Perlukah Tes Antibodi Pasca-Vaksinasi Covid-19?
Sunday, July 25, 2021       14:13 WIB

Ipotnews - Panel Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) AS mengingatkan warga negara itu agar tidak menggunakan tes antibodi komersial untuk memeriksa tingkat kekebalan mereka terhadap Covid-19, pasca-vaksinasi.
Tes tersebut, kata panel CDC, tidak konsisten dan tidak dapat digunakan untuk mengukur perlindungan terhadap virus.Tes antibodi terutama digunakan untuk menentukan apakah seseorang sebelumnya telah terinfeksi virus Covid-19.
Laporan awal menunjukkan bahwa orang yang dites antibodi positif setelah diketahui terinfeksi, atau tanpa gejala, memiliki beberapa tingkat kekebalan. Dan kini, sebagian besar pejabat kesehatan setuju bahwa memiliki tes antibodi positif tidak berarti seseorang kebal dari risiko penularan virus.
"Antibodi setelah jangka waktu tertentu akan mulai turun lagi, itu bukan hal yang buruk," kata Dr. Todd Ellerin, direktur penyakit menular di South Shore Health. Keberadaan antibodi hanyalah sebagian dalam hal kekebalan.
"Antibodi hanyalah satu bagian dari sistem kekebalan. Anda juga memiliki bagian lain dari sistem kekebalan, seperti sel T," kata Ellerin. "Respon sel T mungkin sangat penting untuk melindungi dari penyakit parah karena mereka dapat menyerang virus secara langsung," imbuhnya, seperti dikutip ABC News, Sabtu (24/7).
Dengan tingginya kasus infeksi terobosan (infeksi pada orang yang telah di vaksin) di antara tim olahraga dan peserta Olimpiade, banyak orang mempertanyakan apakah mereka masih memiliki tingkat perlindungan yang sama terhadap varian delta seperti ketika setelah mendapat suntikan vaksin.
Namun para ilmuwan masih mencari apa yang disebut "korelasi perlindungan" - penanda dalam darah yang secara andal mengindikasikan adanya perlindungan. Dan mereka tidak selalu berpendapat bahwapelindung itu adalah antibodi. Ini berarti bahwa keberadaan antibodi - atau bahkan tingkat antibodi yang lebih spesifik - tidak selalu berkorelasi dengan tingkat perlindungan seseorang.
"Korelasi perlindungannya masih belum diketahui, sehingga tidak diketahui apakah tes antibodi positif setelah infeksi COVID-19 mewakili perlindungan terhadap varian apa pun, termasuk varian delta," kata Dr. Dan Barouch, direktur Pusat Riset Virologi dan Vaksin di Beth Israel Deaconess Medical Center.
Badan Pengawas Obat dan Makanan AS (FDA) sangat menentang tes antibodi sebagai cara untuk memeriksa kekebalan pada orang yang sudah divaksinasi penuh. Pada Mei lalu FDA menyebutkan bahwa "tes antibodi SARS -CoV-2 saat ini resmi tidak boleh digunakan untuk mengevaluasi tingkat kekebalan seseorang, atau perlindungan dari Covid-19 kapan pun, dan terutama setelah orang tersebut menerima vaksinasi Covid-19."
Para ahli sepakat bahwa peringatan ini mungkin membingungkan bagi sebagian konsumen. Apalagi tes antibodi rutin dilakukan untuk menguji kekebalan terhadap virus lain, seperti hepatitis B, campak, gondongan, rubella, dan varicella.
Akan tetapi, menurut para hali, Covid-19 berbeda.
"Umumnya tidak disarankan untuk menggunakan tes antibodi komersial untuk memantau respons terhadap vaksin, karena arti dari tes ini belum didefinisikan dengan baik dalam hal apakah mereka dapat memprediksi perlindungan vaksin atau tidak," kata Barouch.
Kinerja vaksin Covid-19 diketahui bukan melalui tes darah, tetapi dari uji klinis besar yang membandingkan sekelompok orang yang tidak divaksinasi dengan sekelompok orang yang divaksinasi. Ditemukan bahwa bahwa orang yang tidak divaksinasi sangat mungkin terinfeksi dan akan sakit parah karena Covid-19.
"Apa yang umumnya kami pikirkan adalah bahwa semua vaksin membawa Anda ke tingkat yang cukup tinggi. Bahkan jika jumlahnya berkurang, Anda masih terlindungi dari rawat inap," kata Ellerin.
"Karena vaksin, semua vaksin, telah melakukan pekerjaan yang luar biasa dalam mencegah rawat inap, kami pikir - berdasarkan beberapa studi pemodelan - Anda hanya perlu 3% dari rata-rata respons antibodi penetralisir untuk membuat Anda keluar dari rumah sakit," Ellerin menambahkan.
Sayangnya, tidak ada tes antibodi yang tersedia secara komersial yang dapat memberi tahu apakah kita benar-benar kebal terhadap Covid-19, atau berapa lama kekebalan yang diperoleh melalui infeksi alami atau yang dimediasi vaksin akan bertahan.
Menurut CDC dan FDA, satu-satunya waktu yang dapat diterima untuk menggunakan tes antibodi untuk memeriksa kekebalan adalah jika Anda mengajukan diri untuk studi klinis yang dipantau dengan cermat. (ABC News)

Sumber : admin