Wall Street Bangkit dari Gempuran Aksi Jual, Dow Melonjak Lebih dari 600 Poin
Tuesday, May 24, 2022       04:57 WIB

Ipotnews - Bursa ekuitas Wall Street melejit, Senin, karena investor mengambil sejumlah saham yang tersungkur seperti perbankan, setelah Dow Jones Industrial Average mencatat kerugian delapan pekan berturut-turut.
Indeks  blue chip  itu ditutup melonjak 618,34 poin, atau 1,98%, menjadi 31.880,24, demikian laporan   CNBC ,  di New York, Senin (23/5) atau Selasa (24/5) pagi WIB.
Sementara, indeks berbasis luas S&P 500 melesat 1,86% atau 72,39 poin menjadi 3.973,75, memangkas kerugiannya setelah jatuh ke wilayah  bear market  pada satu titik, Jumat, anjlok lebih dari 20% dari rekornya. Sedangkan Nasdaq Composite Index melambung 1,59% atau 180,66 poin menjadi 11.535,27.
Masih harus dilihat berapa lama ketiga indeks tersebut dapat mempertahankan level ini, kata sejumlah analis. Investor telah berada di sini sebelumnya, menyambut reli selama gejolak tahun ini tetapi bertanya-tanya kapan rebound akan cukup kuat untuk membalikkan tren penurunan selama berbulan-bulan itu.
"Dorongan ini gagal beberapa kali selama beberapa pekan terakhir," ujar Ross Mayfield, analis Baird. "Patokannya sekarang lebih tinggi untuk kinerja positif yang berkelanjutan mengingat semua hambatan yang sudah sangat dipahami" -- seperti pertumbuhan yang melambat, valuasi yang meningkat, kenaikan suku bunga, dan ketakutan akan resesi.
"Dengan begitu banyak saham turun secara signifikan tahun ini, tidak akan mengejutkan melihat penangguhan hukuman singkat di pasar Amerika Serikat hari ini (Senin)," kata Wayne Wicker, Chief Investment Officer MissionSquare Retirement.
"Namun, mengingat sejumlah tantangan terkait dengan inflasi, kenaikan suku bunga, dan peristiwa geopolitik saat kita memasuki bulan-bulan musim panas, investor bakal memperkirakan volatilitas lanjutan dalam jangka pendek."
JPMorgan melambung 6,2% setelah bank itu memperkirakan untuk mencapai target  return  utama lebih cepat dari yang direncanakan, berkat kenaikan suku bunga memberikan bisnis perbankan dorongan. Citi juga melesat 6%, karena imbal hasil US Treasury 10-tahun rebound dari minggu lalu. Wells Fargo dan Bank of America masing-masing melonjak lebih dari 5%.
Ross Stores dan TJX juga berada di jajaran  top gainer , Senin, masing-masing meroket sekitar 9,6% dan 4,2%, menjelang hari yang sibuk bagi sektor ritel. Lainnya di sektor ini, termasuk Costco, Dollar General, Nordstrom dan Macy's, dijadwalkan untuk merilis laporan keuangannya minggu ini.
Saham VMWare melompat lebih dari 24,9% setelah  Bloomberg News  dan  Reuters  melaporkan bahwa pabrikan  chip  Broadcom dalam pembicaraan untuk mengakuisisi perusahaan layanan  cloud  itu, mengutip narasumber. Saham Broadcom anjlok 3,1%.
Saham Electronic Arts naik 2,3% menyusul laporan bahwa pembuat video game itu secara aktif berupaya melakukan merger atau menjual perusahaannya.
Sementara itu, sentimen tampaknya mendapatkan dorongan setelah Presiden Joe Biden mengatakan sedang mempertimbangkan untuk mengurangi tarif pada beberapa produk yang diimpor dari China. "Saya sedang mempertimbangkannya," kata Biden. "Kami tidak mengenakan tarif itu. Mereka dipaksakan oleh pemerintahan terakhir dan itu sedang dipertimbangkan."
Investor mencari tanda-tanda titik terendah karena aksi jual pasar 2022 pada saham mendekati bulan keenam.
S&P 500 saat ini berada 17,5% dari rekor tertingginya, sedangkan Dow jatuh 13,7%. Nasdaq sudah jauh di wilayah  bear market , anjlok 28,8% dari level tertingginya.
Akhir sesi Jumat lalu menandai penurunan beruntun delapan pekan pertama bagi Dow sejak 1923. S&P 500 juga mencatat kerugian tujuh minggu berturut-turut, terburuk sejak 2001.
Nasdaq melihat minggu negatif ketujuh berturut-turut untuk pertama kalinya sejak Maret 2001. Indeks teknologi itu juga mencatat level intraday terendah sejak November 2020 pada sesi Jumat.
"Investor mencoba memahami apa yang sebenarnya terjadi dan selalu mencoba menebak apa hasilnya," kata Susan Schmidt, analis Aviva Investors. Investor dan pasar membenci ketidakpastian "dan ini adalah periode di mana mereka tidak memiliki indikasi yang jelas tentang apa yang akan terjadi dengan  push-pull  ini antara inflasi dan ekonomi." (ef)

Sumber : Admin

berita terbaru