Studi Kasus Perencanaan Pensiun
Thursday, April 06, 2023       17:04 WIB

Perencanaan pensiun umumnya secara tradisional tidak dibagi atas dua bagian, atau tahapan menjadi; (1) perencanaan pensiun ( retirement planning ) dan (2) perencanaan pendapatan pada masa pensiun ( retirement income planning ). Perencanaan pensiun tahap yang pertama kita buat  sebelum  memasuki usia pensiun, dan perencanaan pensiun tahap yang ke dua kita sebut sebagai perencanaan  pendapatan  pada masa pensiun.
Perencanaan pensiun yang baik, menurut kami, harus dibagi atas dua tahap karena pada perencanaan pensiun tahap pertama, (1) kita hanya berfokus pada mencapai imbal hasil setinggi-tingginya berdasarkan  risk-return  portofolio yang kita miliki, (2) kita memiliki jangka waktu investasi yang tertentu dan relatif pasti, dan (3) arus kas seluruhnya adalah arus kas masuk ( cash inflow ). Perencanaan pensiun tahap pertama ini sudah berakhir ketika seseorang memasuki usia pensiun.
Pada perencanaan pensiun tahap ke dua, fokus kita bukan lagi mencapai imbal hasil investasi setinggi-tingginya tetapi beralih kepada mencapai keamanan investasi. Perencanaan pensiun tahap ke dua ini dimulai pada saat kita memasuki usia pensiun. Dalam hal ini, (1) kita ingin supaya harta (dana pensiun) yang telah kita kumpulkan selama karir kita akan cukup untuk membiayai sisa hidup kita di masa pensiun, (2) kita memiliki jangka waktu investasi yang terbatas, tetapi tidak pasti.
Dalam hal ini, kita harus memastikan bahwa dana pensiun yang telah kita kumpulkan nilainya tidak akan tergerus oleh inflasi, dan (3) arus kas yang terjadi seluruhnya adalah arus kas keluar ( cash outflow ) karena kita akan menarik ( withdraw ) dana pensiun untuk menggantikan pendapatan gaji yang sebelumnya rutin kita terima sewaktu kita masih aktif bekerja. Pembaca yang tertarik untuk mempelajari hal ini dapat membuka kembali artikel kami sebelumnya yang berjudul    Perencanaan Pendapatan pada Masa Pensiun -   Pengantar   . 
Kami mengganggap bahwa perencanaan pendapatan pada masa pensiun berbeda cukup banyak dari perencanaan pensiun yang secara tradisional dipraktekkan oleh banyak perencana keuangan saat ini. Perencanaan pendapatan pada masa pensiun menghadapi banyak kendala dan tantangan yang tidak semuanya teridentifikasi oleh perencanaan pensiun tradisional, antara lain: (1) Berkurangnya kemampuan memperoleh penghasilan, (2) Kendala pengeluaran yang nyata, (3) Resiko investasi yang makin besar, (4) Umur manusia yang tidak diketahui, dan pengeluaran-pengeluaran besar yang tidak terduga, (5) Inflasi bertahun-tahun dalam jangka Panjang, dan (6) Kemampuan berpikir (bernalar) yang semakin menurun pada masa pensiun.
Masing-masing kendala dan tantangan perencanaan pendapatan pada masa pensiun ini telah kami bahas dalam artikel-artikel terpisah sebelumya.
Dengan membagi perencanaan pensiun menjadi dua bagian, kita telah membagi arus kas yang terjadi atas arus kas masuk ( cash inflow ) dan arus kas keluar ( cash outflow ). Dalam hal ini, kita telah membagi perencanaan pensiun tradisional menjadi perencanaan pensiun ( retirement planning ) dan perencanaan pendapatan pada masa pensiun ( retirement income planning ).
Kalau pada perencanaan pensiun yang dilakukan sebelum memasuki masa pensiun ( retirement planning ), urutan ( sequence ) dari terjadinya imbal hasil ( return ) tidaklah penting karena hasil akhir jumlah investasi tetap sama besarnya. Tetapi dalam perencanaan pendapatan pada masa pensiun ( retirement income planning ), maka urutan ( sequence ) terjadinya imbal hasil ( return ) akan sangat mempengaruhi hasil akhir jumlah investasi pada masa pensiun.
Jika seseorang memasuki usia pensiun pada saat kondisi pasar modal sedang buruk, dimana imbal hasil instrumen-instrumen investasi mengalami penurunan yang besar, maka penarikan dana pensiun dapat mengakibatkan resiko kegagalan perencanaan pensiun. Dalam hal ini dana pensiun mungkin tidak akan tersedia sampai berakhirnya usia pensiunan, bahkan jika pasar modal kembali bergairah ( bullish ) pada tahun-tahun berikutnya.
Diharapkan bahwa dengan membagi arus kas ( cash flow ) pada perencanaan pensiun menjadi arus kas masuk (cash inflow) dan arus kas keluar (cash outflow), maka para pembaca IPOTNEWS dapat lebih mudah memahami perencanaan pensiun yang dibuat.
Untuk dapat lebih meng-apresiasi pentingnya arus kas (cash flow) dari hasil investasi pada masa pensiun ini, para pembaca IPOTNEWS dapat membaca kembali artikel kami sebelumnya yang berjudul  Resiko Urutan Terjadinya Imbal Hasil Investasi Pada Masa Pensiun (Sequence of Return Risk). 
Perencanaan pendapatan pada masa pensiun sendiri merupakan bidang yang relatif baru, bukan saja untuk kita di Indonesia, tetapi juga bagi para perencana keuangan di negara-negara maju. Studi kasus perencanaan keuangan yang kami sajikan berikut ini kami ambil dari studi kasus yang dimuat di satu situs web (tahun 2023) perencana keuangan di Singapore. Perencana keuangan ini masih membuat perencanaan pensiun sebagai satu rencana saja, tanpa membagi arus kas dari portofolio atas arus kas masuk dan arus kas keluar.
Studi Kasus dan Pembahasan dari IPOTNEWS
Mr.Tan warga negara Singapura, saat ini berusia 55 tahun dan berencana untuk pensiun pada usia 65 tahun. Mr.Tan telah bekerja selama 30 tahun sebagai akuntan dan telah mengumpulkan dana pensiun sebanyak S$600,000 dalam rekening CPF ( Central Provident Fund ). Mr.Tan ingin mengetahui berapa banyak yang harus ditabungnya untuk pensiun, dan apa yang dapat dilakukannya untuk memperbesar pendapatannya selama masa pensiun.
Ringkasan langkah-langkah yang harus diambil oleh Mr.Tan (atau perencana keuangannya) yang diusulkan oleh situs web ini (ditulis dalam  font  normal), dan komentar dari IPOTNEWS (ditulis dalam  font italic ) adalah sebagai berkut:
  1. Identifikasi pengeluaran-pengeluaran selama masa pensiun

Pengeluaran-pengeluaran bulanan Mr.Tan diperkirakan sekitar S$3,000, yang meliputi biaya perumahan, makanan, transportasi, perawatan kesehatan, dan hiburan. Mr.Tan memperkirakan bahwa pengeluaran-pengeluarannya selama masa pensiun adalah sebesar 70% sampai dengan 80% dari pengeluarannya sekarang. Karena itu, Mr.Tan memperkirakan bahwa pengeluaran-pengeluarannya selama masa pensiun adalah sebesar S$2,100 s/d S$2,400 saja.
 Besarnya pengeluaran pada masa pensiun seringkali dianggap hanya sebesar 80% dari pengeluaran pada masa bekerja. Setelah pensiun, orang tidak lagi mengeluarkan biaya transportasi untuk pergi dan pulang kantor, atau biaya untuk sosialisasi dengan rekan-rekan di kantor. Pengeluaran pada masa pensiun ditaksir sebesar 80% dari pengeluaran pada masa bekerja, jadi bukan berarti pengeluaran sebesar 80% dari penghasilan sebelum pensiun . Saat ini nilai tukar 1S$ = IDR 11,000.
1. Mengidentifikasi sumber-sumber penghasilan selama masa pensiun
Mr.Tan ingin pensiun (menarik dana pensiunnya) pada waktu is berusia 65 tahun, yang akan berakibat terjadinya arus kas keluar ( cash outflow ) setiap bulan. Mr.Tan berencana untuk menjual ( monetize ) rumah tinggalnya dan menyewakan rumah keduanya untuk menunjang pendapatannya selama masa pensiun. Lalu, Mr.Tan juga berencana untuk bekerja paruh waktu untuk menambah penghasilannya, dan menambah imbal hasil investasinya melalui investasi pada saham-saham dan reksadana.
 Walau pun secara resmi Mr.Tan belum melakukan perencanaan pensiun, tetapi Mr.Tan telah menabung dana pensiun yang cukup banyak sebesar S$600,000 di rekening CPR (central provident fund) dan memiliki dua buah rumah yang dapat dianggap sebagai harta tabungan dana pensiun. Rencana Mr.Tan pada saat pensiun nanti adalah menjual rumah pertama dan hasilnya diinvestasikan dalam surat berharga (monetize), sedangkan rumah ke duanya akan disewakan untuk menunjang penghasilannya. Tidak jelas di sini apa yang dipergunakan untuk rumah ke dua saat ini, tapi penyewaan rumah ke dua dianggap baru akan dilakukan dimulai ketika Mr.Tan pensiun .
 Catatan: CPF adalah program dana pensiun wajib yang diselenggarakan oleh pemerintah Singapore, di mana gaji karyawan di sana secara otomatis akan dipotong sejumlah tertentu setiap bulannya dan diinvestasikan dalam rekening CPF .
2. Menentukan jumlah tabungan yang dibutuhkan untuk pensiun
Mr.Tan memperkirakan kebutuhan tabungan dana pensiunnya berdasarkan pengeluaran-pengeluaran masa pensiun yang diharapkannya sebesar S$2,400 x 12 bulan x 25 tahun = S$720,000. Untuk mencapai tujuan menabung dana pensiunnya, Mr.Tan harus menabung S$6,000 per bulan untuk sepuluh tahun ke depan.
 Besarnya tabungan yang dibutuhkan untuk pensiun yang dihitung sepuluh tahun sebelum masa pensiun itu tiba sesungguhnya hanyalah taksiran atas besarnya kebutuhan dana pensiun. Besarnya dana pensiun yang dibutuhkan di sini hanya ditaksir berjumlah tetap sebesar 80% dari pengeluaran selama masa bekerja, dan telah ditaksir tidak berubah selama dua puluh lima tahun masa pensiun. Karena perencanaan pensiun untuk Mr.Tan dibuat sepuluh tahun sebelum ia pensiun, dan secara implisit sudah diasumsikan bahwa Mr.Tan berharap untuk tetap hidup sampai usia 90 tahun (65 thn + 25 thn), kita sepatutnya mempertanyakan asumsi yang dibuat ini. 
 Dalam banyak kasus, biaya-biaya pada masa pensiun biasanya berjumlah besar pada awal pensiun, melandai di tengah-tengah, dan kemudian naik lagi menjelang akhir hidup pensiunan. Pada awal pensiun biaya relatif besar karena pensiunan banyak melakukan perjalanan (traveling) menikmati periode emas (golden period) di mana pensiunan bebas pergi ke mana saja yang ia mau.  
 Kemudian, pada periode ke dua yang paling lama, pensiunan tidak lagi melakukan travelling sebanyak periode pertama, tetapi lebih banyak menghabiskan waktu di rumah. Akhirnya, pada periode ke tiga, pengeluaran pensiunan akan naik lagi untuk biaya perawatan kesehatan sebelum akhirnya meninggal dunia. 
3. Memahami resiko-resiko potensial terhadap tabungan dana pensiun
Mr.Tan sadar akan adanya resiko-resiko potensial terhadap tabungan dana pensiunnya, termasuk resiko meningkatnya biaya-biaya perawatan kesehatan, resiko berusia panjang, resiko inflasi, dan resiko volatilitas pasar. Mr.Tan berencana untuk mempertahankan gaya hidup sehatnya dan mengurangi biaya perawatan kesehatan. Mr.Tan berencana untuk berinvestasi pada reksadana indeks yang berbiaya rendah untuk meminimalkan resiko volatilitas pasar. Lebih lanjut, Mr.Tan berencana untuk mengevaluasi rencana pensiunnya secara berkala dan melakukan koreksi seperlunya berdasarkan kondisi pribadinya dan kondisi eksternal.
 Resiko meningkatnya biaya-biaya perawatan kesehatan dapat dikontrol melalui pola hidup sehat, tetapi resiko ini tidak dapat dihilangkan sama sekali, apa lagi pada usia pensiun di mana kondisi Kesehatan manusia secara alamiah akan terus menurun. Di samping tetap mempraktekkan gaya hidup sehat, hal yang juga sangat penting menurut kami adalah membeli asuransi kesehatan seumur hidup pada waktu kondisi jasmani kita masih relative muda dan sehat.  
 Selanjutnya, untuk resiko investasi, Mr.Tan sudah mengidentifikasi adanya resiko inflasi dan resiko volatilitas harga. Untuk itu, diceritakan bahwa Mr.Tan berencana untuk berinvestasi pada reksadana indeks yang berbiaya rendah untuk meminimalkan resiko volatilitas harga. 
 Perlu kami sampaikan di sini bahwa investasi dana pensiun ini seharusnya dibagi atas dua periode: periode pertama adalah periode menabung sebelum memasuki usia pensiun, dan periode ke dua adalah periode penarikan dana (withdrawal) pada saat Mr.Tan telah pensiun. Dalam kedua periode ini, pola investasi sangat berbeda. Resiko investasi pada periode pertama bukan masalah utama, karena resiko volatilitas harga investasi, asalkan rata-rata imbal hasil (return) investasi masih sama, tetap akan memberikan hasil akhir jumlah investasi yang sama. Dalam hal ini urutan terjadinya imbal hasil (return) tidak berpengaruh terhadap hasil akhir, sejauh rata-rata imbal hasil (return) jangka panjang tetap sama. 
 Akan tetapi, Mr.Tan menghadapi resiko investasi yang lebih besar pada periode ke dua, karena pada periode ke dua ini ada dana yang akan ditarik setiap bulan dari dana pensiunnya. Jika Mr.Tan mulai memasuki usia pensiunnya pada saat kondisi pasar modal sedang buruk (bearish), maka dana pensiun yang harus ditarik oleh Mr.Tan setiap bulannya untuk mempertahankan gaya hidupnya (lifestyle) selama masa pensiun dapat lebih besar. Akibatnya, walau pun pasa modal kembali bergairah pada tahun-tahun sesudahnya kembali bergairah (bullish), hasil akhir berupa jumlah dana yang tersedia dapat sangat berbeda.  
 Kami sangat menyarankan para pembaca IPOTNEWS untuk membaca kembali artikel kami sebelumnya yang berjudul Resiko Urutan Terjadinya Imbal Hasil Pada Masa Pensiun (Sequence of Return Risk). Dalam artikel tersebut, ada dua tabel kinerja dana pensiun yang kami sajikan, masing-masing dengan dua skenario imbal hasil (return) selama dua puluh tahun. Skenario pertama, imbal hasil (return) portofolio mula-mula negatif lalu berangsur-angsur menjadi positif pada akhir periode.  
 Skenario ke dua, sebaliknya, imbal hasil (return) portofolio mula-mula positif, lalu berangsur-angsur menjadi negative pada akhir periode. Dalam kedua scenario itu, imbal hasil (return) portofolio secara rata-rata tetap sama besarnya. Perbedaannya, pada table pertama, tidak ada arus kas yang keluar atau masuk ke dalam portfolio. Sementara itu, pada table ke dua, ada arus kas keluar (cash outflow) dari portofolio setiap tahun sebesar $50,000. 
 Terakhir, mengenai resiko inflasi, hanya disebutkan di dalam permasalahan yang dihadapi oleh Mr.Tan, bahwa ia menyadari adanya resiko inflasi tersebut dan Mr.Tan berencana untuk berinvestasi pada reksadana indeks yang berbiaya rendah. Dalam kebanyakan solusi yang dibuat oleh perencana keuangan, investasi hanya dilakukan atas aset-aset tidak berwujud saja (paper assets atau intangible assets). Di sini, rencana Mr.Tan untuk berinvestasi pada reksadana indeks yang berbiaya rendah tidak secara langsung menyelesaikan masalah resiko inflasi.  
 Investasi dalam reksadana indeks (atau dalam ETF) dapat merupakan sarana untuk lindung nilai (hedge) terhadap resiko inflasi jika dilakukan berdasarkan indeks equity yang berlaku secara umum (untuk pemodal di Indonesia, misalnya IHSG ). Investasi pada ETF ekuitas yang berbasis indeks sectoral, misalnya indeks bank-bank dan perusahaan keuangan lainnya, tidak dapat dipakai sebagai sarana lindung nilai terhadap resiko inflasi. 
 Sesungguhnya, investasi yang juga dapat dilakukan oleh Mr.Tan untuk menghadapi resiko inflasi adalah investasi pada properti atau investasi pada aset riil lainnya (emas batangan, atau investasi pada bisnis perusahaan). Tetapi kita akan ikuti saja solusi yang diajukan perencana keuangan dalam web ini, di mana properti pertama milik Mr.Tan akan dijual (monetize) dan dibelikan surat berharga. Sementara itu, property ke dua akan disewakan. Kedua rencana ini tentunya untuk dijalankan saat ini untuk menambah investasi. Tidak terlalu jelas dimana Mr.Tan berencana untuk tinggal (?). 
4. Nasehat dari para ahli untuk perencanaan pensiun
Mr.Tan mengikuti nasehat dari lima ahli perencana pensiun kelas dunia, termasuk Suze Orman, Jean Chatzky, David Bach, Ric Edelman, dan Teresa Ghilarducci. Mr.Tan berencana untuk memprioritaskan tabungan dana pensiunnya, mengotomatiskan urusan keuangan dan tabungannya, melakukan diversifikasi investasi, dan memaksimalkan kontribusinya untuk tabungan CPF dan SRS (supplementary retirement scheme).
 Di negara-negara maju, profesi perencana keuangan termasuk profesi yang sudah lumrah, dan banyak orang yang memberikan nasehat keuangan melalui media massa. Hal yang perlu diperhatikan di sini adalah kualifikasi orang yang memberikan nasehat keuangan itu. Di Amerika Serikat, perencana keuangan umumnya bersertifikasi sebagai CFP (certified financial planner), dan sedikit yang bergelar CFA (chartered financial analyst). Ujian untuk mendapatkan sertifikat CFP (dua hari untuk empat modul ujian) relatif jauh lebih mudah dan lebih cepat dibandingkan ujian untuk mendapatkan sertifikat CFA (minimal tiga tahun). 
 Orman   menganjurkan untuk hidup sesuai kemampuan, menomor-satukan menabung untuk dana pensiun, dan berinvestasi melalui reksadana indeks yang berbiaya rendah. 
 Chatzky   menyarankan Wanita untuk memperhatikan masalah keuangannya dan menggunakan beragam rekening dana pensiun. 
 Bach merekomendasikan untuk mengotomatisasi masalah keuangan, menabung sejumlah kecil tapi dengan konsisten, dan memanfaatkan efek dari bunga berbunga (compounding interest). 
 Edelman   menyarankan pendekatan menyeluruh untuk masalah perencanaan keuangan, memaksimalkan kontribusi tabungan, diversifikasi investasi, dan secara berkala meninjau ulang dan menyesuaikan rencana pensiun yang ada. 
 Ghilarducci   mendukung sistem dana pensiun yang sederhana dan berlaku umum (universal) untuk menjamin semua anggota masyarakat memiliki pensiun yang nyaman dan aman. 
6. Kesalahan-kesalahan yang harus dihindari dalam perencanaan pensiun.
Mr.Tan berencana untuk menghindari mengabaikan kebutuhan-kebutuhan masa pensiunnya di kemudian hari, mengabaikan implikasi-implikasi perpajakannya, dan mengambil terlalu banyak hutang. Mr.Tan berencana untuk terus mengawasi pengeluaran-pengeluarannya, berolahraga secara teratur untuk menjaga kesehatannya, dan mengurangi hutang-hutang pribadinya sesegera mungkin.
 Kesalahan-kesalahan yang dilakukan orang yang mempersiapkan masa pensiunnya, yang sudah diantisipasi oleh Mr.Tan, yakni: (1) mengabaikan resiko inflasi pada harga-harga makanan, dan resiko peningkatan biaya-biaya perawatan kesehatan pada usia lanjut, (2) tidak melakukan diversifikasi investasi, (3) mengabaikan implikasi perpajakan, dan (4) mengambil terlalu banyak hutang. 
 Pada saat seseorang telah pensiun, maka tidak ada lagi arus kas yang masuk. Semua arus kas akan berupa penarikan uang dari dana pensiun (cash outflow). Pada waktu seorang karyawan masih bekerja, uang gaji secara berkala juga akan naik mengikuti inflasi, atau lebih tinggi dari kenaikan inflasi, bergantung pada prestasi karyawan. Jadi, inflasi relatif tidak merupakan persoalan pada waktu karyawan belum pensiun. 
 Pada waktu seorang karyawan memasuki usia pensiun, maka tidak ada lagi uang yang masuk (cash inflow) dari gaji. Semua arus kas akan berupa uang keluar (cash outflow) yang berasal dari penarikan dana pensiunnya. Mengingat bahwa masa pensiun yang harus dijalani semakin Panjang, dalam hal ini Mr.Tan memperkirakan bahwa ia masih akan tetap hidup sampai berusia 90 tahun, maka resiko inflasi berupa peningkatan biaya hidup dan biaya perawatan kesehatan merupakan resiko yang nyata yang tidak dapat diabaikan.  
 Untuk menghadapi resiko kenaikan biaya akibat inflasi maka sebagian investasi harus disimpan dalam instrument ekuitas yang merupakan sarana lindung nilai atas resiko inflasi, dan sebagian lagi disimpan dalam aset riil seperti emas batangan dan properti. 
 Dalam hal ini, sangat dianjurkan untuk membagi investasi dana pensiun ke dalam dua periode, yaitu periode sebelum pensiun, di mana tidak ada dana pensiun yang ditarik, dan periode setelah pensiun di mana terjadi penarikan dana pensiun secara berkala untuk membiayai hidup sehari-hari. Dana pensiun 
 Mengenai implikasi perpajakan, dalam kasus di Indonesia, jika sebelum pensiun seluruh dana pensiun disimpan dalam rekening Dana Pensiun yang telah disahkan oleh Menteri Keuangan, maka pendapatan atas bunga deposito dari dana pensiun itu tidak dikenakan bunga. Tetapi, ketika seorang karyawan pensiun dan dana pensiunnya dibayarkan seluruhnya kepada karyawan, maka pendapatan atas bunga deposito merupakan objek pajak penghasilan. 
 Mengenai hutang yang diambil oleh karyawan, baik hutang jangka pendek (misalnya hutang kartu kredit, atau hutang kredit tanpa agunan), maupun hutang jangka menengah (misalnya hutang kredit kendaraan bermotor), dan hutang jangka panjang (misalmya hutang kredit perumahan rakyat), maka semua hutang harus telah lunas, atau akan lunas, sebelum karyawan memasuki masa pensiun.  
7. Kesimpulan
Mr.Tan menyadari pentingnya perencanaan pensiun dan resiko-resiko potensial atas tabungan dana pensiunnya. Ia berencana untuk mengikuti nasehat para ahli perencanaan pensiun dan menghindari kesalahan-kesalahan yang umum terjadi. Dengan rencana pensiun yang menyeluruh, Mr.Tan ingin menikmati masa pensiun yang nyaman dan aman.
 Oleh: Fredy Sumendap, CFA 

Sumber : IPS