Wall Street Berbalik ke Teritori Negatif di Tengah Kekhawatiran Seputar Valuasi
Tuesday, January 12, 2021       04:42 WIB

Ipotnews - Bursa ekuitas Wall Street melemah, Senin, karena investor menilai valuasi saham dan prospek stimulus bantuan Covid-19 lebih banyak, bersama dengan gejolak politik yang sedang berlangsung.
Dow Jones Industrial Average ditutup turun 89,28 poin, atau 0,29%, menjadi 31.008,69, demikian laporan   CNBC ,  di New York, Senin (11/1) atau Selasa (12/1) pagi WIB. Pada satu titik, Dow sempat melorot 265 poin.
Sementara itu, indeks berbasis luas S&P 500 merosot 0,66% atau 25,07 poin menjadi 3.799,61, dan Nasdaq Composite Index anjlok 1,25% atau 165,54 poin menjadi 13.036,43.
Wall Street muncul dari pekan yang solid untuk memulai 2021 ketika investor mengabaikan kerusuhan di Capitol Hill dan fokus pada prospek stimulus fiskal tambahan setelah sapu bersih Kongres oleh Partai Demokrat.
S&P 500 menguat selama empat hari berturut-turut ke rekor dengan kenaikan 1,8% minggu lalu. Dow dan Nasdaq Composite masing-masing melesat 1,6% dan 2,4% pada pekan sebelumnya, juga mencapai level tertinggi sepanjang masa.
Namun reli di tengah pergolakan politik dan pandemi virus korona menimbulkan kekhawatiran bahwa investor dinilai terlalu bersemangat. Saham Tesla, misalnya, meroket 25% pekan lalu dan 747% dalam 12 bulan terakhir. Saham Tesla anjlok 7,8% pada penutupan Senin.
"Pada valuasi yang luar biasa tinggi adalah di mana kita berada, dan itu didukung oleh stimulus dalam jumlah besar," ungkap investor miliarder dan pendiri DoubleLine Capital, Jeffrey Gundlach.
Ketegangan di Washington meningkat lagi untuk memulai pekan ketika kubu Demokrat di DPR memperkenalkan artikel pemakzulan, Senin, terhadap Presiden Donald Trump karena dinilai menghasut serangan massa di Capitol. Majelis rendah itu berencana untuk mengambil suara pada artikel tersebut minggu ini.
Selama akhir pekan lalu, Ketua DPR Nancy Pelosi, mengatakan majelis rendah itu akan mendorong pemakzulan Trump jika Wakil Presiden Mike Pence dan kabinet pemerintahan saat ini menolak keras untuk mengeluarkan presiden melalui Amendemen ke-25.
"Ketika kita mendengarkan Ketua DPR...pada dasarnya hanya mengatakan presiden adalah orang yang paling berbahaya, kita mendapat bahaya selama seminggu dan pasar tidak menyukainya," kata Jim Cramer, analis   CNBC . 
Untuk saat ini, pasar tampaknya mengabaikan hal itu karena Kongres berhasil mengonfirmasi kemenangan Biden dan Demokrat sekarang menguasai Senat yang kemungkinan akan mengejar stimulus besar lainnya. Jika peristiwa ini mulai menunda atau menggagalkan rencana stimulus tersebut,  trader  mungkin mulai lebih memperhatikan, kata dia.
Presiden terpilih Joe Biden, Jumat, berjanji akan meluncurkan paket stimulus ekonomi yang besar dan kuat, yang dikatakan bakal "dalam triliunan dolar." Rincian lebih lanjut akan menyusul dalam pengumuman resmi pada Kamis, enam hari sebelum dia dijadwalkan untuk menjabat.
"Kemajuan dibangun di atas tiga pilar utama: laba perusahaan yang kuat, stimulus besar-besaran, dan optimisme vaksin," kata Adam Crisafulli, analis Vital Knowledge dalam sebuah catatan. "Ekspektasi stimulus semakin tinggi - rencana Biden mungkin bernilai beberapa triliun dolar di atas kertas, tetapi apa yang benar-benar diloloskan mungkin akan jauh lebih kecil."
Kebutuhan stimulus lebih lanjut digarisbawahi oleh hilangnya lapangan kerja secara tak terduga pada Desember. Jumat, Departemen Tenaga Kerja melaporkan  nonfarm payrolls  turun 140.000 karena pembatasan penguncian baru menghantam industri yang sensitif terhadap virus korona, menandai penurunan bulanan pertama sejak April. (ef)

Sumber : Admin