Prospek Laba Bersih 2018-2019 Dipangkas, Namun Saham WSBP Tetap Dapat "Like"
Monday, September 17, 2018       19:08 WIB

Ipotnews - Perkiraan laba bersih Waskita Beton Precast () untuk 2018 dan 2019 dipangkas, namun mengingat kapasitas produksi yang kuat dan rendahnya rasio utang terhadap saham (DER) menjadikan saham perseroan tetap mendapat status "like", meski dengan target harga yang lebih rendah sebesar Rp440 per saham dari sebelumnya Rp620.
Per Agustus 2018, Waskita Beton Precast () memiliki kapasitas produksi sebesar 3,5 juta ton/tahun (+ 7,7% yoy) dari ekspansi di pabrik yang ada di Gasing dan Bojonegoro masing-masing sebesar 100 ribu dan 150 ribu ton. Perseroan menargetkan meningkatkan kapasitas produksi menjadi 3,75 juta ton/tahun pada akhir 2018, dengan kapasitas tambahan dari pabrik yang ada atau pabrik baru, berdasarkan pada kebutuhan dan lokasi proyek.
Karena beberapa penundaan tender proyek dan keputusan untuk menunda pencapaian beberapa proyek jalan tol, memutuskan untuk memangkas target raihan kontrak baru 2018 menjadi Rp8.3 triliun (dari sebelumnya Rp11,5 triliun). Per Agustus 2018, telah meraih kontrak baru sebesar Rp4 triliun, setara 49% dari target baru tersebut. Pencapaian kontrak baru yang lebih rendah disebabkan penundaan sejumlah proyek jalan tol seperti Krian-Legundi-Bunder-Manyar, Cibitung-Cillincing, Pasuruan-Probolinggo, dan Cimanggis-Cibitung Fase 2.
Mengingat target kontrak baru 2018 yang lebih rendah, Tim Analis Indo Premier memangkas perkiraan laba bersih perseroan untuk 2018 dan 2019 masing-masing 10% dan 15%, seiring penerapan asumsi raihan kontrak baru yang lebih rendah menjadi Rp8 riliun dan Rp8,5 triliun masing-masing untuk 2018 dan 2019 (dari semula Rp11 triliun dan Rp11,5 triliun).
Hingga Agustus 2018, telah menerima pembayaran sebesar Rp6,5 triliun dari beberapa proyek turnkey besar seperti jalan tol Becakayu, Pemalang-Batang, dan Batang Semarang. Di sisa semester II 2018, akan kembali menerima pembayaran sebesar Rp1 triliun dari Becakayu Seksi 1A. Selain itu, perseroan juga berharap pembayaran tambahan sebesar Rp3 triliun dari dua proyek, yaitu Legundi-Bunder dan Cimanggis-Cibitung Tol Cows ( CCTW ) I & II. saat ini sedang menegosiasikan jangka waktu pembayaran untuk proyek-proyek tersebut untuk mengubahnya menjadi pembayaran sesuai progres kerja dari semula pembayaran turnkey. Sebagai catatan, sebelumnya telah berhasil mengubah jangka waktu pembayaran untuk proyek Becakayu bagian 1B dan C di semester I 2018 senilai Rp1,8 triliun dari turnkey ke progres kerja.
Meskipun pencapaian kontrak baru hingga Agustus 2018 lebih lambat dari yang diharapkan, Tim Analis Indo Premier mengaku tetap menyukai saham , mengingat pertumbuhan kapasitas produksi yang kuat dan DER yang rendah di angka 0,78 kali. Namun, seiring langkah Tim Analis merevisi ke bawah pada ramalan laba 2018-2019, menyebabkan target harga yang berbasis DCF turun menjadi Rp440 dari semula Rp620, yang merepresentasikan P/E 2018 di angka 9,8 kali.
Catatan lainnya, risiko utama untuk perkiraan Tim Analis ini kemungkinan berasal dari potensi penundaan tender proyek lebih lanjut dari pemerintah.

Year To 31 Dec

2016A

2017A

2018F

2019F

2020F

Revenue (RpBn)

4,717

7,104

8,451

9,684

9,563

EBITDA (RpBn)

1,230

1,909

2,160

2,404

2,245

EBITDA Growth (%)

172.9

55.2

13.2

11.3

(6.6)

Net Profit (RpBn)

635

1,000

1,189

1,312

1,095

EPS (Rp)

24

38

45

50

42

EPS Growth (%)

89.9

57.6

18.8

10.4

(16.5)

Net Gearing (%)

(11.5)

54.1

35.1

45.0

27.8

PER (x)

14.9

9.4

7.9

7.2

8.6

PBV (x)

1.3

1.3

1.1

0.9

0.9


...

Sumber : admin