Saham Siklikal akan Pimpin Kenaikan Pasar, Seiring Pemulihan Ekonomi: JP Morgan
Friday, March 12, 2021       15:04 WIB

Ipotnews - Bank investasi JPMorgan mengekspektasikan saham-saham siklikal akan memimpin kenaikan pasar ke level lebih tinggi dalam jangka menengah hingga panjang, seiring dengan perbaikan siklus bisnis.
"Anda akan melihat saham siklikal dan saham yang lebih defensif melanjutkan reli setelah kita melewati periode penyesuaian ini," kata James Sullivan, kepala riset ekuitas Asia ex-Jepang, JPMorgan, seperti dikutip CNBC , Jumat (12/3).
Saham siklikal adalah saham perusahaan yang bisnis dasarnya cenderung mengikuti siklus ekspansi dan resesi ekonomi. Beberapa di antaranya mencakup sektor-sektor seperti keuangan, energi, dan industri. Saham defensif - seperti layanan kesehatan dan kebutuhan pokok konsumen - biasanya memberikan pendapatan dan dividen yang konsisten terlepas dari kondisi pasar saham.
Pasar saham global bergejolak dalam beberapa pekan terakhir karena imbal hasil obligasi naik, didorong oleh optimisme dalam peluncuran vaksin untuk Covid-19 dan dimulainya kembali belanja konsumsi.
Langkah tersebut memicu ekspektasi inflasi yang lebih tinggi dan investor khawatir hal itu akan mendorong bank sentral untuk menaikkan suku bunga. Suku bunga yang lebih tinggi dapat menekan harga saham dengan valuasi yang relatif tinggi.
Kekhawatiran suku bunga juga mempercepat rotasi pasar - karena investor mencairkan dananya dari saham teknologi dan pertumbuhan yang valuasinya sudah mahal, dan memindahkannya ke sektor siklikal seperti keuangan, energi, dan industri. Indeks saham global telah mengalami  rebound  dalam beberapa sesi terakhir, tetapi analis masih memperkirakan kondisi pasar akan tetap bergejolak.
"Apa yang telah kita lihat adalah  rebound  yang sangat, sangat tajam dalam valuasi, Anda kemungkinan akan melihat lonjakan pertumbuhan sebagai akibat dari ekstremitas pergerakan pasar itu," kata Sullivan kepada "Street Signs Asia", CNBC .
"Namun, untuk jangka menengah hingga jangka panjang, kita masih aakan melihat saham-saham siklikal dan defensif memimpin pasar ini lebih tinggi," Sullivan menambahkan.
Sullivan menjelaskan, kurva imbal hasil yang curam positif bagi keseluruhan profitabilitas lembaga keuangan besar. Ia menambahkan bahwa bank investasi cenderung  overweight  terhadap sektor perbankan dan asuransi. Perusahaan keuangan biasanya mendapat keuntungan dari kenaikan suku bunga karena meningkatkan margin keuntungan mereka.
Kurva imbal hasil yang curam terjadi ketika suku bunga untuk obligasi berjangka panjang naik lebih cepat daripada suku bunga untuk obligasi berjangka pendek, dan biasanya menunjukkan bahwa investor mengekspektasikan kenaikan inflasi dan pertumbuhan ekonomi yang lebih kuat.
Menurut Sullivan, JPMorgan juga menilai positif saham-saham konsumer. "Kami melihat tren konsumsi yang sangat kuat secara keseluruhan," katanya. Sebagai hasilnya, JP Morgan "akan menjadi positif pada sektor keuangan dan konsumer."
Ketika ekonomi di seluruh dunia dibuka kembali, pengeluaran konsumsi diperkirakan akan berlanjut didukung oleh prospek pertumbuhan yang lebih baik dan langkah-langkah stimulus. Presiden Joe Biden menandatangani suda paket bantuan virus korona senilai USD1,9 triliun, Kamis, yang akan memberikan uang tunai ke warga AS.
Saham teknologi adalah penerima manfaat besar di pasar tahun lalu karena pandemi virus korona membuat pertumbuhan global keluar jalur karena penguncian yang lama di seluruh dunia. Investor dan pedagang, yang biasanya beralih ke aset yang tidak terlalu berisiko untuk mengatasi volatilitas pasar, mengalirkan uang ke saham teknologi dan perangkat lunak yang diuntungkan dari penguncian.
"Kepemimpinan saham teknologi secara keseluruhan di pasar menjadi ekstrem tahun lalu," kata Sullivan. Meskipun terjadi aksi jual beberapa saham perusahaan teknologi baru-baru ini, "kami melihat valuasinya sudah cukup tinggi."
Argumen JPMorgan adalah bahwa dalam ruang teknologi, investor harus keluar dari nama platform dan pindah ke perusahaan yang menjual perangkat lunak sebagai layanan dan ke ruang semikonduktor karena kelangkaan chips secara global .
"Kami belum cukup melihat platform besar yang memimpin pasar lebih tinggi selama sisa tahun ini," ujar Sullivan. ( CNBC )

Sumber : admin