Wall Street Terperosok di Tengah Kekhawatiran Resesi Akibat Perang Dagang
Thursday, October 03, 2019       04:48 WIB

Ipotnews - Saham Wall Street terperosok, Rabu, setelah data ketenagakerjaan Amerika Serikat yang lesu semakin menambah kekhawatiran resesi di tengah konflik perdagangan AS-China.
Dow Jones Industrial Average turun 494,42 poin, atau 1,86% menjadi 26.078,68, demikian laporan   CNBC   dan  AFP , di New York, Rabu (2/10) atau Kamis (3/10) pagi WIB. Dow juga menembus di bawah pergerakan rata-rata 50 hari (MA 50-D) dan 100-hari, dua level teknikal yang diawasi oleh para pedagang.
Indeks berbasis luas S&P 500 kehilangan 1,79% atau 52,64 poin menjadi 2.887,61, jatuh di bawah MA 100-D setelah sektor teknologi anjlok 2%. Semua 11 sektor S&P 500 turun, dengan 10 dari mereka merosot setidaknya 1,2%.
Nasdaq Composite Index menyusut 1,56% atau 123,44 poin menjadi 7.785,25 karena perusahaan teknologi berkapitalisasi besar mengikuti kejatuhan pasar yang lebih luas. Amazon, Apple dan Alphabet--induk usaha Google--semua anjlok setidaknya 1,3%. Saham Microsoft juga turun 1,8%.
"Sekarang tampaknya jumlah waktu yang telah kita lalui dan ketidakmampuan kita untuk benar-benar mendapatkan kesepakatan perdagangan saat ini sangat memengaruhi pertumbuhan," kata Yousef Abbasi, Direktur INTL FCStone.
"Mentalitas bergeser dari 'apakah kita mendapatkan kesepakatan dagang dan bagaimana hal itu memengaruhi pertumbuhan' menjadi 'berapa lama lagi kita harus menunggu?'"
"Orang-orang sekarang tampaknya tertarik pada gagasan bahwa kita pada dasarnya melumpuhkan komunitas perusahaan dari berinvestasi," kata Abbasi.
Ekuitas turun pada hari kedua kuartal keempat setelah Institute for Supply Management mengatakan aktivitas manufaktur AS melambat pada September ke level terendah dalam lebih dari 10 tahun.
Perusahaan penggajian ADP memperkirakan Amerika menambah 135.000 pekerjaan sektor swasta pada September. Angka tersebut di bawah ekspektasi dan meningkatkan kecemasan menyusul data manufaktur yang dirilis sehari sebelumnya.
Faktor lain di balik penurunan hari ini termasuk kekhawatiran seputar Brexit tanpa kesepakatan dan kecemasan atas potensi tarif baru AS terhadap Eropa menyusul Organisasi Perdagangan Dunia yang menetapkan subsidi untuk Airbus yang memberikan jalan bagi Amerika untuk mengenakan pungutan baru.
Tidak lama setelah pasar tutup, Rabu, pejabat senior perdagangan AS mengumumkan tarif hukuman baru terhadap Uni Eropa mulai 18 Oktober.
Analis juga mengutip penurunan imbal hasil US Treasury, sering dianggap sebagai pertanda perlambatan ekonomi.
Analis Gorilla Trades, Ken Berman, mengatakan, kejatuhan pasar mencerminkan "meningkatnya kekhawatiran resesi," tetapi menambahkan bahwa laporan pekerjaan ADP masih menunjukkan pertumbuhan di sebagian besar sektor.
Nicholas Colas, salah satu pendiri DataTrek Research, mengatakan pasar "ingin melihat kemajuan nyata" dari perundingan perdagangan mendatang antara AS-China setelah data yang mengecewakan. "Pasar akan mencari komentar positif dari kedua belah pihak dan langkah nyata menuju kesepakatan segera setelah itu," katanya dalam sebuah catatan.
Pejabat China dan AS dijadwalkan bertemu di Washington minggu depan. Kedua belah pihak berperang sejak tahun lalu yang menggetarkan sentimen investor dan ekspektasi pertumbuhan ekonomi. (ef)

Sumber : Admin