Wall Street Terguncang Aksi Jual Saham Teknologi, Nasdaq Merosot Hampir 2%
Wednesday, May 05, 2021       05:08 WIB

Ipotnews - Nasdaq berakhir melemah tajam, Selasa, karena investor membuang saham pertumbuhan  megacap  untuk mencari perlindungan di bagian pasar yang lebih defensif, di tengah kekhawatiran kenaikan suku bunga dan ketidakpastian terkait laporan ketenagakerjaan yang segera dirilis.
Tekanan pada beberapa perusahaan teknologi terbesar di dunia mengirim Nasdaq Composite Index anjlok 1,88% atau 261,61 poin menjadi 13.633,50, untuk mencatat hari terburuknya sejak Maret, demikian laporan   CNBC   dan  Reuters,  di New York, Selasa (4/5) atau Rabu (5/5) pagi WIB.
Indeks berbasis luas S&P 500 ditutup 0,67% lebih rendah atau -28,00 poin menjadi pada 4.164,66 setelah merosot 1,5% pada level terendahnya.
Apple, perusahaan publik terbesar di Amerika Serikat, merosot 3,5%. Induk usaha Google, Alphabet, kehilangan 1,6%, Facebook melorot 1,3% dan pabrikan mobil listrik Tesla turun 1,7%. Investor juga tidak mengampuni produsen  chip,  dengan Nvidia dan Intel masing-masing menyusut 3,3% dan 0,6%.
Sementara, Dow Jones Industrial Average mengakhiri sesi di zona hijau berkat kinerja yang kuat Dow Inc dan Caterpillar. Indeks 30 saham unggulan itu ditutup menguat 19,8 poin, atau 0,06%, menjadi 34.133,03 setelah turun lebih dari 300 poin pada satu titik.
Alasan penurunan tersebut bervariasi, tetapi analis mengutip kekhawatiran tentang kenaikan inflasi, ketakutan Federal Reserve mungkin harus mengurangi stimulus moneter lebih awal ketimbang prediksi sebelumnya, dan potensi kenaikan pajak pada bulan-bulan mendatang.
Wall Street mencapai posisi terendahnya pada hari itu setelah komentar Menteri Keuangan Janet Yellen bahwa suku bunga mungkin harus naik untuk menghindari ekonomi mengalami  overheating. 
Komentar tersebut semakin memperburuk aksi jual di sektor teknologi, karena investor khawatir suku bunga yang lebih tinggi akan membebani valuasi perusahaan yang sedang berkembang.
"Mungkin suku bunga harus naik sedikit untuk memastikan bahwa ekonomi kita tidak terlalu panas, meski pengeluaran tambahan relatif kecil dibandingkan ukuran ekonomi," kata Yellen dalam komentar yang direkam di sebuah acara virtual oleh The Atlantic.
Analis ISI Evercore, Dennis DeBusschere, mengatakan meski pergerakan suku bunga yang moderat pada sesi Selasa mungkin bukan sirene yang keras bahwa investor khawatir tentang The Fed, dia tetap meyakini kekhawatiran akan  tapering  memainkan peran.
"Yang terbaik yang dapat kami sampaikan bahwa kekhawatiran pasokan adalah masalah utama bagi investor dan inflasi/ekspektasi inflasi menjadi tekanan," papar dia.
"Meski Fed futures memperhitungkan laju kenaikan suku bunga yang jauh lebih cepat versus apa yang diinginkan The Fed...bukan itu ceritanya hari ini (Selasa). Kisahnya adalah inflasi dan angka pertumbuhan yang lebih kuat yang mengarah ke lebih banyak inflasi mengingat kendala pasokan dan apa artinya bagi ekuitas."
Kekhawatiran sisi penawaran DeBusschere bergabung dengan semakin banyak eksekutif dan investor yang mengatakan kenaikan harga input mulai mengikis margin keuntungan.
Warren Buffett, CEO Berkshire Hathaway, mengatakan selama pertemuan tahunan perusahaannya, akhir pekan lalu, bahwa dia melihat "inflasi yang sangat besar" dan perusahaannya menaikkan harga.
Perusahaan lain, seperti Clorox, mengatakan dalam laporan keuangan baru-baru ini bahwa harga yang mereka bayarkan untuk bahan baku yang digunakan untuk membuat produk mereka meningkat, dan pada akhirnya dapat diteruskan ke konsumen. Harga komoditas, dari kayu hingga jagung dan paladium, melonjak dalam beberapa bulan terakhir.
Yang lain mengatakan bahkan laporan keuangan yang menggembirakan tidak dapat memadamkan ketakutan pasar. Meski melemah pada sesi Selasa, S&P 500 masih mencatatkan kenaikan lebih dari 10% sepanjang tahun ini.
"Kita telah melalui periode dua hingga tiga pekan yang melihat berita yang sangat baik ternyata hanya mendapatkan sedikit reaksi pasar, atau bahkan tidak ada reaksi," papar Art Hogan, Kepala Strategi Pasar di National Securities. "Investor merasa tidak nyaman di level tertinggi baru, dan ada 25 level tertinggi yang baru untuk S&P 500 sepanjang tahun ini."
Tujuh dari sebelas sektor utama S&P 500 turun pada sesi Selasa, dengan teknologi, jasa komunikasi, dan  consumer discretionary,  melemah paling tajam.
"Wall Street tidak akan mengetahui apakah The Fed membuat kesalahan kebijakan sampai beberapa bulan kemudian dan itu membuat sejumlah  trader  gugup," kata Edward Moya, analis Oanda.
"Setelah laporan penggajian non-pertanian, Jumat, investor akan melihat jalur yang jelas bagi perekonomian Amerika untuk memulihkan lapangan kerja yang hilang akibat Covid."
Sementara itu, saham Pfizer menguat setelah hasil kuartalan yang mengalahkan ekspektasi dan menaikkan pedoman 2021. Saham CVS Health melonjak 4,4% setelah jaringan apotek dan perusahaan asuransi itu juga menaikkan pedomannya.
United States Steel melambung 7,9% setelah Credit Suisse meng- upgrade  sahamnya menjadi  outperform  dari  underperform,  mengatakan lonjakan harga baja semakin menegaskan bahwa industri tersebut berada dalam "super cycle." (ef)

Sumber : Admin