Ipotnews - Strategi banyak kanal ( omni-channel ) dan aktivitas promosi yang diterapkan PT Matahari Department Store () belum memperlihatkan hasil signifikan. Pertumbuhan penjualan gerai-gerai yang ada ( SSSG ) cenderung sedikit melemah.
Kesimpulan hasil kajian Tim Riset Indo Premier terhadap saham itu, mengasumsikan tingkat pertumbuhan majemuk tahunan ( CAGR ) keuntungan sepanjang tahun 2018-2021 (2018-21F) akan melemah 11%. Mereka menyarankan untuk memulai buy call dengan target price Rp4.000.
Dalam kajiannya Tim Riset antara lain menyoroti tentang dewan direktur dan strategi promosi yang masih belum menunjukkan kinerja yang jelas. Awal tahun ini, menunjuk tiga manajemen kunci baru: Niraj Jain (CFO), Sreekanth Chetlur (Head of e-Commerce and Omni-channel), dan Nitin Sehgal (Chief Merchandising Officer), yang bertekad untuk menumbuhkan bisnis omni-channel , sambil terus berusaha meningkatkan portofolio merek dengan memasukkan merek global, yaitu 361 Derajat dan OVS.
"Namun, buah dari restrukturisasi ini belum terlihat karena pertumbuhan penjualan konsinyasi tetap lebih tinggi sebesar 3% yoy dibanding pertumbuhan penjualan pembelian langsung yang melemah 1% yoy pada Juni 2019 (6M19)," tulis Tim Riset, Rabu (18/9).
Tim Riset menilai, kehadiran merek-merek tersebut relatif baru di pasar Indonesia, sehingga akan menghadapi tantangan persaingan dengan merek lain (yaitu Skechers, Reebok, dan H&M) dengan harga yang. Sebagai salah satu cara untuk memasarkan merek tersebut, telah membuka total lima gerai 361 Degrees, dan dua toko khusus merek mono-OVS di Jakarta dan Surabaya, dan kemungkinan beberapa gerai lagi dalam waktu dekat.
Tim Riset mencatat, pada kuartal kedua 2019 (2Q19), pertumbuhan penjualan ( SSSG ) rebound sebesar 1,7% dari -1,7% pada 1Q19. Pertumbuhan tersebit membentuk SSSG 1H19 naik 0,6%, sejalan dengan proyeksi mendatar hingga satu digit lebih rendah, meskipun masih terbilang lemah.
"Kami mengharapkan hingga akhir tahun 2019 (FY19F) SSSG akan naik 1%, dengan implikasi SSSG 2H19 SSSG naik 1.5%, sejalan dengan 2Q19," ungkap Tim Resiet Indo Premier. Mereka mengestimasikan, Gross Processing Margin (GPM) FY19 akan tetap di bawah tekanan, menyusut 60bps menjadi 34,9% , karena kami memperkirakan diskon akan berlanjut.
"Upaya penurunan belanja operasional (opex) juga harus terus berlanjut di 2H19 menyusul SSSG yang lemah, terutama karena kami memperkirakan biaya pemasaran tetap tinggi,"mereka menambahkan.
Terlepas dari kondisi fundamental yang menantang, Tim Riset menilai, dengan valuasi 5,2x P/E 12 bulan ke depan, sebagian besar risiko penurunan seharusnya sudah diperhitungkan. "Selain itu, rasio pembayaran dividen 50% harus diterjemahkan sebagai imbal hasil yang cukup tinggi 10,6%."
Program pembelian kembali saham (5,5% pada akhir 2Q19, dari rencana 10%) juga akan membantu meningkatkan kepercayaan investor. "Kami mengusulkan untuk buy call dengan valuasi undemanding dengan target price berbasis discounted cash flow sebesar Rp4.000." (*)
Financial Summary | 2017A | 2018A | 2019F | 2020F | 2021F |
Revenue (Rp bn) | 10,024 | 10,245 | 10,243 | 10,537 | 10,839 |
EBITDA (Rp bn) | 2,702 | 2,638 | 2,439 | 2,365 | 2,278 |
EBITDA Growth | -2.9% | -2.4% | -7.5% | -3.0% | -3.7% |
Net Profit (Rp bn) | 1,907 | 1,097 | 1,665 | 1,597 | 1,520 |
EPS (Rp) | 654 | 377 | 573 | 549 | 523 |
EPS Growth | -5.6% | -42.3% | 51.8% | -4.1% | -4.8% |
ROE | 91.2% | 53.0% | 79.6% | 58.0% | 43.5% |
PER (x) | 4.6 | 8.0 | 5.3 | 5.5 | 5.8 |
EV/EBITDA (x) | 3.9 | 3.8 | 4.3 | 4.7 | 5.2 |
Dividend Yield | 16.0% | 15.2% | 10.6% | 9.5% | 9.1% |
Forecast change | N/A | N/A | N/A | ||
IPS/consensus | 100% | 94% | 92% | ||
Sources: Company, IndoPremier | Share Price Closing as of : 13 September 2019 |
Sumber : Admin