Penetrasi Sangat Rendah, Hanya 1% Penduduk Indonesia Paham dan Main di Pasar Modal
Saturday, December 07, 2019       17:41 WIB

Ipotnews - Penetrasi pasar modal di Indonesia sangatlah rendah. Padahal untuk tumbuh menjadi negara maju, penting agar sebanyak mungkin penduduk Indonesia yang melek dan aktif berinvestasi di Pasar Modal.
Co-Founder Super Fund Trader Community, Liyanto Sudarso, mengatakan dari 260 juta penduduk Indonesia, yang mengerti dan paham serta berinvestasi di berbagai instrumen pasar modal hanya 1%. Mayoritas orang Indonesia masih lebih banyak menyimpan dananya di tabungan atau deposito di perbankan.
"Ini berbeda dengan negara maju seperti Jepang atau Eropa. Penduduknya banyak yang sudah berinvestasi di pasar modal. Artinya kalau Indonesia mau jadi negara maju, jangan kebanyakan deposito," kata Liyanto dalam acara event Fun(d) Talk Millennials #5 (FTM#5), di Estubizi Business Center & Coworking Space, Jakarta Selatan, Sabtu (7/12).
Oleh sebab itulah Liyanto mengajak para peserta FTM untuk semakin memahami lebih dalam lagi tentang seni berinvestasi di reksa dana. Terutama dari segi alokasi portofolio tentang kondisi waktu yang tepat untuk berinvestasi pada masing-masing jenis reksa dana.
"Waktu yang paling tepat bagi anda untuk berinvestasi di Reksa Dana Pendapatan Tetap adalah saat ini, dimana Bank Indonesia telah menurunkan suku bunga acuan. Saat suku bunga turun, karena pilihan investasi di deposito menjadi kurang menarik. Minat pada obligasi menjadi naik," jelas Liyanto.
Liyanto mengingatkan para peserta selaku investor, apabila hendak berinvestasi di reksa dana, tidak bisa menyerahkan sepenuhnya kepada manajer investasi bersangkuta. Investor tersebut tetap harus mempelajari dan memahami beberapa faktor yang memengaruhi kinerja sebuah reksa dana.
"Seperti data indikator ekonomi inti, seperti Gross Domestic Product (GDP), tingkat inflasi, Purchasing Manufacture Index (PMI), dan kondisi neraca perdagangan," tutur Liyanto.
Pemateri yang memiliki izin sebagai Wakil Manajer Investasi (WMI) ini juga memberikan berbagai tips menganalisis dan memahami jenis saham atau obligasi yang menjadi underlying asset dari sebuah reksa dana. Ditambah dengan cara melakukan uji konsistensi imbal hasil sebuah reksa dana guna untuk mengecek kesetabilan performa kinerja reksa dana dari waktu ke waktu.
"Semua faktor ini sangat penting untuk dikuasai, jika investor ingin berinvestasi reksa dana dengan imbal hasil yang maksimal dalam waktu yang tepat," ujar penuli buku "Taktis Berinvestasi Reksa Dana".
Pada saat yang sama, Brand Manager Produk Reksa Dana PT. Indo Premier Sekuritas, Mattheus Raharja mengakui saat ini masih banyak anggota masyarakat yang belum tahu cara menyimpan uang dengan benar.
"Menyimpan uang itu jangan hanya sekedar simpan atau parkir, tapi harus diakumulasi nilainya. Artinya aset yang semakin lama disimpan seharusnya memberikan nilai tambah di masa yang akan datang," tandas Ricky.
FTM adalah workshop rutin para investor PT. Indo Premier Sekuritas. Menariknya, di setiap gelarannya FTM selalu diminati lebih dari 50 investor pemilik Single Investor Identification (SID) yang tercatat di Kustodian Sentral Efek Indonesia ( KSEI ).
IndoPremier selaku sekuritas karya anak bangsa menyadari potensi pertumbuhan investor baru setiap tahunnya. Berdasarkan data PT Kustodian Sentral Efek Indonesia ( KSEI ), jumlah investor di pasar modal tercatat sebanyak 2,31 juta investor per 31 Oktober 2019 atau naik 42,72% dari posisi 1,61 juta investor pada akhir tahun lalu.
Bagi IndoPremier, investor baru perlu diedukasi dan didampingi secara intensif supaya benar-benar tahu cara mencapai kemerdekaan finansial. Literasi keuangan sudah menjadi kebutuhan bagi investor pemula.
Sebanyak 80-90 acara literasi dan inklusi keuangan dihelat IndoPremier setiap bulannya, agar masyarakat Indonesia semakin terbuka pemahamannya tentang financial technology. Dengan begitu, masyarakat tidak hanya konsumtif, tetapi dapat menjadikan dana yang dimiliki sebagai passive income. (Adhitya Himawan)

Sumber : admin