Tahun 2019, Ditopang Ekspor Kinerja MYOR Lebih Prospektif
Friday, February 15, 2019       10:49 WIB

Ipotnews - PT Mayora Indah Tbk () diperkirakan akan mendapat manfaat dari daya beli konsumen yang membaik.
Sebagai catatan, penjualan ekspor tangguh maka dari itu manajemen perseroan menargetkan pertumbuhan penjualan sebesar 20 persen. Di sisi lain tekanan beban biaya serta bahan baku juga mengendur.
Tim Analis PT Indo Premier Sekuritas meningkatkan rating saham menjadi Buy dengan target price (TP) menjadi Rp2.930 dari TP sebelumnya Rp2.700 per saham.
Stimulus Fiskal
Seiring pelaksanaan pilpres yang makin dekat, pemerintah telah meningkatkan program bantuan sosial (Bansos) dan mendukung kebijakan yang lebih populis.
Selain itu perputaran anggaran pemilu juga mulai terdistribusi terutama di kalangan menengah segmen rendah. Ini akan berdampak terhadap daya beli khususnya di segmen masyarakat penghasilan rendah.
"Kami yakin ini akan menguntungkan karena perseroan kebanyakan menyasar segmen mid low, " kata Analis Indo Premier Sekuritas, Elbert Setiadharma dalam risetnya yang dirilis, Kamis (14/2).
Menurutnya, review terhadap saham lebih optimistis dengan ditopang oleh daya beli konsumen yang meningkat serta penjualan ekspor perseroan yang kuat di tahun 2019.
Penjualan Ekspor
Penguatan nilai tukar dolar AS diperkirakan menjadi manfaat positif bagi karena sekitar 45 persen pendapatan perseroan dari penjualan ekspor.
Nilai tukar dolar AS sendiri tahun ini diperkirakan akan terus menguat hingga ke kisaran Rp14.500. yang berdampak positif bagi perseroan. Sementara menargetkan penjualan ekspor tahun ini naik 20 persen (YoY) dengan fokus ke pasar Filipina, Vietnam, Thailand dan Malaysia serta Laos.
Selain itu manajemen juga memperkirakan penjualan ekspor ke Rusia naik 2 kali lipat tahun ini menjadi USD40 juta. Meskipun target perseroan agresif dengan dibarengi optimisme, tetap harus hati-hati karena beberapa negara Asean sedang mempertimbangkan peninjauan regulasi tariff. Hal ini kata Elbert bisa menimbulkan risiko pelemahan bagi perseroan.
Beban Biaya
Marjin laba perseroan saat ini berkorelasi dengan biaya bahan baku yang bisa menimbulkan masalah ketika harga bahan baku tidak stabil. Untungnya sejak akhir 2018, harga bahan baku dalam tren turun dan tetap stabil hingga sekarang.
Akan tetapi belanja promosi dan iklan yang tidak normal telah menekan marjin meskipun diperkirakan mulai turun pada 2019. Dalam 9 bulan di sepanjang 2018, belanja iklan dan promosi mencapai 14,7 persen dari total penjualan. Persentase tersebut relatif tertinggi secara rata-rata dalam 5 tahun terakhir yang sebesar 8,3 persen terhadap total penjualan.
Seiring tekanan bahan baku yang relatif tidak pasti dan persaingan yang juga ketat, diperkirakan perseroan akan coba mengelola beban promosi dan iklan guna mendongkrak marjin. Selain itu manajemen juga mempertimbangkan kenaikan harga jual rata-rata (ASP) pada 2019 karena hal itu belum dilakukan sejak 2018.
Valuasi
Indo Premier menaikkan proyeksi pendapatan dan laba pada 2019/2020. Proyeksi ini didukung oleh perkiraan kenaikan volume dan pertumbuhan ekspor yang lebih kuat.
Atas dasar itu, Indo Premier meningkatkan rating saham menjadi Buy dengan TP lebih tinggi menjadi Rp2.930. TP tersebut berdasarkan proyeksi rasio P/E sebesar 30 kali seiring review prospek yang relatif positif di tahun 2019.
(Indo Premier Sekuritas Research)

Year To 31 Dec

2016A

2017A

2018F

2019F

2020F

Revenue (RpBn)

18,350

20,817

23,556

26,924

30,287

EBITDA (RpBn)

2,830

3,000

2,593

3,489

4,059

EBITDA Growth (%)

21.4

6

-13.6

34.6

16.3

Net Profit (RpBn)

1,355

1,594

1,574

2,182

2,601

EPS (Rp)

61

71

70

98

116

EPS Growth (%)

-95.6

17.7

-1.3

38.6

19.2

Net Gearing (%)

40.4

30.6

31.4

19

9.6

PER (x)

42.9

36.5

36.9

26.6

22.4

PBV (x)

9.3

7.9

6.8

5.7

4.7

Dividend Yield (%)

0.5

0.8

0.8

0.8

1.1

EV/EBITDA (x)

21.4

20.1

23.4

17.2

14.6

source: , Indo Premier ; share price closing as of 13 Feb 2019

Sumber : admin