Tantangan Perencanaan Pendapatan Pada Masa Pensiun: Resiko Investasi yang Makin Besar (3)
Monday, February 27, 2023       17:47 WIB

Pada artikel sebelumnya yang berjudul  Tantangan Perencanaan Pendapatan Pada Masa Pensiun: Kendala Pengeluaran Yang Nyata (2) , kita telah membahas tantangan ke dua dalam perencanaan pendapatan selama masa pensiun, yaitu kendala pengeluaran yang nyata.
Pada masa sebelum pensiun, dana pensiun dapat dianggap hanya sebagai sarana untuk menabung atau berinvestasi untuk mempersiapkan hari tua yang akan datang ( but not yet visible ). Sedangkan pada masa pensiun, perencanaan pensiun harus memperhitungkan bahwa ada arus kas yang harus dihasilkan dari aset-aset yang telah dikumpulkan sebelumnya.
Pada perencanaan pensiun ( retirement planning ) jangka waktu investasi sudah jelas, dimulai pada saat orang mulai menabung atau berinvestasi untuk mengisi dana pensiunnya, dan berakhir pada saat orang itu memasuki usia pensiun. Sementara perencanaan pendapatan pada masa pensiun ( retirement income planning ) dimulai saat orang pensiun untuk jangka waktu yang terbatas tetapi tidak diketahui.
Perencanaan pendapatan pada masa pensiun ( retirement income planning ) menjadi menantang, karena ada tujuan berinvestasi pada masa pensiun yang harus dicapai, yaitu 4L ( lifestyle, longetivity, legacy, liquidity). 
Dahulu, persoalan perencanaan pendapatan pada masa pensiun belum mengemuka karena (1) usia harapan hidup setelah orang pensiun tidak terlalu panjang, dan (2) ada program pensiun Manfaat Pasti yang menjamin bahwa setiap pensiunan akan menerima manfaat pensiun yang besarnya tertentu, mulai dari saat orang pensiun sampai meninggal dunia.
Dalam perencanaan pendapatan pada masa pensiun ( retirement income planning ), pensiunan yang terpaksa harus kembali bekerja akan menghadapi tantangan, pertama, berupa kesulitan untuk memperoleh pendapatan yang diharapkan sesuai dengan kemampuannya ( reduced earnings capacity ).
Berkurangnya kemampuan pensiunan untuk memperoleh penghasilan ini selanjutnya akan mengurangi kapasitas pensiunan untuk mengambil resiko ( reduced risk capacity ). Artinya kemampuan pensiunan untuk menanggung atau menerima resiko makin berkurang. Kapasitas resiko pensiunan yang semakin kecil akan mengurangi toleransi resiko pensiunan ( risk tolerance ), sehingga kesediaan ( willingness ) pensiunan untuk menanggung resiko juga berkurang.
Tantangan perencanaan pendapatan pada masa pensiun yang ke-dua adalah kendala pengeluaran yang nyata. Pada masa pensiun, dari 4L ( lifestyle, longetivity, legacy,  dan  liquidity ) tujuan investasi, maka gaya hidup ( lifestyle ) adalah tujuan investasi yang akan diusahakan untuk terpenuhi melebihi tujuan investasi yang lain.
Perencanaan pensiun ( retirement planning ) dilakukan sebelum subjek perencana pensiun berhenti bekerja (pensiun), sementara pengeluaran-pengeluaran hanyalah simulasi saja yang dibuat di atas kertas (tidak nyata).
Tidak demikian halnya dengan perencanaan pendapatan pada masa pensiun ( retirement income planning ), di mana pengeluaran-pengeluaran adalah hal nyata yang terjadi dan harus dipikirkan dengan cermat.
Tantangan perencanaan pendapatan pada masa pensiun yang ke-tiga adalah resiko investasi yang makin besar pada masa pensiun. Resiko investasi dikatakan semakin besar (dibandingkan resiko investasi untuk perencanaan pensiun atau  retirement planning ), karena pada perencanaan pendapatan pada masa pensiun ( retirement income planning ), urutan terjadinya imbal hasil ( return ) pasar modal menjadi relevan, meski pun imbal hasil pasar modal untuk jangka panjang tetap sama.
Seseorang yang mulai memasuki usia pensiun pada awal terjadinya resesi ekonomi (pasar modal lesu atau  bearish ) akan melihat bahwa imbal hasil ( return ) investasinya pada saat itu jauh di bawah angka perkiraan imbal hasil ( return ) pasar modal dalam jangka panjang (Catatan: di Amerika Serikat, biasanya dipakai angka imbal hasil pasar modal rata-rata selama 30 tahun).
Padahal, angka imbal hasil ( return ) pasar modal yang selalu dipakai dalam membuat perencanaan pensiun ( retirement planning ) adalah angka imbal hasil ( return ) pasar modal dalam jangka panjang.
Jika distribusi penghasilan tetap dipaksa untuk dilakukan pada saat pasar modal sedang lesu ( bearish ), maka jumlah investasi yang harus dicairkan ( withdrawal rate ) - untuk mencapai jumlah hasil yang sama dengan angka rata-rata imbal hasil ( return ) jangka panjang yang biasanya diasumsikan dalam perencanaan pensiun konvensional - dapat mencapai jumlah yang sangat besar.
Bayangkan seandainya pencairan investasi itu harus dilakukan pada saat pertumbuhan harga saham-saham sedang negatif. Angka imbal hasil ( return ) yang buruk (negatif) pada awal pensiun dapat mengakibatkan pencairan portofolio ( withdrawal rate ) yang jauh lebih besar, dibandingkan dengan jika pasar modal tumbuh positip, atau tumbuh sama besar dengan angka rata-rata imbal hasil ( return ) pasar modal dalam jangka panjang.
Jika pencairan dana dari portofolio itu terjadi pada awal pensiun, maka portofolio akan berkurang banyak, sehingga jumlah yang tersisa untuk membiayai masa pensiun selanjutnya banyak berkurang. Bahkan seandainya pada periode berikutnya pasar modal mengalami masa bergairah ( bullish ), dengan imbal hasil rata-rata yang lebih besar daripada angka imbal hasil ( return ) pasar modal dalam jangka panjang.
Hal ini jarang disadari oleh orang yang melakukan perencanaan pensiun secara tradisional. Imbal hasil ( return ) pasar keuangan yang dialami pada saat seseorang mulai memasuki masa pensiun mempunyai arti yang jauh lebih besar dari yang umumnya dipahami. Secara umum,  memasuki usia pensiun pada permulaan periode resesi sangatlah berbahaya .
Jika imbal hasil ( return ) portofolio negatif terjadi pada masa-masa awal pensiun, ketika pensiunan mulai melakukan pencairan dana pensiunnya, pencairan portofolio dapat dengan cepat menghabiskan dana pensiun yang ada. Akibatnya, sisa aset dalam portofolio jauh lebih sedikit untuk bisa menikmati kenaikan harga pada periode berikutnya.
Angka pertumbuhan pasar saham mungkin tetap sama besar dalam jangka panjang, tetapi pensiunan dapat mengalami kerugian yang besar sekali akibat urutan terjadinya imbal hasil (return) portofolio. Hal ini yang kami maksudkan dengan tantangan dalam perencanaan penghasilan dalam masa pensiun: resiko investasi yang semakin tinggi.
Untuk mengurangi resiko investasi yang semakin tinggi pada masa pensiun, maka sebaiknya pensiunan melakukan diversifikasi investasi ke dalam berbagai instrumen. Baik itu instrumen saham-saham, instrumen pendapatan tetap, dan instrumen pasar uang.
Tujuan investasi haruslah diubah dari sebelumnya, yaitu untuk mencapai hasil investasi setinggi-tingginya ( risk adjusted return ) - sesuai dengan profil resiko dan imbal hasil dari instrumen yang ada (dan dibatasi oleh toleransi resiko dari masing-masing individu).
Pada masa pensiun tujuan investasi menjadi berusaha mempertahankan nilai portofolio supaya dapat memenuhi semua kebutuhan pensiunan sampai akhir hidupnya.
 Oleh: Fredy Sumendap, CFA 

Sumber : IPS