Steel Pipe Industry optimis pertumbuhan laba bersih empat kali lipat di akhir tahun
Thursday, October 11, 2018       19:31 WIB

JAKARTA - PT Steel Pipe Industry of Indonesia Tbk () terus menggenjot kinerja bisnisnya. Meski didera kenaikan bahan baku akibat kenaikan harga komoditas baja dan fluktuasi kurs, permintaan akan pipa baja yang terus bertumbuh disertai efisiensi produksi menjadi ujung tombak perseroan meraup laba bersih sampai akhir tahun ini.
Johannes Edward,  Investor Relations  mengatakan sampai kuartal III tahun ini saja, perseroan sudah mengantongi revenue sekitar Rp 3,3 triliun. Jika dibandingkan dengan capaian pada periode yang sama tahun 2017 yakni Rp 2,7 triliun, maka kenaikan yang diperoleh mengapai 22%.
Sedangkan untuk  bottomline , Johannes enggan membeberkannya untuk saat ini. "Adapun untuk sampai akhir tahun kami optimis (revenue) bisa diatas Rp 4 triliun, atau tumbuh kisaran 20% dibanding tahun lalu," urainya kepada Kontan.co.id, Kamis (11/10).
Sementara untuk laba bersih, mempertimbangkan perolehan semester I kemarin yang mencapai Rp 13,08 miliar kalau tak ada aral melintang perseroan yakin pertumbuhannya hingga akhir tahun dapat mencapai empat kali lipat dibandingkan laba bersih di 2017. Adapun di 2017 lalu, laba bersih hanya tercatat Rp 8,63 miliar atau merosot 92,1% dibandingkan tahun sebelumnya yang mencapai Rp 102,9 miliar.
Menguatnya permintaan pipa baja di pasaran dan masih banyak proyek infrastruktur yang menyerap produk menjadi kunci perseroan mengatrol keuntungannya. Meski tak bisa merincikannya, namun Johannes mengakui secara volume penjualan produk pipa baja masih mengalami kenaikan dibandingkan tahun lalu.
Seperti proyek pipa minyak dan gas (migas) dari Kementerian ESDM , menurut Johannes perseroan mendapatkan pesanan dari beberapa proyek migas di luar Jawa. Meski harus bersaing dengan pipa plastik, tak khawatir lantaran untuk beberapa medan tertentu pipa baja lebih unggul dibandingkan pipa non baja tersebut.
Selain proyek migas, baru-baru ini juga menyuplai keperluan pipa spiral untuk proyek pelabuhan Patimban. Sayangnya Johannes belum bisa memberikan detil nilai proyek dan jumlah pipa yang disuplai pabrikan.
Dari sisi pabrikan, selalu membeli bahan baku sesuai dengan order yang sudah ada sebelumnya. Serta melakukan pengaturan prioritas dimana yang diproduksi ialah produk yang dianggap fast moving terlebih dahulu, baru setelah itu jenis produk by order, sehingga dipastikan tidak ada waste atau penumpukan produk yang tidak habis terjual.
Saat ini kapasitas terpasang pabrik mencapai 600.000 ton per tahun, Johannes mengatakan belum ada rencana menambah lini produksi baru. Kondisi saat ini, harga bahan baku baja telah naik kisaran 20%-30% dibandingkan tahun lalu, menurut Johannes harga produk telah naik rata-rata 40% dibandingkan tahun 2017.
Mengintip laporan keuangannya, penjualan bersih bertumbuh 32,15% pada semester I 2018 menjadi Rp 2,08 triliun dari Rp 1,58 triliun pada periode yang sama di tahun 2017. Kenaikan penjualan ditopang oleh tingkat penjualan lokal maupun ekspor yang mengalami pertumbuhan.
Penjualan lokal naik 29,9% menjadi Rp 1,98 triliun, sedangkan penjualan ekspor tumbuh hampir dua kali lipat, yakni 99,1% menjadi Rp 101,8 miliar. Penjualan tersebut meliputi barang pipa spiral, pipa air, pipa mekanis, pipa hitam, engsel, dan sebagainya.
Namun, di saat yang sama juga mencatat penambahan beban pokok pendapatan yang signifikan. Beban pokok pendapatan perusahaan naik 43,26% year on year menjadi Rp 1,84 triliun dari sebelumnya Rp 1,28 triliun. Kenaikan beban pokok pendapatan terutama disebabkan oleh membengkaknya biaya pembelian bahan baku dan beban pabrikasi.
Bahkan pembelian bahan baku melebihi 10% ke sejumlah perusahaan meningkat drastis sebesar 126,49% menjadi Rp 1,52 triliun dari sebelumnya hanya Rp 670,98 miliar. Adapun, pembelian bahan baku paling banyak dilakukan dengan PT Krakatau Steel Tbk, PT Hanwa Indonesia, dan Baosteel Singapore Pte Ltd.

Sumber : KONTAN.CO.ID