Premier Fund Monitor: Saham Global Pertahankan Reli Sepekan, Perhatikan Pilihan ETF IPIM Berikut...
Monday, October 25, 2021       11:06 WIB

Ipotnews - Saham global melanjutkan rebound dalam perdagangan sepanjang pekan lalu, dengan ekuitas AS terus naik untuk mencapai rekor tertinggi sepanjang masa, didorong oleh rilis data laba emiten yang kuat dan optimisme investor di tengah kekhawatiran inflasi yang meningkat.
Perkiraan pertumbuhan laba untuk S&P500 adalah 32,7% YoY pada Q3 2021, direvisi naik dari 27,5% pada akhir September, saat 84% dari konten S&P500 telah melaporkan laba dan angkanya mengalahkan perkiraan, menurut data FactSet. Jika terealisasi, ini akan menjadi pertumbuhan pendapatan secata tahun-ke-tahun tertinggi ketiga yang dilaporkan oleh indeks utama itu sejak 2010. Sementara itu, data ekonomi AS minggu ini beragam dengan izin bangunan, perumahan baru, produksi industri berada di bawah ekspektasi sementara penjualan rumah eksisting dan klaim pengangguran mingguan turun, lebih baik dari dari perkiraan.
Di tempat lain, pasar saham China naik sedikit di tengah pertumbuhan PDB yang lebih lemah dari perkiraan sebesar 4,9% YoY di Q3 (Q2: 7,9%), karena sentimen positif dari perusahaan properti yang sempat diisukan gagal bayar, Evergrande, melakukan pembayaran kupon yang tertunda dan menghindari default. Secara global, saham Pasar Negara Berkembang (Emerging Market/EM) naik 0,74%, lebih rendah daripada saham Pasar Negara Maju (DM/+1,34%), karena penurunan tajam di Amerika Latin. Sementara itu, harga obligasi global terus turun pekan ini, (kecuali di Indonesia yang diuntungkan dari pembalikan arus keluar aliran dana), karena meningkatnya kekhawatiran inflasi karena masih naiknya harga energi dan gangguan rantai pasokan yang terus-menerus. Imbal hasil UST 10-tahun naik hingga 1,64%, yang merupakan tertinggi lima bulan, menjelang Fed mengurangi pembelian asetnya yang diperkirakan akan dimulai bulan depan.
Di Indonesia, IHSG relatif datar (+0,16%) meskipun aliran masuk asing berkelanjutan sebesar Rp3,4Tn, yang merupakan kenaikan sepuluh pekan berturut-turut, sementara aliran pasar obligasi berbalik arah menjadi aliran masuk sebesar Rp5,8Tn untuk pertama kalinya setelah aliran keluar selama berminggu-minggu. Saham siklis di sektor perbankan, transportasi, konsumen, dan properti adalah gainer utama meskipun sebagian besar diimbangi oleh koreksi di saham energi, industri, kebutuhan pokok konsumen, perawatan kesehatan, dan teknologi.
Agenda Penting Sepekan ke Depan
Rilis data ekonomi utama yang menjadi fokus dalam sepekan ke depan adalah Penjualan Rumah Baru AS & Keyakinan Konsumen CB (Selasa 21:00), Pesanan Barang Tahan Lama AS (Rabu 19:30), Keputusan Suku Bunga ECB (Kamis 18:45), Pertumbuhan PDB AS, Indeks Harga PDB & Klaim Pengangguran (Kamis 19:30), Penjualan Rumah Tertunda AS (Kamis 21:00), Inflasi UE & Tingkat Pertumbuhan PDB Eropa (Jumat 16:00), Pendapatan & Pengeluaran Pribadi AS (Jumat 19:30) , Indeks Harga PCE AS (Jumat 19:30), Sentimen Konsumen Michigan AS (Jumat 21:00), serta PMI Manufaktur & Non-Manufaktur NBS China (Minggu 08:00).
Konklusi Investasi
Ekuitas global telah memperhitungkan pemulihan pertumbuhan yang kuat pada tahun 2021 tetapi masalah utama untuk pasar tahun ini telah bergeser ke inflasi, sebagaimana tercermin dalam kenaikan imbal hasil obligasi, karena hal ini dapat menyebabkan pengetatan kebijakan moneter di negara maju. Pergeseran tak terduga dalam kebijakan moneter Fed (misalnya tapering, kenaikan suku bunga) dapat meresahkan pasar global dan menyebabkan arus keluar dana dari EM.
"Namun, kami melihat risiko ke Indonesia sekarang lebih rendah daripada tahun 2013 karena Fed tapering sudah diperkirakan, indikator risiko negara Indonesia telah membaik, dan pasar obligasinya sekarang lebih tangguh. Target IHSG 2021 kami sebesar 6.600 telah terlampaui dua pekan lalu, tetapi kami yakin ada ruang untuk kenaikan pasar lebih lanjut mengingat kinerja EM (termasuk Indonesia) yang tertinggal dibandingkan dengan ekuitas DM selama tahun 2021," papar Indo Premier Investment Managament ( IPIM ) dalam tinjauan sepekannya, Premier Fund Monitor, Senin (25/10).
Rekomendasi
IPIM telah merekomendasikan investor untuk tetap defensif jauh sejak sebelum pandemi, dengan mengoleksi deret ETF kelolaannya yang berbasis luas seperti RLQ45, (IDX30), (Pefindo i-Grade), dan ESG ETF (Sri Kehati) untuk meminimalkan volatilitas. Baik dan memiliki bobot besar di , yang secara luas dianggap sebagai saham defensif pada saat ketidakpastian.
juga memiliki posisi overweight pada saham-saham siklis, termasuk di sektor perbankan dan bahan baku, serta underweight pada saham-saham defensif dalam portofolio. Dengan demikian, terekspos ke sektor-sektor yang seharusnya paling diuntungkan dari pemulihan ekonomi sambil tetap mempertahankan pertahanan melalui eksposur bobot di .
IPIM juga menyukai ETF ( MSCI Indonesia Large Cap) karena konstituennya yang sebagian besar merupakan saham unggulan, yang seharusnya paling diuntungkan dari arus masuk ekuitas asing, seperti yang terlihat dalam 3 bulan terakhir.
"Sementara itu, kami memandang ETF (tematik) berbasis sempit kami seperti (Konsumen), (Sensitif Tarif), (Infrastruktur), dan (Perusahaan Milik Negara) lebih cocok untuk perdagangan atau investasi satelit mengingat konten mereka yang lebih ke saham siklis," papar IPIM .

Sumber : admin