Sukses Tekan Beban Biaya, Kinerja SMRA Bersinar
Monday, April 01, 2019       18:02 WIB

Ipotnews - PT Summarecon Agung Tbk () membukukan laba bersih sebesar Rp449 miliar pada setahun penuh 2018 (FY18). Laba bersih ini naik 24 persen (YoY)
Walaupun pendapatan tumbuh flat sebesar 0,4 persen (YoY), mencetak marjin bersih 7,9 persen pada FY18 yang merupakan pencapaian marjin terbaik sejak FY15. Marjin bersih ini ditopang oleh penurunan beban pokok penjualan ( COGS ) dan opex masing-masing 5 persen dan 2 persen.
Penurunan COGS terustama karena faktor pembangunan gedung bertingkat (apartemen dan ruko) relatif lebih sedikit yang mana butuh biaya pembangunan lebih tinggi. Selain itu opex yang lebih rendah karena turunnya PBB seiring penjualan stok lahan yang di area Kelapa Gading.
Secara triwulanan (QoQ), membukukan laba Rp245 miliar pada 4Q18 atau naik 96 persen (QoQ) dan naik tipis 1 persen (YoY) dibarengi marjin bersih signifikan sebesar 15 persen. Bandingkan dengan marjin bersih pada 3Q18 yang 9,2 persen dan pada 4Q17 sebesar 14,7 persen.
Marketing Sales
Tim Analis Indo Premier Sekuritas yakin akan mencapai target marketing sales tahun 2019 sebesar 25 persen per triwulan pertama tahun ini ditopang oleh kinerja perseroan dalam 2 bulan pertama (2M19) yang solid serta keberhasilan rilis produk.
Per 2M19, perseroan telah membukukan marketing sales Rp685 miliar (naik 101% YoY), mencapai 17 persen dari target marketing sales FY19F sebesar Rp4 triliun. Selain itu, rilis produk baru-baru ini berhasil membukukan order hingga 89 persen dalam launcing Martinez Cluster (serpong) sebanyak 250 unit dengan kontribusi mencapai Rp250 miliar.
Menurut Indo Premier, penting dicatat bahwa adalah satu-satunya developer (dari 4 pengembang papan atas) yang menargetkan pertumbuhan marketing sales positif pada FY19F.
Fokus Deleveraging
Manajemen tengah merancang pemangkasan utang di waktu mendatang dengan tujuan memberikan prospek profitabilitas yang lebih baik. Rasio utang terhadap ekuitas (DER) diperkirakan turun menjadi 0,84 kali pada FY19F. Sementara pada FY18 sebesar 0,95 kali.
Target penurunan DER ini seiring kewajiban jangka berbunga yang harus segera dibayarkan (Rp1,8 triliun) akan jatuh tempo pada 2019. Beban utang berbunga tumbuh secara kuat dalam 5-7 tahun terakhir. Ke depan, daripada mengakusisi lebih banyak lahan, perseroan akan lebih banyak fokus ke pembangunan proyeknya yang ada serta investasi di properti baru.
Valuasi
Indo Premier menaikkan proyeksi laba pada FY19F/20F sebesar 7%/18% karena perseroan diperkirakan mempertahankan marjinnya yang kuat mengingat ke depan akan lebih sedikit membanguan gedung bertingkat.
Selain itu beban financing diproyeksikan turun 4%/9% pada FY19F/20F seiring level utang yang turun. Alhasil Indo Premier menaikkan rekomendasi terhadap saham menjadi Buy dari sebelumnya Hold dengan Target Price (TP) juga naik menjadi Rp1.100 per saham dari sebelumnya Rp900 per saham.
Potensi penguatan saham akan datang dari pengurangan utang yang bersumber dari divestasi investasi properti.
(Riset Indo Premier Sekuritas)

Year To 31 Dec

2017A

2018A

2019F

2020F

2021F

Revenue (RpBn)

5,641

5,661

6,287

6,707

6,952

EBITDA (RpBn)

1,233

1,444

1,574

1,612

1,645

EBITDA Growth (%)

(6.1)

17.1

9.0

2.4

2.0

Net Profit (RpBn)

361

449

496

553

582

EPS (Rp)

25

31

34

38

40

EPS Growth (%)

15.7

24.4

10.6

11.4

5.2

Net Gearing (%)

78.0

78.2

66.4

60.6

57.2

PER (x)

38.4

30.9

27.9

25.1

23.8

PBV (x)

1.7

1.5

1.4

1.3

1.2

Dividend Yield (%)

0.5

0.5

0.6

0.7

0.8

EV/EBITDA (x)

16.5

14.5

12.9

12.9

12.4

 Source: , Indo Premier ; share price closing as of 28 March 2019 


Sumber : admin