Wall Street Tersengat Peringatan Chipmaker, Nasdaq Jatuh Lebih dari 1%
Wednesday, August 10, 2022       04:53 WIB

Ipotnews - Bursa ekuitas Wall Street tersungkur, Selasa, karena investor menavigasi sejumlah laporan keuangan perusahaan yang mengecewakan menjelang pembacaan inflasi utama.
Indeks berbasis luas S&P 500 ditutup turun 0,42% atau 17,59 poin menjadi 4.122,47, sedangkan Nasdaq Composite Index anjlok 1,19% atau 150,53 poin menjadi 12.493,93, demikian laporan   CNBC  dan  Reuters,  di New York, Selasa (9/8) atau Rabu (10/8) pagi WIB.
Sementara itu, Dow Jones Industrial Average melemah 58,13 poin, atau 0,18%, menjadi ditutup pada posisi 32.774,41.
Kejatuhan itu terjadi setelah paberikan chip memori, Micron, memperingatkan bahwa pendapatannya mungkin tidak sesuai dengan panduan sebelumnya karena "faktor makroekonomi dan kendala rantai pasokan." Sahamnya merosot lebih dari 3%.
Ini adalah pekan yang berat bagi produsen chip. Senin, panduan pendapatan yang lebih lemah dari perkiraan yang diumumkan Nvidia membebani sektor tersebut, dan sahamnya melanjutkan pelemahan pada sesi Selasa.
"Ini adalah dua pemain besar yang menurut saya investor berada dalam posisi yang lebih baik untuk menavigasi beberapa masalah rantai pasokan baru-baru ini. Saya pikir ada kekhawatiran bahwa ini benar-benar akan membebani teknologi," kata Ed Moya, analis Oanda.
S&P 500 menghijau selama tiga pekan berturut-turut, tetapi musim laporan keuangan menampilkan peringatan permintaan dari sejumlah eksekutif perusahaan kakap. Investor mengamati dengan cermat untuk menentukan bagaimana perjuangan Federal Reserve melawan inflasi beriak melalui ekonomi.
"Semua yang kita dapatkan adalah [menunjukkan] bahwa inflasi memiliki dampak yang jauh lebih keras terhadap outlook perusahaan Amerika, dan itulah mengapa saya pikir pasar ini akan sulit untuk terus membeli ekuitas," papar Moya.
Di luar chip, sepasang saham yang terdaftar di Nasdaq juga terpukul. Novavax merosot hampir 30% setelah memangkas panduan pendapatan setahun penuh karena permintaan yang buruk untuk vaksin Covid-nya. Upstart melorot lebih dari 11% setelah perusahaan  consumer lending  itu melaporkan laba dan pendapatan kuartal kedua di bawah ekspektasi.
Kini, investor menantikan data terbaru dari indeks harga konsumen Juli, yang akan dirilis Rabu. Laporan tersebut diperkirakan menunjukkan sedikit perlambatan inflasi, sebagian berkat penurunan harga minyak, yang dapat menginformasikan pasar tentang langkah selanjutnya bagi Federal Reserve.
Menurut  Dow Jones,  IHK Juli diperkirakan naik 0,2% (dalam basis bulanan), atau 8,7% (year-on-year), dibandingkan 1,3%, dan 9,1% pada Juni. Tidak termasuk makanan dan energi, IHK diprediksi naik 0,5%, turun dari 0,7%. Inflasi inti (y-o-y) diperkirakan mencapai 6,1%, naik dari 5,9% pada Juni.
"Semua orang bersiap untuk berita yang cukup baik, jadi itu harus menjadi berita baik. Jika tidak sebagus yang dipikirkan orang, itu akan menjadi berita buruk yang luar biasa," kata Mark Zandi, Kepala Ekonom Moody's Analytics.
Pasar memperkirakan laporan inflasi memberikan petunjuk tentang seberapa agresif yang dibutuhkan Federal Reserve dalam perjuangannya melawan inflasi. Namun, pasar mencatat ada laporan ketenagakerjaan dan IHK lain untuk Agustus menjelang pertemuan The Fed berikutnya pada September.
Menambah kekhawatiran pasar tenaga kerja yang ketat dan inflasi yang tidak terkendali, data yang dirilis Selasa menunjukkan akselerasi  unit labor cost  pada kuartal kedua, yang menunjukkan tekanan upah yang kuat akan membantu menjaga inflasi tetap tinggi.
Biaya  unit labor  - harga tenaga kerja per unit output tunggal - naik pada tingkat 10,8%, mengikuti tingkat pertumbuhan 12,7% pada kuartal pertama, kata Departemen Tenaga Kerja.
"Kita masih melihat peningkatan tekanan upah, menggunakan data ketenagakerjaan Jumat lalu sebagai ukuran," kata Jimmy Chang, Chief Investment Officer Rockefeller Global Family Office.
Chang tetap berhati-hati tentang prospek pasar. "Saya tidak berpikir itu akan menjadi serangkaian angka yang akan mengubah arah kebijakan Fed."
Inflasi saat ini terutama didorong oleh pasokan, sehingga pedoman tradisional bank sentral tentang pengetatan suku bunga guna membatasi permintaan tidak akan seefektif siklus sebelumnya, tutur Jean Boivin, Kepala BlackRock Investment Institute.
"Kita akan melihat bank sentral dikejutkan oleh inflasi. Mereka harus terdengar  hawkish  di belakang ini," kata Boivin.
Presiden Joe Biden menandatangani RUU untuk memberikan subsidi USD52,7 miliar bagi produksi dan penelitian semikonduktor Amerika, sebuah langkah yang memperoleh dukungan bipartisan guna memerangi investasi China di bidang teknologi.
"Ini benar-benar telah didiskon," kata Michael Shaoul, CEO Marketfield, tentang mengapa saham chip tidak terpengaruh oleh RUU tersebut.
Meski mulai pulih kembali, S&P 500 tercatat merosot 13,5% tahun ini setelah mencapai rekor tertinggi pada awal Januari, karena lonjakan harga konsumen, bank sentral yang  hawkish,  dan ketegangan geopolitik membebani sentimen.
Laba yang lebih kuat dari perkiraan dari perusahaan Amerika menjadi positif, dengan 77,5% perusahaan S&P 500 mengalahkan perkiraan laba, menurut data Refinitiv.
Occidental Petroleum melambung 4,0% setelah Berkshire Hathaway meningkatkan kepemilikannya menjadi 20,2% dari saham yang beredar. Harga saham Occidental melejit lebih dari dua kali lipat tahun ini. (ef)

Sumber : Admin