Tiga Faktor Ini Membuat Kurs Rupiah Flat Jelang Idul Fitri
Tuesday, May 11, 2021       16:15 WIB

Ipotnews - Menjelang Hari Raya Idul Fitri, nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat berakhir flat. Setidaknya ada tiga faktor yang mempengaruhinya.
Mengutip data Bloomberg, Selasa (11/5) pukul 15.00 WIB, kurs rupiah akhirnya ditutup pada level Rp14.197 per dolar AS. Posisi tersebut menunjukkan posisi stagnan atau flat apabila dibandingkan dengan penutupan pasar spot pada awal pekan Senin sore kemarin (10/5).
Direktur PT TRFX Garuda Berjangka, Ibrahim Assuaibi, mengatakan dolar AS memang menguat tipis pada sore ini setelah sebelumnya sempat melemah. "Ini yang membuat dalam perdagangan sore ini, rupiah ditutup stagnan walaupun sebelumnya sempat menguat tipis," kata Ibrahim dalam keterangan tertulis, Selasa sore.
Dolar AS menguat tipis terhadap mata uang lainnya sehari menjelang rilis data inflasi AS untuk April, termasuk indeks harga konsumen inti (CPI). Sementara itu, imbal hasil obligasi AS tenor 10 tahun tetap di bawah 1,6%.
"Jadi kemungkinan The Federal Reserve AS tidak akan mempertimbangkan untuk mengubah kebijakan moneter dovishnya sampai mereka melihat inflasi yang lebih tinggi, kenaikan upah, dan tingkat pekerjaan yang kuat dengan rata-rata 1 juta pekerjaan diciptakan," ujar Ibrahim.
Faktor kedua, China juga merilis data inflasi untuk April 2021 pada hari ini. Indeks Harga Konsumen (CPI) China baru saja meleset dari ekspektasi, menyusut sebesar 0,3% bulan ke bulan tetapi tumbuh sebesar 0,9% setahun. Indeks Harga Produsen (PPI) tumbuh lebih baik dari perkiraan 6,8% tahun ke tahun. Ini juga membuat penguatan kurs rupiah tadi siang tidak berlanjut pada sore ini. "Keduanya sedikit di bawah ekspektasi pasar," ujar Ibrahim.
Faktor ketiga, penjualan ritel Indonesia terus menunjukkan tanda pemulihan, meski masih terjadi kontraksi (pertumbuhan negatif) pada Maret 2021. Namun sebulan kemudian, kontraksi itu diperkirakan sudah hilang.
Bank Indonesia (BI) melaporkan penjualan ritel yang dicerminkan oleh Indeks Penjualan Riil (IPR) pada Maret 2021 sebesar 187,9. Naik 6,1% dibandingkan bulan sebelumnya (month-to-month/mtm).
Jika dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya (year-on-year/yoy), masih terkontraksi 14,6%. Kali terakhir penjualan ritel mampu tumbuh positif secara tahunan adalah pada November 2019. Artinya, kontraksi sudah terjadi selama 16 bulan beruntun.
"Akan tetapi, jangan kehilangan harapan. Never give up. Sebab pada April 2021, penjualan ritel diperkirakan tumbuh positif baik secara bulanan maupun tahunan," tutup Ibrahim.
(Adhitya)

Sumber : Admin