Rotasi Saham di Emerging Market Tercepat dalam Satu Dekade dan Masih Berlanjut
Friday, November 20, 2020       16:37 WIB

Ipotnews - Investor  emerging market  (EM) ramai-ramai beralih ke saham yang harganya masih di bawah nilai fundamentalnya( value stocks ),   dan menjauh dari saham yang memiliki potensi untuk bertumbuh mengunguli pasar ( growth stocks ) dengan kecepatan tertinggidalam lebih dari satu dekade. Sejumlah pihak memperkirakan tren tersebut dapat bertahan hingga 12 bulan ke depan.
Menurut AMP Capital Investors, rotasi perdagangan yang dipicu oleh kemajuan hasil uji coba vaksin virus korona dan pemilihan AS akan mendukung pasar ekuitas di sejumlah negara seperti Meksiko dan Indonesia, daripada negara-negara seperti China dan Taiwan.
Akan tetapi Eastspring Investments memilih bertaruh di Afrika Selatan, di mana sahamnya tertinggal dari EM lain pada tahun ini. Sementara itu, UBS Wealth Management mengatakan peralihan ke  value stocks  bisa berlangsung hingga satu tahun.
Salah satu cara untuk mengklasifikasikan apakah pasar suatu negara berkembang bergerak menuju  value  atau  growth  adalah dengan melihat bagaimana kinerja mereka telah dikorelasikan dengan rasio antara  growth  dan  value indexes   MSCI Inc.

Analisis Bloomberg pada 18 pasar EM memperlihatkan angka positif tertinggi adalah untuk China dan Taiwan, yang menegaskan status mereka sebagai pemimpin pertumbuhan, sedangkan yang terendah mencakup negara-negara seperti Thailand, Hongaria, dan Brasil.
"Obsesi atas apa yang terjadi besok atau minggu depan, telah membuat perusahaan teknologi yang merugi dibanjiri dana, sedangkan perusahaan penghasil keuntungan tetapi sensitif secara ekonomi telah benar-benar ditinggalkan," kata Nader Naeimi, kepala dinamika pasar di AMP Capital Investors, Sidney.
"Ketika kelebihan pasokan uang global berlimpah, kondisi menyisakan banyak ruang untuk penilaian ulang di area yang terlupakan," imbuhnya, seperti dikutip Bloomberg, Jumat (20/11).
Naeimi mengatakan pilihan utamanya, antara lain negara-negara Asia Tenggara seperti Malaysia, Thailand dan Indonesia, ketimbang pasar Asia Utara yang sarat teknologi seperti Korea Selatan dan Taiwan. Untuk Amerika Latin dia menyukai Brasil, Meksiko, dan Chili.
Peralihan menuju  value stocks  yang telah melanda pasar keuangan global bulan ini didorong oleh upaya investor mencari industri yang tertinggal ketika guncangan virus korona mendukung pertumbuhan saham di sektor-sektor seperti teknologi. Di EM,  value stocks  sekarang mencapai pertumbuhan tertinggi sejak 2008, dengan rasio antara kedua kelompok melonjak sebanyak 8% pada bulan ini.
Menurut laporan Jefferies Financial Group Inc., mengutip data EPFR Global, reksadana  value stocks  global mengalami arus masuk tertinggi tahun ini, mencapai USD4,3 miliar dalam sepekan hingga 18 November lalu. Jumlah itu jauh lebih besar dibandingkan dengan reksadana  grwoth stocks  yang hanya menambah USD493 juta,.

Eastspring Investments adalah pengelola dana yang mencari  value shares .
"Pasar telah mengalamai  oversold  keuangan di semua EM, dan kami telah menemukan banyak peluang  bottom up ," kata Samuel Bentley, manajer portofolio klien di Eastspring, Singapura. Meskipun kepemilikan terbesar perusahaan berada di Korea Selatan, dengan peluang pada  value stocks , mereka juga menyukai "saham yang tidak disukai" di Afrika Selatan dan Meksiko, kata Bentley.
Negara-negara dengan peringkat nilai yang tinggi telah memimpin kenaikan selama sebulan terakhir. Indeks acuan bursa saham Filipina telah mengungguli semua EM utama lainnya, melonjak 17% dalam mata uang lokal. Sedangkan Thailand telah naik 14% dan Meksiko 11%. Di ujung lain spektrum, indeks acuan saham Taiwan 'hanya' melaju 6,5% dan Indeks Gabungan Shanghai China hanya bertambah 1,1%.
UBS Wealth Management mengatakan rotasi perdagangan bisa lebih berkelanjutan dari biasanya.
"Dengan program stimulus fiskal besar-besaran yang mendorong perekonomian dan pengaktifan kembali permintaan yang terpendam berkat perkembangan vaksin,  value stocks  dapat melihat aliran masuk yang lebih berkelanjutan, khususnya, ketika suku bunga mulai naik," kata Adrian Zuercher, kepala alokasi aset global di UBS Wealth di Hong Kong.
Tapi bukan berarti bahwa UBS Wealth telah menghapus Asia Utara, kata Zuercher. Perusahaan tersebut telah mengalihkan lebih banyak dana ke Korea Selatan, yang dianggap memiliki  value stocks  lebih baik daripada Taiwan atau China.
Pandangan senada juga dimiliki investor EM veteran, Mark Mobius dari Mobius Capital Partners.
Meskipun saham di Asia Utara mungkin masih berkinerja baik, "beberapa pasar lain akan menyusulnya dari belakang, terutama yang sangat tidak populer karena satu alasan dan lainnya," kata Mobius di sebuah forum investasi pekan ini. (Bloomberg)

Sumber : Admin