Proyeksi Pertumbuhannya Melambat, Hold Saham TLKM
Wednesday, July 18, 2018       17:32 WIB

Ipotnews - Indo Premier Sekuritas menginisiasi kembali rekomendasi Hold terhadap saham PT Telekomunikasi Indonesia Tbk () dengan target price (TP) Rp4.300 per saham. Valuasi tersebut digulirkan hingga tahun 2019.
Tim Analis Indo Premier menetapkan TP tersebut menggunakan pendekatan discounted cash flow (DCF) dengan WACC sebesar 10,1 persen. TP tersebut menyiratkan rasio EV/EBITDA (penyesuaian kepemilikan pada Telkomsel) tahun 2019 sebesar 8,5 kali pada standar deviasi plus 1 di atas rata-rata 7 tahun. Sementara target PE di 2019 sebesar 16,6 kali.
Saham diperdagangkan pada rasio EV/EBITDA 2019 sebesar 7,3 kali sama terhadap rata-rata historis jangka panjangnya serta PE tahun 2019 sebesar 15,2 kali.
Menurut Indo Premier potensi penguatan saham adalah:
-Capex lebih efisien jika Rupiah bergerak dengan trend menguat,
-Demand terhadap layanan data lebih baik dari ekspektasi (marjin terus menguat secara berkelanjutan).
Adapun potensi tekanan terhadap saham jika:
-kenaikan tarif tidak berkelanjutan.
-Migrasi pelanggan ke perusahaan pesaing.
Pemblokiran SIM card mungkin sebagian akan mengimbangi momentum lebaran pada kuartal kedua 2018 (2Q18) secara QoQ. Pandangan ini secara umum setara dengan temuan dalam pengamatan langsung pada bulan lalu.
Saat hari kerja terakhir (8 Juni 2018) sebelum libur panjang Lebaran, gerai Telkomsel Grapari penuh sesak. Kira-kira sebesar 60 persen pengunjung mendaftar SIM card prabayar akibat kebijakan pemblokiran baru-baru ini. Walaupun begitu cakupan pengamatan yang lebih luas di lokasi lain mungkin menunjukkan trend yang lain.
Lebih Sehat
Tingkat persaingan diperkirakan lebih rendah pada paro kedua tahun 2018 (2H18) vs 1H18 karena beberapa operator sudah menaikkan harga layanan data setidaknya sejak Juni 2018.
Telkomsel (anak usaha ) menyatakan sudah menaikkan tarif data di sejumlah kota sjeak Juni 2018 di antaranya tarif layanan data bayar sesuai pemakaian ( PAYU ) sebesar 30 persen dan berencana lanjut menaikkan tarif data pada Juli 2018. Pendapatan dari PAYU dikalkulasi sebesar 10 persen terhadap pendapatan data Telkomsel.
Tim Analis, Indo Premier memperkirakan yield data efektif pada 2018/2019 turun melambat -23 persen/-17 persen (YoY) dibanding pada 2017 yang turun 43 persen (YoY). "Proyeksi pertumbuhan pendapatan setahun penuh adalah 7 persen secara year to year dengan menempatkan perhitungan kenaikan tarif data dan perlambatan jangka pendek dari pendaftaran kembali SIM card prabayar," demikkian kata Tim Analis tersebut seperti dikutip dari riset yang dirilis hari Rabu (18/7).
EBITDA Moderat
Meskipun tarif data naik tahun ini, asumsi pertumbuhan EBTIDA 2018/2019 relatif masih moderat sebesar 6%/8% secara year on year dibanding periode FY16 yang tumbuh 16 persen (YoY).
Proyeksi ini dengan mempertimbangkan
-Blokir terhadap pelanggan prabayar yang tidak terdaftar lagi.
-Kurangnya kepastian apakah kekuatan harga data Telkomsel adalah setinggi layanan suara (saat ponsel 2G adalah dominan).
-Estimasi marjin EBITDA segmen bisnis yang berkembang seperti pada mobile data, Indihome, segmen hiburan dibawah marjin campuran .
(Riset Indo Premier Sekuritas)

Year To 31 Dec

2016A

2017A

2018F

2019F

2020F

Revenue (RpBn)

116,333

128,256

140,230

151,980

164,507

EBITDA (RpBn)

59,498

64,609

68,594

74,229

80,019

EBITDA Growth (%)

15.7

8.6

6.2

8.2

7.8

Net Profit (RpBn)

19,352

22,145

23,811

25,738

27,250

EPS (Rp)

195

224

240

260

275

EPS Growth (%)

24.9

14.4

7.5

8.1

5.9

Net Gearing (%)

1.9

9.2

16.2

22.3

27.2

PER (x)

20.2

17.6

16.4

15.2

14.3

PBV (x)

4.6

4.2

3.9

3.6

3.4

Dividend Yield (%)

3.5

4.3

4.6

4.9

5.2

EV/EBITDA (x)

9.3

8.5

8.0

7.3

6.8

 source: , Indo Premier ; Share Price Closing as of 17 July 2018 


Sumber : admin