Sentimen Bertolak Belakang Dari AS Dan China Bikin Rupiah Ditutup Flat
Thursday, September 23, 2021       16:17 WIB

Ipotnews - Kurs rupiah terhadap dolar AS ditutup flat pada sore hari ini. Sentimen negatif dari AS tarik menarik dengan sentimen positif dari China dan dalam negeri.
Mengutip data Bloomberg, Kamis (23/9) pukul 15.00 WIB, kurs rupiah akhirnya ditutup pada level Rp14.242 per dolar AS. Posisi tersebut sama persis dengan posisi penutupan pasar spot pada Rabu sore kemarin (22/9) alias flat.
Direktur PT TRFX Garuda Berjangka, Ibrahim Assuaibi, mengatakan dolar AS menguat mencapai level tertinggi dalam sebulan terakhir karena The Federal Reserve AS berencana untuk memulai pengurangan pembelian obligasi dan menaikan suku bunga jauh lebih cepat daripada negara-negara maju yang lain. Ini menjadi sentimen negatif bagi rupiah.
"The Fed tidak mengumumkan bahwa mereka akan memulai tapering saat menurunkan keputusan kebijakannya pada hari Rabu kemarin. Namun, bank sentral AS ini memberi sinyal tapering akan segera dilakukan. Ketua The Fed Jerome Powell menambahkan bahwa anggota Dewan Gubernur The Fed percaya bahwa tapering dapat berakhir sekitar pertengahan 2022, membuka jalan bagi kenaikan suku bunga The Fed setelah itu," kata Ibrahim dalam keterangan tertulis, Kamis sore.
Sebagaimana diketahui, The Fed mengatakan kemungkinan akan mulai mengurangi pembelian obligasi bulanan (tapering) segera setelah November 2021. The Fed juga mengisyaratkan kenaikan suku bunga mungkin lebih cepat dari yang diharapkan karena bank sentral AS mendapat momentum untuk melakukan pergantian dari kebijakan krisis akibat pandemi.
Mengutip Reuters, Kamis (23/9), kecenderungan sikap hawkish sedikit ditandai dalam pernyataan kebijakan baru dan proyeksi ekonomi yang menunjukkan sembilan dari 18 pejabat Fed siap untuk menaikkan suku bunga tahun depan sebagai respons atas kenaikan inflasi yang diperkirakan mencapai 4,2% pada tahun ini, lebih dari dua kali lipat dari target yang ditetapkan 2%.
Dalam konferensi pers laporan terbaru bank sentral, Gubernur The Fed Jerome Powell mengatakan, penarikan pembelian obligasi bulanan senilai USD120 miliar oleh bank sentral dapat dimulai setelah pertemuan kebijakan 2-3 November selama pertumbuhan pekerjaan AS hingga September 2021 cukup kuat.
Di sisi lain, isu krisis Evergrande sepertinya mulai memudar pada hari ini setelah pemerintah China berusaha menyelesaikan krisis tersebut dengan memberikan bantuan keuangan kepada Evergrande. Kemarin, bank sentral China mengatakan telah menyuntikkan dana sebesar CNY120 miliar atau sekitar USD19 miliar (Rp271 triliun, asumsi kurs Rp 14.250/USD) ke dalam sistem perbankan China dengan harapan dapat menyelamatkan Evergrande.
Ini menjadi sentimen positif yang membantu kurs rupiah menguat sehingga sore ini ditutup flat terhadap dolar AS. "Untuk sementara ini meredakan kekhawatiran pelaku pasar yang cemas dampak dari kebangkrutan China Evergrande Group," tutur Ibrahim.
Dari dalam negeri, pelaku pasar merespon positif pernyataan Pemerintah melalui Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati tentang defisit Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara ( APBN ) hingga Agustus 2021 mencapai Rp382,2 triliun atau setara 2,04% terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia. Ini juga menjadi sentimen positif bagi rupiah.
"Defisit ini dianggap wajar karena bersamaan dengan kondisi ekonomi global yang sedang bermasalah akibat pandemi Covid-19 yang sampai saat ini masih belum ada kejelasan, kapan pandemi ini berakhir," jelas Ibrahim.
(Adhitya)

Sumber : admin