Wall Street Terkapar Diterjang Gejolak China dan Kejatuhan Saham Apple
Tuesday, November 29, 2022       05:05 WIB

Ipotnews - Bursa ekuitas Wall Street terjerembab, Senin, setelah aksi protes di kota-kota besar China terhadap kebijakan ketat Covid-19 memicu kekhawatiran tentang pertumbuhan ekonomi, sementara Apple Inc jatuh di tengah ketakutan tentang pukulan terhadap produksi iPhone.
Saham raksasa teknologi yang berbasis di Cupertino, California kehilangan 2,6% dan sangat membebani indeks S&P 500, karena keresahan pekerja di pabrik iPhone terbesar dunia di China mengipasi kekhawatiran akan pukulan yang lebih dalam pada produksi ponsel tersebut yang sudah terhambat.
Indeks berbasis luas S&P 500 ditutup anjlok 1,54% atau 62,18 poin menjadi 3.963,94, demikian laporan  Reuters,  di New York, Senin (28/11) atau Selasa (29/11) pagi WIB.
Sementara, Nasdaq Composite Index merosot 1,58% atau 176,57 poin menjadi 11.049,50 poin, sedangkan Dow Jones Industrial Average melorot 1,45% atau 497,57 poin menjadi 33.849,46 poin.
Semua 11 indeks sektor S&P 500 turun, dipimpin kejatuhan real estat, menyusut 2,81%, dan kerugian energi 2,74%.
Dengan dua hari perdagangan tersisa di November, S&P 500 berada di jalur yang tepat untuk mencatat kenaikan sebesar 2,4% pada periode tersebut.
Protes yang jarang terjadi di sejumlah kota besar China selama akhir pekan lalu yang menentang pembatasan ketat nol-Covid di negara tersebut memperburuk kekhawatiran tentang pertumbuhan ekonomi terbesar kedua di dunia itu.
"Protes tersebut hanyalah bukti bahwa ini adalah semacam target bergerak di mana, apakah China akan terus berusaha untuk benar-benar membatasi penyebaran Covid?" kata Tom Hainlin, analis US Bank Wealth Management di Minneapolis.
"Atau akankah mereka memiliki lebih banyak pendekatan 'hidup bersama Covid' yang telah kita lihat di Amerika Serikat dan negara lain?"
"Kami pikir Covid itu sendiri dan kebijakan China adalah salah satu variabel kunci untuk 2023 yang akan memengaruhi harga saham dan investor," ujar Hainlin.
Saham Pinduoduo Inc melonjak 12,6% setelah platform e-commerce China itu mengalahkan perkiraan pendapatan kuartal ketiga, dibantu penguncian terkait Covid di negara tersebut yang memaksa konsumen berbelanja secara online. Saham perusahaan teknologi China lainnya yang melantai di bursa Wall Street juga menghijau, dengan Baidu dan Tencent Holdings masing-masing melesat lebih dari 2%.
Saham Amazon.com Inc naik 0,6% setelah laporan industri memperkirakan pengeluaran selama Cyber Monday, hari belanja online terbesar di Amerika Serikat, akan melesat sebanyaknya USD11,6 miliar.
Trading terlihat variatif di saham  heavyweight growth  lainnya, termasuk Microsoft Corp, Meta Platforms Inc, Nvidia Corp dan Tesla Inc.
Biogen Inc tergelincir menyusul laporan kematian selama studi klinis obat eksperimental Alzheimer-nya.
Saham perusahaan terkait  cryptocurrency  dan  blockchain , Coinbase Global Inc, Riot Blockchain Inc dan Marathon Digital Holdings Inc, masing-masing terperosok sekitar 4% setelah pengajuan kebangkrutan BlockFi, korban terbaru sejak keruntuhan FTX awal bulan ini.
Minggu ini, investor akan mencermati data kepercayaan konsumen Amerika periode November, yang dirilis Selasa; estimasi kedua pemerintah untuk produk domestik bruto kuartal ketiga, akan dirilis Rabu; dan nonfarm payrolls November diumumkan Jumat.
Volume di bursa Wall Street relatif ringan, dengan 9,3 miliar saham diperdagangkan, dibandingkan rata-rata 11,3 miliar saham selama 20 sesi sebelumnya. (ef)

Sumber : Admin