Stok Amerika Melambung, Harga Minyak Menyusut Lebih dari Satu Persen
Wednesday, September 23, 2020       14:42 WIB

Ipotnews - Harga minyak turun lebih dari 1%, Rabu, setelah kelompok industri melaporkan kenaikan tak terduga dalam stok minyak mentah AS, memperbaharui kekhawatiran tentang permintaan bahan bakar yang menyebabkan aksi jual tajam di awal pekan.
Minyak mentah berjangka Brent, patokan internasional, melemah 43 sen, atau 1,03% menjadi USD41,29 per barel pada pukul 14.15 WIB, dan sebelumnya merosot sebanyak 1,2% menjadi USD40,21 per barel, demikian laporan  Reuters,  di Tokyo, Rabu (23/9).
Sementara itu, patokan Amerika Serikat, minyak mentah berjangka West Texas Intermediate, menyusut 50 sen, atau 1,26% menjadi USD39,30 per barel, setelah sebelumnya anjlok sebanyaknya 1,4% menjadi USD39,26 per barel.
Kedua kontrak itu jatuh lebih dari 4% pada sesi Senin, terbesar dalam dua pekan, meski mencatatkan kenaikan sehari berselang.
Melonjaknya kasus infeksi virus korona di sejumlah negara, termasuk Prancis dan Spanyol, bersama dengan kemungkinan pembatasan di Inggris, memperbaharui kekhawatiran tentang permintaan bahan bakar, bersamaan dengan rencana pasokan Libya yang segera menggerojoki pasar.
Di Amerika Serikat--di mana jumlah kematian akibat Covid-19 melampaui 200.000, tertinggi di dunia--stok minyak mentah meningkat 691.000 barel pada pekan hingga 18 September, menurut data industri, dibandingkan perkiraan analis untuk penurunan 2,3 juta barel.
Stok bensin turun hampir 7,7 juta barel, hampir delapan kali lipat dari ekspektasi, menunjukkan beberapa permintaan bahan bakar di negara konsumen minyak terbesar di dunia itu, tetapi lonjakan kasus Covid-19 di banyak negara menimbulkan pertanyaan tentang sejauh mana permintaan di seluruh dunia akan bergairah kembali.
"Kebangkitan kasus bisa terbukti menjadi batu sandungan bagi pemulihan permintaan, meski setiap penguncian ke depan kemungkinan akan lebih bertarget dan terlokalisasi," kata ING Economics.
Data resmi tentang persediaan minyak mentah Amerika dari Badan Informasi Energi akan dirilis Rabu.
Di Libya, National Oil Company memperkirakan produksi minyak naik menjadi lebih dari 250.000 barel per hari pekan depan.
NOC mengatakan pihaknya memulai kembali ekspor dari terminal minyak Zueitinia setelah memeriksa situasi keamanan di pelabuhan dan ladang minyak mentah di sana.
Meningkatnya konflik di negara itu menyebabkan pemblokiran terhadap sejumlah fasilitas, yang sekarang mulai mereda, meski analis memperkirakan Libya tidak akan mencapai produksi 1,2 juta barel per hari seperti sebelumnya.
Tahun ini, "permintaan minyak dunia akan turun lebih dari 10% dalam setahun menjadi sekitar 90 juta barel per hari karena krisis Covid-19," kata Eurasia Group dalam sebuah catatan.
"Ini akan menandai guncangan permintaan terbesar dalam sejarah industri," katanya. (ef)

Sumber : Admin