Stabilitas Neraca Transaksi Berjalan Bakal Perbaiki Pola Depresiasi Rupiah
Monday, April 22, 2019       15:33 WIB

Ipotnews - Secara historis, pergerakan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS di kuartal kedua selalu berada dalam tren depresiasi, namun stabilitas tingkat defisit neraca transaksi berjalan diperkirakan akan mampu menjaga laju rupiah untuk tidak bergerak liar.
"Secara historis, pada kuartal kedua nilai tukar rupiah cenderung melemah dipengaruhi oleh faktor musiman, seperti repatriasi dividen dan meningkatnya impor menjelang Lebaran," kata Director and Chief Investment Officer Fixed Income PT Manulife Aset Manajemen Indonesia, Ezra Nazula di Jakarta, Senin (22/4).
Namun demikian, jelas Ezra, sepanjang stabilitas defisit trnsaksi berjalan bisa terjaga, maka diperkirakan sentimen negatif terhadap nilai tukar rupiah tidak akan terlalu buruk untuk tahun ini. "Salah satu faktor yang dapat membiayai defisit pada neraca berjalan adalah arus dana masuk di pasar finansial," ucapnya.
Dia berharap, perbaikan sentimen di emerging market dan peluang pemangkasan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI 7day Reverse Repo Rate) bisa mendorong arus dana masuk ke pasar finansial Indonesia. "Pada akhirnya dapat membantu menurunkan defisit pada neraca transaksi berjalan," ujar Ezra.
Selain itu, tambah Ezra, pelaksanaan Pemilu yang berjalan kondusif juga bisa mendorong penguatan rupiah. "Pemilu yang berlangsung kondusif dengan hasil yang tidak mengejutkan pasar akan suportif bagi pasar obligasi. Hilangnya ketidakpastian politik dapat mendorong dana masuk," ungkapnya.
Lebih lanjut dia menyebutkan, sejauh ini target obligasi pemerintah Indonesia untuk tenor sepuluh tahun masih sekitar 7-7,5 persen dan target ini masih bisa direvisi turun jika BI melakukan pemangkasan suku bunga.
Ezra menyarankan agar investor menjaga aset obligasi dalam denominasi rupiah pada durasi tactical overweight, baik bagi portofolio dengan durasi pendek maupun menengah. Selain itu, memanfaatkan perbaikan sentimen di emerging market dan peluang pemangkasan suku bunga.
"Kami juga terus mencermati likuiditas dan volatilitas untuk memastikan pengelolaan investasi akan memberikan hasil optimal dengan risiko yang terkendali," kata Ezra.(Budi)

Sumber : admin