Pasokan Amerika Makin Ketat, Minyak Dunia Melambung Hampir Dua Persen
Friday, July 30, 2021       05:38 WIB

Ipotnews - Harga minyak melesat, Kamis, dengan Brent mencapai USD76 per barel, karena pasokan di Amerika Serikat semakin ketat setelah menyusut ke level terkecil sejak Januari 2020.
Minyak mentah berjangka Brent, patokan internasional, ditutup melonjak USD1,31 per barel, atau 1,75% menjadi USD76,05 per barel, demikian laporan  Reuters,  di New York, Kamis (29/7) atau Jumat (30/7) pagi WIB.
Sementara itu, patokan Amerika Serikat, minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI), ditutup melambung USD1,23, atau 1,7% menjadi USD73,62 per barel.
Data dari penyedia informasi Genscape menunjukkan persediaan di pusat penyimpanan Cushing, Oklahoma, terus berkurang, kata sejumlah pedagang, Kamis. Stok Cushing terlihat di 36,299 juta barel pada Selasa petang, menyusut 360.917 barel dari 23 Juli.
Data persediaan di Cushing terlihat sehari setelah Badan Informasi Energi (EIA) Amerika melaporkan stok minyak mentah domestik turun 4,1 juta barel dalam sepekan hingga 23 Juli.
Cushing, titik pengiriman bagi kontrak minyak berjangka Amerika, mengalami penarikan stok tujuh kali berturut-turut.
Pasar mendapatkan dorongan tambahan dari dolar AS yang lebih lemah dan sinyal dari Iran bahwa tidak ada kesepakatan nuklir yang akan segera terjadi, kata Bob Yawger, Director of Energy Futures di Mizuho, New York.
Pada Juni, Brent mencapai USD75 per barel untuk pertama kalinya dalam lebih dari dua tahun, kemudian merosot awal bulan ini di tengah kekhawatiran tentang penyebaran cepat varian Delta virus korona dan kesepakatan produsen minyak terbesar untuk meningkatkan pasokan.
Pemulihan ekonomi Amerika masih berada di jalurnya meski terjadi lonjakan infeksi virus korona, tutur Federal Reserve, Rabu, dalam sebuah pernyataan kebijakan yang menandai pembicaraan yang sedang berlangsung seputar penarikan dukungan kebijakan moneter.
Dolar melemah sehari setelah pernyataan Federal Reserve bahwa pihaknya belum menetapkan waktu untuk mulai mengurangi pembelian obligasinya.
Indeks Dolar (Indeks DXY) turun 0,41% menjadi 91,882, level yang terakhir terlihat pada 29 Juni. Dolar yang lesu mengangkat euro naik 0,39% menjadi USD1,1888, tingkat tertinggi dalam lebih dari 3 minggu.
Dolar yang lebih lemah dapat meningkatkan permintaan investor bagi komoditas berdenominasi  greenback,  termasuk minyak mentah.
"Kendati risiko terhadap prospek permintaan dapat meningkat karena pemerintah di seluruh Eropa mengurangi izin untuk pertemuan publik, kami mencatat bahwa pasar mengalami beberapa putaran pembatasan mobilitas...namun, pemulihan global tidak tergelincir signifikan," ungkap analis Citi.
Lebih lanjut mendukung prospek pasokan yang lebih ketat adalah pernyataan dari Iran yang menyalahkan Amerika Serikat atas jeda dalam pembicaraan nuklir, yang dapat berarti penundaan kembalinya minyak Iran ke pasar. (ef)

Sumber : Admin