Tahun Depan Capex TOWR Lebih Rendah, Berikut Rekomendasi Sahamnya Dari Para Analis
Tuesday, November 12, 2019       10:06 WIB

Ipotnews - Meski tahun depan PT Sarana Menara Nusantara Tbk () menganggarkan belanja modal atau  capital expenditure  (capex) lebih sedikit, tidak akan mengerem ekspansi.
Adapun, tahun depan mengalokasikan belanja modal sebesar Rp 2,6 triliun. Nilai capex tersebut turun sekitar 26% bila dibandingkan dengan nilai belanja modal tahun ini, Rp 3,5 triliun.
Menurut Wakil Direktur Utama , Adam Gifari, capex tahun depan dipatok lebih rendah lantaran perusahaan bakal mengoptimalkan penyewaan menara untuk operator (kolokasi) ketimbang membangun menara baru ( build to suit) .
Namun, capex tersebut khusus dialokasikan untuk mendanai ekspansi secara organik. "Jumlah capex tersebut belum termasuk kalau ada akuisisi menara," ujar Adam seperti dikutip KONTAN, Senin (11/11).
Manajemen mengakui pihaknya meminati menara milik PT XL Axiata Tbk (). Seperti diketahui, telah memulai proses penjualan 3.200-3.300 unit menara.
"Kalau memang jadi menjalankan proses penjualan menara mereka dan ada proses tender bergulir, sesuai dengan strategi perusahaan, maka kami akan berpartisipasi," jelas Adam.
Hingga kuartal ketiga tahun ini, telah menyerap capex sebesar Rp 2,6 triliun. Realisasi penyerapan tersebut setara sekitar 74% dari anggaran capex tahun ini. Jumlah tersebut terdiri dari capex untuk pembangunan menara sebesar Rp 1,6 triliun dan  fiber optic  Rp 800 miliar.
Sumber capex sejauh ini masih berasal dari kas internal mengingat ketersediaannya masih cukup memadai. Sarana Menara juga akan menggunakan dana kas internal untuk melunasi utang obligasi anak usahanya, Protelindo. Utang senilai Rp 661 miliar tersebut bakal jatuh tempo bulan ini.
Manajemen optimistis, penyerapan capex tahun ini bakal optimal. Bahkan, tak menutup kemungkinan capex bakal terserap sepenuhnya. "Pembangunan infrastruktur telekomunikasi berupa menara dan  fiber optic  terus digenjot untuk meningkatkan  tenancy ratio  perusahaan," jelas Adam.
mencatatkan pendapatan Rp 4,65 triliun per September 2019, naik 6,9% dari pendapatan di periode yang sama setahun sebelumnya. Bisnis sewa menara menyumbang 88,34% dari total pendapatan. Ini setara sekitar Rp 4,11 triliun.
Kontributor selanjutnya adalah bisnis sewa  fiber optic  yang menyumbang 5,62% total pendapatan Sarana Menara atau sebesar Rp 301,69 miliar. Disusul bisnis sewa v ery small aperture terminal  ( VSAT ) yang sebesar Rp 238,75 miliar atau 4,22% total pendapatan.
Sementara itu, laba bersih per kuartal III-2019 tercatat sebesar Rp 1,59 triliun. Angka ini turun 10,13% secara tahunan dari sebelumnya Rp 1,7 triliun.
Analis Deutsche Verdhana Sekuritas Indonesia Raymond Kosasih dan James Nugroho mengatakan, pendapatan dan laba bersih per kuartal III-2019 ini sejalan dengan proyeksi, yakni masing-masing mencapai 73% dan 74% dari proyeksi tahun 2019.
Memasuki 2020, jaringan  fiber optic  yang baru dipasang dinilai akan mencatatkan peningkatan kontribusi pendapatan.
"Meningkatnya lalu lintas data di seluruh perusahaan telekomunikasi besar akan membuat perusahaan menara telekomunikasi yang memiliki jaringan  fiber optic  yang tersebar menjadi pemenang jangka panjang," tulis keduanya dalam riset.
Untuk itu, kedua analis tersebut merekomendasikan  buy  saham dengan target harga jangka panjang Rp 850 per saham. Kemarin, harga saham naik 5 poin ke level Rp 650 per saham. Sepanjang tahun ini, harga saham turun 5,8%. (winardi)

Sumber : Admin