Semester Pertama, BBNI Cetak Laba Bersih Senilai Rp7,63 Triliun
Tuesday, July 23, 2019       16:27 WIB

Ipotnews - Pada semester pertama 2019, PT Bank Negara Indonesia Tbk () mencatatkan perolehan laba bersih senilai Rp7,63 triliun atau bertumbuh sebesar 2,7 persen ( year-on-year ) dari Rp7,44 triliun di paruh pertama 2018.
"BNI mencatatkan perolehan laba bersih sebesar Rp7,63 triliun pada semester I-2019 yang bertumbuh 2,7 persen ( year-on-year ) dari Rp7,44 triliun pada semester I-2018," kata Direktur Keuangan , Anggoro Eko Cahyo, di Jakarta, Selasa (23/7).
Anggoro mengatakan, pertumbuhan  non interest income  (NII) atau  fee based income  pada semester I-2019 sebesar 11,6 persen (y-o-y). Sebesar 96,5 persen NII ditopang  recurring fee  yang bertumbuh 16,6 persen menjadi Rp5,2 triliun. "Pertumbuhan ini berkontribusi 21,6 persen terhadap total  operating income  pada semester I-2019," ucapnya.
Lebih lanjut dia menyebutkan, kenaikan NII tersebut didorong oleh kontribusi  fee  dari segmen  business banking , antara lain  fee  dari  trade finance  yang bertumbuh 15,8 persen,  fee  sindikasi yang bertumbuh 76,5 persen dan  fee  bank garansi yang naik 1,3 persen.
"Sedangkan sisanya dari pertumbuhan bisnis Consumer & Retail, antara lain  fee  pengelolaan kartu debit dengan pertumbuhan 65,3 persen dan  fee  bisnis kartu yang bertumbuh 12,9 persen," ujar Anggoro sembari menyebutkan bahwa pertumbuhan pendapatan bunga bersih sebesar satu persen menjad Rp17,61 triliun.
Anggoro menyatakan, pada semester pertama 2019, mencatatkan pertumbuhan kredit sebesar 20 persen (y-o-y) menjadi Rp549,23 triliun. "Realisasi kredit tersebut menunjukkan fungsi intermediasi yang dijalankan berjalan optimal, seiring dengan upaya pemerintah yang terus mendorong momentum pertumbuhan ekonomi di tengah kondisi ketidakpastian pasar keuangan global," tuturnya.
Dia menjelaskan, pertumbuhan kredit didorong pembiayaan pada korporasi mencapai 51,9 persen dari total portofolio kredit, dengan fokus pembiayaan di sektor manufaktur, perdagangan, restoran dan perhotelan serta jasa dunia usaha.
"Hal ini sejalan dengan strategi yang ditetapkan , yaitu menjaga komposisi kredit korporasi dalam kisaran 50-55 persen dari total kredit. Kredit korporasi tersalurkan pada korporasi swasta dan BUMN yang masing-masing bertumbuh 27,8 persen dan 24,9 persen," papar Anggoro.
Kredit yang dialirkan pada segmen usaha kecil mencatatkan pertumbuhan 21,5 persen (y-o-y), termasuk di dalamnya adalah penyaluran Kredit Usaha Rakyat (KUR). Sementara itu, pertumbuhan kredit segmen menengah dijaga tetap moderat sebesar 7,6 persen.
Pada segmen konsumer, kredit tanpa agunan (KTA) berbasis  payroll  masih menjadi kontributor utama pertumbuhan, yaitu 12,8 persen (y-o-y). Untuk  mortgage  dan kartu kredit masih mencatatkan pertumbuhan masing-masing 8,9 persen dan empat persen.
Penyaluran kredit ditopang kemampuan perseroan dalam menjaga likuiditas di tengah kondisi pasar keuangan yang ketat. Dana Pihak Ketiga (DPK) bertumbuh 13 persen (y-o-y) menjadi Rp595,07 triliun pada semester I-2019. " juga mampu menjaga rasio dana murah yang ditunjukkan dari komposisi yang mencapai 64,6 persen dari total DPK," kata Anggoro.
Dari sisi kualitas aset, menurut Anggoro, tingkat kredit bermasalah (NPL) gross tercatat membaik menjadi 1,8 persen pada semester I-2019 dari periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 2,1 persen. Credit cost menurun dari 1,7 persen pada semester I-2018 menjadi 1,4 persen di semester I-2019.
"Coverage ratio terus meningkat dari 150,2 persen pada semester I-2018 menjadi 156,5 persen pada akhir semester I-2019," ungkap Anggoro. (Budi/ef)

Sumber : Admin