Virus Korona Bermutasi dan Berubah-ubah, dengan Vaksin Booster Antibodi akan Selangkah di Depan
Saturday, September 25, 2021       20:37 WIB

Ipotnews - Virus korona dapat bermutasi dan berubah-ubah, demikin pula antibodi yang diproduksi oleh tubuh manusia.Setelahterinfeksi virus atau diberi suntikan vaksin, tubuh dapat beradaptasi dari waktu ke waktu, mengenali varian dan mengikat lebih erat pada virus.
Profesor Paul Bieniasz, ahli virologi di Universitas Rockefeller, mengatakan antibodi dapat dimanipulasi oleh suntikan  booster  Covid-19 untuk membantu tubuh kita melawan varian atau virus korona yang muncul.
"Baik infeksi maupun vaksinasi dalam bentuk dua suntikan saat ini, tidak memaksimalkan kapasitas sistem kekebalan untuk menangani varian," kata Bieniasz, seperti dikuti Business Insider, Jumat (24/9).
"Ada banyak kapasitas tambahan di sana, yang dapat kita manfaatkan dengan menggunakan dosis  booster  atau dengan memodifikasi rejimen vaksin mRNA menjadi tiga dosis, seperti banyak vaksin virus lainnya," imbuhnya.
Menurut Bieniasz bahwa selama beberapa bulan, antibodi dapat berevolusi untuk mengenali varian yang seharusnya resisten. Antibodi yang ada beberapa bulan setelah infeksi atau vaksinasi juga mengikat lebih erat pada virus penyebab Covid-19 dibanding satu bulan setelahnya. Ia mengutip penelitian yang diterbitkan dalam jurnal Immunity and Nature dalam dua bulan terakhir.
Seiring waktu, kata Bieniasz, jumlah total antibodi berkurang - tetapi kualitasnya menjadi lebih baik karena mereka beradaptasi.
Profesor John Wherry, direktur Institute for Immunology di University of Pennsylvania, menjelaskan bahwa ada dua jenis antibodi. Pertama, antibodi "darurat" yang diproduksi dengan cepat. Kedua, antibodi yang berkembang dalam jangka waktu yang lebih lama di kelenjar getah bening.
"Apa yang kita lihat dalam darah adalah campuran antibodi yang dibuat dengan cepat sebagai bagian dari awal rencana darurat tubuh dan 'yang lebih baik' keluar dari kelenjar getah bening," kata Wherry kepada Business Insider.
Bienasz menyebutkan, jika dosis vaksin diberikan "beberapa bulan setelah" vaksinasi atau infeksi awal, dapat memeningkatkan antibodi menjadi lebih kuat lagi, dan memungkinkan untuk "menjadi lebih beragam lagi."
Ia berpendapat, memutuskan kebijakan dengan hanya mengandalkan hasil uji klinis yang ada hasilnya tidak akan baik. "Kita harus memperhitungkan bagaimana sistem kekebalan kita beradaptasi, dan mempersiapkannya untuk masa depan."
"Ini adalah perlombaan senjata evolusioner, sistem kekebalan kita melawan virus," katanya. "Kita harus mencoba berpikir selangkah lebih maju dari virus, bukan selangkah di belakang."
Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) AS merekomendasikan agar warga AS di atas 65 tahun yang telah divaksinasi penuh, petugas kesehatan, atau mereka yang memiliki kondisi kesehatan tertentu harus mendapatkan suntikan penguat vaksin Covid-19 tambahan enam bulan setelah mereka divaksinasi sepenuhnya.
Wherry berpendapat, bahwa belum diketahui seberapa banyak tingkat antibodi yang dibutuhkan untuk memberikan perlindungan. Enam bulan adalah "hampir benar," katanya. Ia mengaku "khawatir" jika jarak waktu antara vaksin awal dan  booster  lebih pendek.
"Anda dapat memikirkan respon imun sedikit seperti olahraga, perlu pemulihan sistem kekebalan di antara tiap dosis vaksin" kata Wherry. "Jika Anda berolahraga dan beristirahat di antaranya, Anda lebi meningkatkan kinerja daripada berolahraga sangat keras setiap hari." (Business Insider)

Sumber : admin