sebesar 10 basis poin menjadi 2,85% pada hari Senin kemarin. Itu juga memangkas suku bunga pada perjanjian pembelian kembali terbalik tujuh hari menjadi 2,1% dari semula 2,2%.
"Kebijakan PBOC sangat kontras dengan serangkaian kenaikan suku bunga yang diharapkan secara luas dari The Fed dalam 2022," ujar Ibrahim.
Neraca Perdagangan Indonesia (NPI) pada 2021 mengalami surplus sebesar USD35,34 miliar. Ini artinya sepanjang 2021, tak sekalipun neraca perdagangan Indonesia defisit. Ini juga membantu membuat pelemahan kurs rupiah cukup tipis hari ini.
"Kalau dibanding tahun 2020, 2019, bahkan 2016, neraca perdagangan tahun 2021 adalah yang paling tinggi dalam 5 tahun terakhir," tutup Ibrahim.
Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan ekspor pada Desember 2021 sebesar USD22,38 miliar atau tumbuh 35,30% (year on year/yoy). Sementara dibandingkan bulan sebelumnya ada penurunan 2,04%. Impor Desember mencapai USD21,36 miliar naik 47,93% yoy dan 10,52% mtm. Maka artinya surplus mencapai USD1,02 miliar. Surplus yang terjadi di Desember 2021 merupakan surplus selama 20 bulan beruntun. (Adhitya)

Sumber : Admin