Saham INCO Tetap Oke, Tapi Target Harga Sedikit Turun
Monday, February 04, 2019       19:10 WIB

Ipotnews - Indo Premier Sekuritas tetap mempertahankan pandangan positif terhadap Vale Indonesia () meski pencapaian kinerja 2018 di bawah perkiraan. Namun, seiring pembengkakan sejumlah biaya - antara lain biaya penggunaan hutan retroaktif - target harga saham perseroan diturunkan dari semula Rp4.400 menjadi Rp4.300 dengan rating tetap Buy (beli).
membukukan laba bersih US$5,3 juta di kuartal IV 2018 (4Q18), turun 80% (qoq) tetapi naik 22% (yoy), disebabkan oleh biaya energi yang lebih tinggi (bahan bakar dan batubara) dan biaya kehutanan retroaktif seiring pada 4Q18 memperoleh izin eksplorasi di blok Sorowako, Bahadopi, Pomala, serta izin eksploitasi untuk blok Soroako.
Dengan capaian Kuartal IV itu, laba bersih mencapai US$60,5 juta untuk keseluruhan 2018, pulih dari rugi bersih US$15,3 juta yang dialami pada 2017. "Meski pendapatan 2018 berada di bawah perkiraan kami (83%) dan konsensus (87%)," ujar Tim Analis Indo Premier Sekuritas, Senin (4/2).
Sementara, laba operasional turun 88% (qoq) dan 42% (yoy) menjadi US$4,5 juta, memungkinkan laba operasi mencapai US$85 juta di 2018 (dari minus US$18 juta pada 2017, yang berada di bawah perkiraan Indo Premier (68%) dan konsensus (64%).
Adapun pendapatan tercatat sebesar US$197 juta di 4Q18, turun 3,7% (qoq) tetapi naik 9,2% (yoy), sehingga pendapatan 2018 menjadi US$777juta, naik 23,4% (yoy), sejalan dengan konsensus (99%) tetapi sedikit di atas perkiraan Indo Premier (103%).
Pada bagian lain, Tim Analis menyatakan tetap mempertahankan asumsi harga nikel masing-masing sebesar US$14.000 dan US$15.000 per ton untuk 2018 dan 2019. "Kami memperkirakan harga nikel akan semakin meningkat pasca Libur Tahun Baru China karena aktivitas manufaktur China kembali normal. Kami mempertahankan pandangan positif kami pada prospek jangka panjang industri nikel dan kami memiliki pandangan yang sama dengan konsensus tentang potensi defisit pasokan pada tahun 2019, yang akan mendukung harga."
Defisit pasokan nikel kemungkinan akan tetap terjadi di 2019 disebabkan oleh opsi terbatas untuk Vale Group ( yang memegang 12% pangsa pasar dalam pasokan nikel global) untuk memperluas kapasitas produksi dan menghabiskan capex yang lebih tinggi karena insiden bendungan baru-baru ini yang terjadi di Brazil. Vale Group berencana untuk menghabiskan sekitar US$1,4 miliar untuk menonaktifkan 10 bendungan yang baru saja jebol di Minas Gerais, Brasil. Dengan meningkatnya permintaan nikel dari baja tahan karat dan baterai kendaraan listrik, Tim Analis Indo Premier yakin defisit pasokan akan berlanjut di tahun 2019.
"Kami merevisi turun perkiraan pendapatan untuk 2019 dan 2020 masing-masing sebesar 9% -5,9%, dengan adanya biaya penggunaan hutan yang lebih tinggi dan sedikit menyesuaikan perkiraan kami untuk biaya bahan bakar dan batubara. Kami mempertahankan rekomendasi Buy kami untuk dengan potensi 13% kenaikan ke target harga DCF baru kami ( WACC : 13,7%, TG: 3%) dari Rp4.300 (sebelumnya Rp4.400), yang menyiratkan P / BV FY19F sebesar 1,5 x. Meskipun hasil yang lebih rendah dari yang diharapkan pada kuartal IV 2018, memperkirakan harga saham mempertahankan kinerja positif di balik sentimen kuat dari apresiasi harga nikel," papar Tim Analis.

Year To 31 Dec

2017A

2018A

2019F

2020F

2021F

Revenue (US$Mn)

629

777

835

952

1,099

EBITDA (US$Mn)

122

221

282

335

413

EBITDA Growth (%)

(16.3)

81.7

27.5

18.5

23.6

Net Profit (US$Mn)

(15)

61

110

147

202

EPS (US$Cents)

(0.2)

0.6

1.1

1.5

2.0

EPS Growth (%)

(901.2)

(496.3)

81.1

34.4

37.2

Net Gearing (%)

(8.2)

(14.0)

(16.9)

(18.5)

(20.7)

PER (x)

n/m

44.9

24.8

18.4

13.4

PBV (x)

1.5

1.4

1.4

1.3

1.2

Dividend Yield (%)

0.0

0.0

0.0

1.6

2.2

EV/EBITDA (x)

21.1

11.1

8.4

7.0

5.4

 Source: , IndoPremier 

 Share Price Closing as of :   4-February-2019 

Sumber : admin