Pemulihan Kinerjanya Tertunda, Rating INCO Jadi Hold
Saturday, April 27, 2019       17:15 WIB

Ipotnews - Vale Indonesia ( INCO ) membukukan rugi bersih USD 20,2 juta pada kuartal pertama 2019 (1Q19) dibandingkan dengan profit bersih yang diraih pada 4Q18 yang sebesar USD 5,3 juta dan USD 6,8 juta pada 1Q18.
Penurunan kinerja ini terutama disebabkan oleh kinerja operasional yang lesu di 1Q19 yang mana produksi nikel hanya 13.080 ton. Produksi ini turun 36 persen (QoQ) dan 24 persen (YoY).
Rugi kotor INCO pada 1Q19 sebesar USD 23,3 juta karena faktor pelemahan marjin seiring volume produksi yang drop. Pendapatan di periode tersebut tercatat USD 126,4 juta turun 36 persen (QoQ) dan 26 persen (YoY).
Proyeksi Produksi
Akibat produksi pada 1Q lesu, INCO memangkas target volume produksi pada 2019 (proyeksi) menjadi antara 70 ribu hingga 72 ribu ton. Analis PT Indo Premier Sekuritas Frederick Daniel Tanggela memperkirakan volume produksi INCO pada 2019 akan turun dari proyeksi semula 77 ribu ton menjadi 70 ribu ton.
Pada 2020, volume produksi INCO diperkirakan juga turun dari 85 ribu ton menjadi 75 ribu ton. Menurut Daniel, pelemahan produksi pada 1Q disebabkan banyak faktor di antaranya:
-Rencana aktivitas pemeliharaan terkait dengan penghubungan kembali Larona Canal.
-Penghentian pabrik dan isu tungku pembakaran yang tidak terencana.
Harga Nikel
Harga nikel diperkirakan turun menjadi antara USD 13 ribu per ton di tahun 2019 dan USD 14 ribu per ton pada 2020 dari perkiraan sebelumnya sebesar USD 14 ribu pada 2019 dan USD 15 ribu pada 2020.
Defisit suplai kemungkinan akan menyempit walaupun suplai global akan terus defisit pada tahun ini. "Karena volume produksi diperkirakan membaik terutama dari Indonesia," kata Daniel seperti dikutip dari risetnya pekan ini.
Dia menyebut persediaan nikel di LME dan SHFE masih turun tetapi beberapa trader nikel yakin suplai nikel untuk pengiriman di 2Q19 aman untuk memenuhi lonjakan demand sebesar 3 persen.
Hal ini akan membatasi kenaikan harga nikel pada beberapa bulan ke depan. Dengan asumsi ini, harga jual rata-rata (ASP) diperkirakan turun 6,6 persen pada 2019 dan 6,1 persen pada 2020. Jadi pendapatan INCO diperkirakan juga turun masing-masing 15 persen dan 14 persen pada 2019 dan 2020.
Rekomendasi
Indo Premier Sekuritas memangkas proyeksi laba INCO turun 71 persen dan 54 persen pada 2019 dan 2020. Rating INCO juga diturunkan menjadi Hold dari sebelumnya Buy dengan potensi upside hanya 3,3 persen.
Sedangkan target price turun menjadi Rp3.100 per saham dari sebelumnya Rp4.300/saham. Target price baru tersebut menyiratkan rasio P/BV masing-masing 1,09 kali dan 1,11 kali pada 2019 dan 2020.
(Riset Indo Premier Sekuritas)

Year To 31 Dec

2017A

2018A

2019F

2020F

2021F

Revenue (US$Mn)

629

777

709

818

935

EBITDA (US$Mn)

122

221

169

220

263

EBITDA Growth (%)

(16.3)

81.7

(23.6)

30.2

19.4

Net Profit (US$Mn)

-15

61

31

68

97

EPS (US$Cents)

(0.2)

0.6

0.3

0.7

1.0

EPS Growth (%)

(901.2)

(496.3)

(48.2)

116.7

42.2

Net Gearing (%)

(8.2)

(14.0)

(16.7)

(16.2)

(16.5)

PER (x)

n/m

34.7

67.0

30.9

21.7

PBV (x)

1.2

1.1

1.1

1.1

1.0

Dividend Yield (%)

0.0

0.0

0.0

1.0

1.4

EV/EBITDA (x)

16.0

8.3

10.5

8.1

6.7

 Source: INCO , IndoPremier   ; Share Price Closing as of : 25-April-2019 


Sumber : admin