Rugi Bersih EXCL Akibat Penutupan Layanan Data, Capai Rp3,29 Triliun
Friday, February 15, 2019       18:59 WIB

Ipotnews - Tahun lalu Emiten operator telekomunikasi PT XL Axiata Tbk () membukukan kenaikan pendapatan karena ditopang oleh pendapatan data. Akan tetapi justru menelan rugi bersih hingga Rp3,29 triliun yang disebut sebagai dampak dari penutupan seluruh layanan 2G.
Sejak awal tahun lalu, telah memberhentikan layanan 2G di beberapa area dan mengurangi penggunaan jaringan di beberapa area lainnya. Langkah tersebut pun membuat perseroan dapat memperbarui spektrum jaringannya menjadi 4G dari 2G. Per akhir tahun lalu, tercatat penetrasi ponsel pintar mencapai 80% dan layanan jaringa 4G LTE mencapai 400 kota dan mengoperasikan 118.000 BTS.
Laporan keuangan yang dirilis pada Jumat (15/2), menunjukan pertumbuhan pendapatan naik 0,4% ke level Rp23 triliun di sepanjang 2018, dari posisi Rp22,90 triliun pada tahun sebelumnya. Pertumbuhan tersebut terpantau lebih kecil ketimbang pertumbuhan pada 2017 yang sebesar 7,1%.
Menurut CEO dan Presiden Direktur , Dian Siswarini, melalui siaran pers, Jumat (15/2/2019), tahun lalu memang tahun yang berat bagi industri telekomunikasi di Indonesia seiring dengan hadirnya kebijakan registrasi kartu sim prabayar dan perang tarif. "Namun, tetap dapat mempertahankan posisinya sebagai operator terbesar kedua di Indonesia," jelas Dian.
Sementara, Tri Wahyuningsih, Group Head Corporate Communication , seperti dikutip bisnis.com mengungkapkan penopang dari pertumbuhan pendapatan pada 2018 berasal dari bisnis layanan data yang tumbuh pesat dan sudah dapat melebihi pendapatan dari voice dan SMS.
Adapun, pendapatan layanan data tumbuh sebesar 13,77% secara yoy menjadi Rp14,89 triliun, dari sebelumnya Rp13,08 triliun. Kontribusi dari pendapatan layanan data tersebut juga naik menjadi 80% terhadap total pendapatan pada akhir 2018, dari sebelumnya yang tumbuh 69%.
Pada periode yang sama, juga mencatatkan rugi bersih sebesar 979% ke level Rp3,29 triliun, kontras dengan laba yang diperoleh pada tahun sebelumnya Rp375 miliar. Tri mengonfirmasi, hal itu sebagian besar disebabkan oleh depresiasi BTS 2G yang dipercepat dan dibukukan pada 2018. Adapun, mencatatkan kerugian bersih yang dinormalisasikan sebesar Rp9 miliar pada akhir tahun lalu.
"Akselerasi depresiasi ini murni merupakan penghapusbukuan akuntansi, sebagai hasil dari masa manfaat yang lebih pendek, dan merupakan item non-tunai yang tidak akan mempengaruhi kelangsungan bisnis atau kemampuan untuk melunasi hutang," jelas Tri.
Dengan demikian, penghematan biaya dari listrik yang lebih rendah dan sewa serta pengurangan biaya penyusutan akan meningkatkan laba bersih di masa depan. Selain itu, pengurangan layanan 2G juga merupakan bagian dari strategi transformasi perseroan untuk lebih fokus ke bisnis data dan penyediaan internet seluler.
Sebagai catatan, di lantai bursa, saham ditutup menguat 14,15% ke level Rp2.340 pada hari ini, Jumat (15/2) dengan kapitalisasi pasar Rp25,01 triliun. Secara ytd, saham tumbuh 18,18%. (winardi)

Sumber : Admin