Rupiah Semakin Mendekati Kondisi Krismon 1998
Thursday, March 19, 2020       17:29 WIB

Ipotnews - Nilai tukar rupiah kembali terjerembab pada perdagangan di pasar spot hari Kamis (19/3). Analis menyatakan bila wabah virus corona terus meningkat, kurs rupiah bisa lebih buruk dari saat krisis moneter 1997 - 1998.
Pantauan Ipotnews sore ini melalui RTI, kurs rupiah ditutup pada level Rp15.913 per dolar AS. Melemah 695 poin atau 4,57% dibandingkan penutupan Rabu sore (18/3) di level Rp15.218 per dolar AS.
Pengamat valuta asing, Fahrial Anwar, mengatakan dirinya sangat tidak berharap kurs rupiah jatuh lebih dalam dari saat krisis 1998. Pasalnya, fundamental ekonomi Indonesia sangat jauh lebih baik dari berbagai aspek.
"Kita sangat berharap rupiah tidak sampai jatuh lebih buruk dari krisis 1998," kata Fahrial saat dihubungi Ipotnews, Kamis (19/3).
Fahrial melihat telah terjadi kepanikan investor asing di pasar saham maupun pasar obligasi di Indonesia. Banyak yang memilih melepas portofolionya. Akibatnya karena mereka mau keluar dari Indonesia tak bisa bawa rupiah, mereka terus mencari dolar AS.
"Makanya kurs rupiah terus menerus tertekan," ujar Fahrial.
Di Indonesia sendiri jumlah korban yang terpapar corona maupun yang meninggal terus bertambah. Akibatnya makin banyak warga yang bekerja di rumah. Dunia usaha menjadi melambat dan lesu.
"Sehingga makin banyak investor yang memilih hengkang dari Indonesia sebagai emerging market. Lebih banyak investor asing lebih memilih pegang cash dolar AS daripada investasi di tempat high risk seperti Indonesia," jelas Fahrial.
Bauran kebijakan pemerintah dan BI belum cukup efektif. Karena yang dibutuhkan investor adalah kapan wabah virus corona segera mereda. "Ini yang tidak ada seorangpun yang tahu," tutup Fahrial.
Rupiah mengalami tekanan terdalam setelah rekor pada saat krisis 1998 yang sebesar Rp 16.650. Fakta tersebut membuat rupiah pada tahun ini menjadi salah satu mata uang berkinerja terburuk di Asia.
Pergerakan dolar AS tahun ini memang berbeda dengan saat krisis 1998. Pada masa pemerintahan Presiden Soeharto, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS berada di kisaran Rp2.000 dengan titik terendah nya di Rp1.977 per dolar AS pada tahun 1991.
Namun krisis moneter (krismon) yang terjadi pada 1997 - 1998 membuat kurs rupiah terjun bebas. Rupiah terus terkikis seiring kian rontoknya cadangan devisa Indonesia.
Dolar AS bertahan di kisaran Rp2.000-2.500 karena Indonesia belum menganut rezim kurs mengambang. Sistem kurs terkendali yang dianut membuat orde Baru ingin dolar AS harus bertahan di level itu.
Setelah meninggalkan kurs mengambang, dolar AS secara perlahan mulai merangkak ke Rp4.000 di akhir 1997, dan lanjut ke Rp6.000 di awal 1998.
Setelah sempat mencapai Rp13.000, dolar AS sedikit menjinak dan kembali menyentuh Rp 8.000 pada April 1998. Namun pada Mei 1998, Indonesia memasuki periode kelam. Penembakan mahasiswa, kerusuhan massa, dan kejatuhan Orde Baru membuat rupiah kian 'terkapar'.
Akhirnya dolar AS menyentuh titik tertinggi sepanjang masa di Rp16.650 pada Juni 1998. Dolar AS kemudian berbalik arah melemah setelah reformasi, seiring dengan kepercayaan investor yang sedikit demi sedikit kembali terhadap Indonesia.
(Adhitya)

Sumber : admin