Serangan Israel ke Iran Bikin Pasar Ketar-ketir, Minyak Melejit Lebih dari 7%
Friday, June 13, 2025       13:51 WIB

Ipotnews - Minyak melambung lebih dari tujuh persen, Jumat, mencapai harga tertinggi dalam hampir lima bulan setelah Israel menyerang Iran, yang secara dramatis meningkatkan ketegangan di Timur Tengah dan memicu kekhawatiran tentang terganggunya pasokan minyak.
Minyak mentah berjangka Brent, patokan internasional, melonjak USD5,08 atau 7,32%, menjadi USD74,44 per barel pada pukul 13.32 WIB, setelah menyentuh USD78,50, level tertinggi sejak 27 Januari, demikian laporan  Reuters  dan  Bloomberg,  di Singapura, Jumat (13/6).
Sementara, patokan Amerika Serikat, minyak mentah berjangka West Texas Intermediate, melejit USD5,32 atau 7,82%, menjadi USD73,36 per barel, setelah mencapai USD77,62, level tertinggi sejak 21 Januari.
Lonjakan Jumat adalah pergerakan intraday terbesar bagi kedua kontrak tersebut sejak 2022 setelah Rusia menginvasi Ukraina, yang menyebabkan harga energi melesat.
Israel mengatakan pihaknya menargetkan fasilitas nuklir Iran, pabrik rudal balistik, dan komandan militer, Jumat sebagai awal dari apa yang diperingatkannya akan menjadi operasi yang berkepanjangan untuk mencegah Teheran menciptakan senjata atom.
"Pertanyaan utamanya adalah apakah pembalasan Iran akan terbatas pada Israel atau apakah para pemimpin akan berusaha menginternasionalkan biaya tindakan tersebut dengan menargetkan pangkalan dan infrastruktur ekonomi penting di seluruh wilayah yang lebih luas," kata analis RBC Capital, Helima Croft.
Sejumlah trader minyak di Singapura mengatakan masih terlalu dini untuk mengatakan apakah serangan itu akan memengaruhi pengiriman minyak Timur Tengah karena akan bergantung pada bagaimana Iran membalas dan apakah Amerika bakal campur tangan.
"Masih terlalu dini untuk mengatakannya, tetapi saya pikir pasar khawatir tentang penutupan Selat Hormuz," kata seorang trader.
Analis Barclays, Amarpreet Singh, mengatakan serangan itu membuat pasar minyak khawatir meski serangan tersebut sejauh ini tidak berdampak pada fundamental pasar minyak.
"Dalam skenario terburuk, konflik tersebut dapat meluas ke produsen minyak dan gas utama lainnya di kawasan itu, dan pengiriman," papar dia.
Kenaikan harga USD10 per barel dalam tiga hari terakhir belum mencerminkan penurunan produksi minyak Iran, apalagi eskalasi yang dapat melibatkan gangguan pada aliran energi melalui Selat Hormuz, ungkap Singh.
Sekitar seperlima dari total konsumsi minyak dunia melewati Selat tersebut atau sekitar 18 juta hingga 19 juta barel minyak per hari, kondensat, dan bahan bakar.
Pemimpin Tertinggi Iran, Ayatollah Ali Khamenei, mengatakan Israel akan menerima "hukuman keras" setelah serangan Jumat yang katanya menewaskan beberapa komandan militer.
Menteri Luar Negeri AS, Marco Rubio, Kamis, menyebut serangan Israel terhadap Iran sebagai "tindakan sepihak" dan mengatakan Washington tidak terlibat, sementara juga mendesak Teheran untuk tidak menargetkan kepentingan atau personel Amerika di kawasan tersebut. (ef)

Sumber : Admin