Terseret Pelemahan Saham, Mayoritas Mata Uang EM Asia Ikut Terbenam
Wednesday, September 09, 2020       16:08 WIB

Ipotnews - Indeks saham emerging markets Asia tertekan dalam perdagangan hari Rabu (9/9) setelah aksi jual mendorong kejatuhan harga saham teknologi di Wall Street, Selasa (8/9). Pada akhirnya, pelemahan indeks saham juga membebani mata uang EM Asia sehingga mayoritas melemah.
Pada perdagangan sore ini, mayoritas indeks saham EM Asia melemah. Bursa China melemah -1,82%, India -0,88%, Indonesia -1,81%, Malaysia -1,60%, Fillipina -1,68%, Korea Selatan -1,09%, Singapura -0,54%, Taiwan -0,43%, dan Thailand -0,42%, demikian laporan dari Reuters.
Indeks saham Indonesia melemah mendekati 2%, mencapai level terendah dalam satu bulan terakhir. Indeks Malaysia turun cukup besar hari ini, terendah sejak akhir Juni lalu.
Di Malaysia, sejumlah saham milik perusahaan minyak negara Petronas termasuk salah satu yang mengalami pelemahan terbesar hari ini. Di Indonesia, saham Medco Energi Internasional juga merosot tajam akibat harga minyak turun di bawah USD40 per barel karena kekhawatiran produksi akan melebihi permintaan.
Pasar uang EM Asia juga berubah pada sore ini, mayoritas mengalami pelemahan. Yuan melemah -0,03%, rupee -0,09%, rupiah -0,54%, ringgit -0,19%, peso -0,01%, won -0,23%, dan dolar Singapura -0,03%.
Hanya dolar Taiwan yang menguat 0,70% dan baht menguat 0,13%.
Rupiah mengalami pelemahan yang terbesar, memaksa Bank Indonesia untuk melakukan intervensi pasar. Rupiah mengalami pelemahan hampir 1,5% dalam seminggu terakhir dan melemah lagi pada hari Rabu, karena kekhawatiran tentang intervensi pemerintah dalam pengambilan kebijakan moneter BI melalui revisi UU No 23 Tahun 1999 Tentang BI.
Salah seorang menteri penting di Indonesia mengatakan kepada Reuters bahwa negara harus menyinkronkan kebijakan moneter dan fiskal dengan lebih baik untuk menangani dampak ekonomi dari pandemi virus korona. Tetapi pemerintah mengatakan akan melakukannya dengan cara tidak mendukung usulan pembentukan Dewan Moneter untuk mengawasi Bank Indonesia.
Wei Liang Chang, ahli strategi makro di DBS, mengatakan rupiah terus mengalami tekanan akibat kekhawatiran atas perubahan yang diusulkan dalam revisi UU BI yang bisa menghilangkan independensi bank sentral.
Terkait ringgit, sebagian kecil ekonom mengharapkan Bank Negara Malaysia (BNM) kembali memotong suku bunga acuannya 25 basis poin pada hari Kamis (10/9), sehingga mencapai level terendah sepanjang sejarah 1,5%. Ini penting untuk membantu mengimbangi dampak dari krisis virus corona dan mendongkrak pertumbuhan ekonomi Malaysia.
BNM telah memangkas suku bunga sebesar 125 bps sepanjang tahun ini, tetapi ekonom ING Prakash Sakpal berpendapat bahwa ringgit itu telah mengalami penguatan 4% terhadap dolar AS sejak Juni. Kondisi ini seharusnya memberikan ruang lebih besar pada BNM untuk kembali bermanuver memangkas suku bunga.
(Adhitya)

Sumber : Admin

berita terbaru
Thursday, Apr 18, 2024 - 11:34 WIB
Kepemilikan Saham 31 Maret 2024 EPMT
Thursday, Apr 18, 2024 - 11:24 WIB
Kepemilikan Saham 31 Maret 2024 ELIT
Thursday, Apr 18, 2024 - 11:23 WIB
Kepemilikan Saham 31 Maret 2024 KINO
Thursday, Apr 18, 2024 - 11:13 WIB
Kepemilikan Saham 31 Maret 2024 TRST
Thursday, Apr 18, 2024 - 10:58 WIB
Kepemilikan Saham 31 Maret 2024 PTSP
Thursday, Apr 18, 2024 - 10:47 WIB
Kepemilikan Saham 31 Maret 2024 BUMI