Wall Street Perkasa, S&P 500 Tembus Level 3.300 untuk Kali Pertama
Friday, January 17, 2020       04:37 WIB

Ipotnews - Bursa saham Wall Street menguat, Kamis, ke rekor tertinggi yang baru setelah Morgan Stanley melaporkan angka kuartalan yang dengan mudah melampaui ekspektasi analis, sementara investor juga mencerna data ekonomi Amerika yang solid.
Indeks berbasis luas S&P 500 ditutup melonjak 0,84% atau 27,52 poin, menjadi 3.316,81, menembus di atas 3.300 untuk pertama kalinya, demikian laporan   CNBC  , di New York, Kamis (16/1) atau Jumat (17/1) pagi WIB.
Sementara itu, Dow Jones Industrial Average melesat 268 poin, atau 0,92% menjadi 29.297,64, sedangkan Nasdaq Composite Index naik 1,06% atau 98,44 poin menjadi 9.357,13 ketika saham Microsoft mencapai level rekor sementara kapitalisasi pasar induk usaha Google, Alphabet, menembus USD1 triliun untuk pertama kalinya.
Tiga bisnis utama Morgan Stanley--manajemen investasi,  wealth management , dan perdagangan--semuanya menghasilkan pendapatan lebih dari perkiraan pada kuartal sebelumnya. Saham perusahaan itu melonjak lebih dari 6,5%. Saham bank lain, termasuk Goldman Sachs dan J.P. Morgan Chase, mengikuti kenaikan Morgan Stanley.
Sejauh ini, musim laporan keuangan mencatatkan awal yang solid. Sekitar 7% dari perusahaan S&P 500 telah melaporkan keuangannya sejauh ini, menurut data FactSet. Dari perusahaan-perusahaan itu, 76,5% membukukan laba lebih baik dari perkiraan.
Sebelumnya, analis memperkirakan laba S&P 500 anjlok 2% pada kuartal keempat, data FactSet menunjukkan.
"Banyak orang, termasuk kita, menyoroti bagaimana harga saham menjadi relatif mahal terhadap laba mereka," kata Nick Raich, CEO The Earnings Scout, dalam sebuah catatan.
Data ekonomi yang kuat juga mengangkat sentimen di Wall Street. Klaim pengangguran mingguan secara tak terduga turun 10.000 menjadi 204.000. Ekonom yang disurvei  Reuters  memperkirakan klaim sebesar 216.000.
Sementara itu, penjualan ritel naik 0,3% pada Desember, sesuai ekspektasi. Indeks bisnis Federal Reserve Philadelphia juga melonjak menjadi 17 pada Januari dari 2,4 di Desember.
Rabu, saham Wall Street ditutup jauh di bawah dari sesi tertingginya setelah Presiden Donald Trump dan Wakil Perdana Menteri China Liu He menandatangani kesepakatan perdagangan "fase satu" di Washington, D.C.
Sebagai hasil dari kesepakatan itu, secara teori ekspor Amerika ke China bakal naik menjadi USD263 miliar pada 2020 dan USD309 miliar pada tahun selanjutnya. Dua angka tersebut akan mewakili akselerasi penembusan rekor ekspor AS ke China.
Dikatakan, pemasok komoditas pertanian China tidak akan terpengaruh oleh kesepakatan perdagangan itu karena pembelian akan didasarkan pada prinsip-prinsip pasar, ungkap Wakil Perdana Menteri Liu He, menurut laporan dari   CCTV  , Kamis.
"Fase pertama ada di belakang kita dan memenuhi ekspektasi pasar," kata Tom Essaye, pendiri The Sevens Report, dalam sebuah catatan. "Sekarang pertanyaan yang sangat nyata adalah apakah fase pertama menghasilkan peningkatan dalam pertumbuhan ekonomi di depan kita, dan kebenarannya tidak jelas. Tidak ada dalam fase pertama yang secara khusus akan meningkatkan pertumbuhan global."
Tetapi Tom Martin, analis GLOBALT, mencatat fakta bahwa kesepakatan yang ditandatangani adalah "langkah awal untuk de-eskalasi yang sebenarnya" dari ketegangan perdagangan AS dan China.
"Saat ini kita memiliki banyak stabilitas di sejumlah bidang," kata Martin. "Beberapa hal yang tidak begitu stabil di pertengahan tahun lalu sudah stabil. Perdagangan dengan China adalah contoh yang bagus." (ef)

Sumber : Admin