Rupiah Pimpin Kejatuhan Mata Uang Emerging Asia, Ini Pemicunya...
Thursday, April 08, 2021       15:07 WIB

Ipotnews - Rupiah memimpin kejatuhan di antara sebagian besar mata uang  emerging  Asia, Kamis, setelah rancangan undang-undang untuk memperluas mandat bank sentral mendapatkan dukungan dari Presiden Joko Widodo.
Ekuitas di kawasan tersebut secara luas naik tipis, dengan Nifty 50 India melambung hampir satu persen dalam apa yang akan menjadi penguatan hari ketiga berturut-turut. Saham Filipina anjlok 1,7% untuk menandai penurunan tertajam dalam hampir tiga pekan, dan mengakhiri keperkasaan tiga hari berturut-turut, demikian laporan  Reuters,  di Bengaluru, Kamis (8/4).
Rupiah kehilangan setengah persen karena laporan Presiden Jokowi mendorong perluasan mandat Bank Indonesia untuk mencakup pertumbuhan ekonomi dan penciptaan lapangan kerja.
Tahun lalu, pejabat pemerintahannya dan beberapa anggota parlemen mengajukan RUU untuk memperluas mandat BI, memicu kekhawatiran di antara investor asing--yang memegang sebagian besar surat utang Indonesia--atas pengawasan pemerintah yang lebih besar terhadap bank sentral.
"Laporan ini menimbulkan kekhawatiran apakah itu akan mengikis independensi bank sentral dalam cara mengelola kebijakan moneter, yang mengarah pada kinerja mata uang yang kurang baik," kata Khoon Goh, Kepala Riset Asia di ANZ.
Analis Citi memperkirakan rupiah akan terus melemah karena impor musiman yang lebih tinggi serta  outflow  pembayaran dividen dan bunga selama April dan Mei.
Sepanjang bulan lalu, rupiah tercatat melemah 2%.
Spekulasi  bearish  pada sebagian besar mata uang Asia juga meningkat, menurut jajak pendapat  Reuters , karena investor mencermati imbal hasil US Treasury yang tinggi dan ekonomi Amerika Serikat yang mencatat kinerja positif.
Di India, rupee pulih kembali, terapresiasi 0,3% setelah penurunan tajam 1,5% di sesi sebelumnya menyusul pengumuman bank sentral tentang program pembelian obligasi besar dan keputusan untuk meninggalkan suku bunga pada rekor terendah.
Sementara saham jatuh di Manila, peso menguat 0,5% setelah Filipina melaporkan defisit perdagangan terkecilnya dalam tiga bulan pada Februari karena merosotnya impor dan penurunan dalam perlambatan ekspor.
"Diperkirakan defisit perdagangan akan tetap moderat dibandingkan rata-rata sebelum Covid-19, yang bisa diterjemahkan ke surplus neraca berjalan dan dukungan jangka pendek bagi peso," kata Nicholas Mapa, ekonom ING.
Filipina juga menangguhkan penggunaan vaksin Covid-19 AstraZeneca bagi orang di bawah 60 tahun untuk menyelidiki laporan pembekuan darah. (ef)

Sumber : Admin