Prospek Permintaan yang Lemah Hantui Pasar, Kejatuhan Minyak Berlanjut
Tuesday, August 16, 2022       14:06 WIB

Ipotnews - Harga minyak melorot, Selasa siang, karena data ekonomi yang suram dari pembeli minyak mentah utama, China, memperbarui kekhawatiran resesi global.
Minyak mentah berjangka Brent, patokan internasional, merosot USD1,21, atau 1,3%, menjadi USD93,89 per barel pada pukul 13.35 WIB, demikian laporan  Reuters,  di Singapura, Selasa (16/8).
Sementara itu, patokan Amerika Serikat, minyak mentah berjangka West Texas Intermediate menyusut 84 sen, atau 0,9%, menjadi USD88,57 per barel. Kedua benchmark minyak berjangka itu ditutup anjlok sekitar sekitar 3% pada sesi sebelumnya.
Bank sentral China memangkas suku bunga pinjaman untuk menggairahkan kembali permintaan ketika ekonomi negara itu melambat secara tak terduga pada Juli, dengan aktivitas pabrik dan ritel terbebani oleh kebijakan nol-Covid Beijing dan krisis properti.
"Harga komoditas di seluruh papan berada di bawah tekanan karena data ekonomi China pada periode Juli melukiskan gambaran pertumbuhan yang lebih suram dari ekspektasi sebelumnya, yang mendorong kekhawatiran baru pada prospek permintaan," tutur Yeap Jun Rong, analis IG Group.
Ekspor produk bahan bakar China diperkirakan rebound pada Agustus mendekati level tertinggi satu tahun setelah Beijing mengeluarkan lebih banyak kuota, menambah tekanan pada margin penyulingan yang sudah menyusut.
Investor juga mencermati pembicaraan untuk menghidupkan kembali kesepakatan nuklir Iran 2015. Lebih banyak minyak dapat memasuki pasar jika Iran dan Amerika Serikat menerima tawaran dari Uni Eropa, yang akan menghapus sanksi terhadap ekspor minyak Teheran, kata para analis.
Iran menanggapi rancangan teks "final" Uni Eropa itu untuk menyelamatkan kesepakatan nuklir 2015, Senin, kata pejabat Uni Eropa, tetapi tidak memberikan rincian tentang tanggapan Iran terhadap teks tersebut. Menteri Luar Negeri Iran meminta Amerika Serikat untuk menunjukkan fleksibilitas guna menyelesaikan tiga masalah yang tersisa.
Di Amerika Serikat, produksi di cekungan  shale-oil  utama AS akan naik menjadi 9,049 juta barel per hari pada September, level tertinggi sejak Maret 2020, ungkap Badan Informasi Energi (EIA), dalam sebuah laporan yang dirilis Senin. Di Permian, cekungan  shale-oil  terbesar Amerika, produksi akan mencapai rekor 5,408 juta barel per hari, kata EIA.
Pelaku pasar menunggu data industri tentang stok minyak mentah AS yang akan dirilis Selasa. Stok minyak dan bensin kemungkinan turun minggu lalu, sementara persediaan sulingan naik, berdasarkan jajak pendapat awal  Reuters , Senin.
Premi untuk WTI berjangka  front-month  atas pemuatan barel dalam enam bulan berada di posisi USD3,46 per barel, Selasa, level terendah dalam empat bulan, menunjukkan meredanya pengetatan pasokan. (ef)

Sumber : Admin