News & Research

Reader

Aksi Profit Taking dan Jumlah Kasus Covid-19 Jadi Penekan, Rupiah Melemah Tipis di Penutupan
Tuesday, November 24, 2020       16:45 WIB

Ipotnews - Menjelang sembilan bulan virus corona melanda Indonesia, jumlah kasus virus corona telah menembus 500 ribu kasus. Ini menjadi salah satu sentimen yang menekan mata uang Garuda terdepresiasi pada hari ini, Selasa (24/11). Faktor penekan lain, penguatan rupiah yang cukup besar dalam beberapa pekan terakhir memicu aksi ambil untung (profit taking).
Mengutip data Bloomberg, Selasa (24/11) dalam penutupan sore, kurs rupiah akhirnya ditutup pada level Rp14.155 per dolar AS. Posisi tersebut melemah 6 poin atau 0,04% dibanding penutupan perdagangan pasar spot pada Senin sore (23/11) di level Rp14.149 per dolar AS.
Analis Pasar Uang PT Bank Mandiri Tbk, Reny Eka Putri, mengatakan kasus virus corona di Indonesia menunjukkan perkembangan mengkhawatirkan dalam beberapa hari terakhir. "Pelaku pasar atau investor cemas ini akan kembali menghambat upaya pemulihan ekonomi Indonesia," kata Reny Eka Putri saat dihubungi Ipotnews.
Sebagaimana diketahui, kasus pertama COVID-19 diumumkan RI pertama kali pada 2 Maret 2020, 2 orang WNI positif diketahui dari hasil kontak tracing WN Jepang yang ada di Malaysia usai bertemu di Indonesia. Kini kasus positif corona semakin meningkat sejak awal kasus Corona terkonfirmasi di RI. Saat ini menjelang sembilan bulan kasus Corona di RI, total kasus positif COVID-19 di Indonesia sudah menembus 500 ribu atau setengah juta kasus.
Selain itu belum ada data domestik lain yang menopang munculnya sentimen positif bagi rupiah. Data perekonomian Indonesia sudah banyak dipublikasikan pada awal dan pertengahan bulan ini.
Kurs rupiah juga sudah mengalami penguatan cukup besar selama beberapa waktu pasca kemenangan Joe Biden dalam pilpres AS. "Jadi koreksi tipis pelemahan rupiah hari ini juga karena aksi profit taking investor," jelas Reny.
Penunjukan mantan Gubernur The Federal Reserve, Janet Louise Yellen, sebagai Menteri Keuangan AS, menurut Reny belum berpengaruh besar. Pasalnya belum ada pengumuman resmi dari Joe Biden, baru sebatas wacana. "Sehingga pelaku pasar belum terlalu meresponnya," tutup Reny.(Adhitya)

Sumber : admin

powered by: IPOTNEWS.COM