Optimis Pasar Jelang Perundingan AS-China Angkat Mayoritas Bursa Asia
Tuesday, August 11, 2020       16:13 WIB

Ipotnews - Mayoritas mata uang dan bursa saham Asia mengalami penguatan pada penutupan Senin sore (11/8). Penguatan ditopang oleh meningkatnya optimisme investor menjelang perundingan perdagangan antara AS dengan China pada akhir pekan ini.
Bursa Asia yang tercatat mengalami penguatan terbesar adalah Jepang, India, Indonesia, Fillipina, Korea Selatan, dan Thailand. Bursa Asia yang melemah adalah China, Malaysia, Singapura dan Taiwan, demikian laporan dari Reuters di Bengaluru.
Penguatan terbesar dialami Jepang 1,88% dan Thailand 1,57%. Bursa saham Indonesia tercatat menguat 0,63%. Sementara yang mengalami pelemahan terbesar adalah China -1,22% dan Taiwan -0,88%.
Pada saat yang sama, mata uang Asia yang mengalami penguatan pada sore ini ini antara lain yuan, rupee, peso, won, dolar Taiwan, dan baht. Mata uang Asia yang melemah sore ini adalah yen, rupiah, ringgit dan Dolar singapura.
Penguatan terbesar dialami dolar Taiwan dan peso masing-masing 0,39% dan 0,13%. Sementara pelemahan terbesar dialami rupiah -0,38% dan yen -0,24%.
Presiden AS Donald Trump memicu ketegangan dengan Beijing pada pekan lalu, setelah memberlakukan larangan secara luas pada perusahan AS untuk bertransaksi dengan perusahaan China pemilik platform video sosial TikTok dan aplikasi percakapan WeChat. Tetapi pasar di seluruh Asia relatif optimis menjelang pembaruan kesepakatan perdagangan Fase 1 AS-China akhir pekan ini.
"Meskipun ada serangan yang langsung kepada perusahaan media sosial China, TikTok dan WeChat - dan kini menghadapi larangan di AS setelah keluarnya perintah eksekutif Trump - solusi komersial dapat mencegah terjadinya benturan politik," tulis analis Mizuho dalam catatan kliennya, dikutip dari Reuters, Selasa.
Analis Mizuho juga berpendapat bahwa sanksi AS terhadap pejabat China, termasuk Pemimpin Eksekutif Hong Kong, Carrie Lam, meskipun kemungkinan akan menimbulkan beberapa pembalasan, tidak akan menimbulkan konfrontasi habis-habisan antara AS dengan China.
Di lapangan, kondisi perekonomian dua negara terbesar kedua di dunia tersebut juga menunjukkan tanda-tanda pemulihan yang menggembirakan, setelah mampu keluar dari penguncian yang disebabkan oleh virus korona lebih awal dari kebanyakan perkiraan. Hanya sejumlah data dari wilayah lain masih menunjukkan kondisi yang suram.
Thailand dan Korea Selatan menjadi negara berkembang di Asia yang pasar sahamnya menguat terbesar, disertai mata uang yang juga menguat. Hal ini merupakan dampak dari membaiknya sentimen global setelah dalam beberapa hari terakhri perekonomian China terlihat mulai kembali bangkit, disertai dengan meningkatnya arus modal asing yang masuk lebih lanjut.
Di Bangkok, bursa saham menguat 1,57%. Sementara di Seoul, bursa saham menguat 1,35%, setelah investor mengabaikan data ekspor Korsel pada awal Agustus yang menunjukkan penurunan dua digit, demi mendapatkan keuntungan sehinggga mengalami penguatan dalam tujuh sesi terakhirberturut-turut.
Bursa saham Filipina naik sekitar 0,81% , sementara Thailand yang perekonomiannya juga berfokus pada perdagangan mengalami kenaikan sekitar 1,07%. "Pasar Asia secara luas telah mengalami dampak positif dari penguatan Wall Street, "kata Jingyi Pan, ahli strategi ritel online platform perdagangan IG di Singapura, dikutip dari Reuters, Selasa.
Dengan menurunnya volume perdagangan global yang tertekan oleh liburan musim panas di New York dan London, sebagian besar mata uang Asia akhirnya juga menguat terhadap dolar, meskipun data ekonomi Asia beberapa negara Asia menyajikan kenyataan yang suram.
Ekspor dan impor Korea Selatan keduanya berkontraksi sekitar 24% dalam 10 hari pertama bulan Agustus dibandingkan tahun lalu. Sementara pertumbuhan ekonomi kuartal II Singapura turun sebesar 42,9% (qtq), penurunan ini lebih buruk dibandingkan estimasi Pemerintah Singapura. Pasar Singapura, setelah sempat libur pada hari Senin (10/8), transaksi perdagangan hari ini relatif tenang, naik hanya 0,21%.
Singapura, bagaimanapun, diperkirakan mengalami pemulihan ekonomi yang lambat, dimana PDB 2020 diprediksi berkontraksi antara 5% dan 7%, menurun antara 4% hingga 7% dibandingkan tahun sebelumnya.
Peringatan akan lambatnya pemulihan ekonomi negara kota tersebut muncul Barnabas Gan, seorang ekonom di UOB. Ia memperingatkan bahwa ketegangan geopolitik dan perang dagang AS China akan menjadi hambatan utama bagi pemulihan ekonomi Singapura di Semester II 2020.
Setelah libur pada hari Senin, pasar saham Singapura kehilangan momentum pada sore hari ini dan melemah sebesar 0,85%. (Adhitya)

Sumber : Admin