Ipotnews - Harga minyak melambung lebih dari 2%, Kamis, karena produsen menilai dampak pada output di Teluk Meksiko Amerika setelah Badai Francine menerjang wilayah produksi minyak lepas pantai sebelum diturunkan statusnya menjadi badai tropis.
Lebih dari 730.000 barel per hari, atau hampir 42%, dari output minyak Teluk Meksiko menguap karena badai Francine, Kamis, ungkap Bureau of Safety and Environmental Enforcement Amerika.
Minyak mentah berjangka West Texas Intermediate, patokan Amerika Serikat, ditutup melesat USD1,66 atau 2,5%, menjadi USD68,97 per barel, demikian laporan Reuters, di New York, Kamis (12/9) atau Jumat (13/9) pagi WIB.
Sementara, patokan internasional, minyak mentah berjangka Brent, melejit USD1,36 atau 1,9%, menjadi USD71,97 per barel.
Kedua kontrak tersebut melonjak lebih dari 2% pada penutupan Rabu, karena perusahaan mengevakuasi anjungan lepas pantai akibat Francine. Gangguan tersebut diperkirakan mengurangi produksi bulan ini dari Teluk Meksiko sekitar 50.000 barel per hari, kata analis UBS.
Namun, beberapa analis memperingatkan bahwa dampak Badai Francine bisa berlangsung singkat, karena badai itu kehilangan intensitasnya dengan cepat setelah menghantam daratan Louisiana, Rabu malam. "Hal itu bisa mengalihkan perhatian pasar minyak kembali ke kurangnya permintaan global," ujar Alex Hodes, analis StoneX.
Pelabuhan ekspor minyak dan bahan bakar dari selatan hingga sentral Texas dibuka kembali, Kamis, dan pengilangan minyak juga mulai beroperasi.
Kekhawatiran tentang lemahnya permintaan minyak global, terutama dari importir utama China, membebani harga dalam beberapa bulan terakhir. Harga Brent ditutup mendekati level terendah tiga tahun, Selasa, setelah kelompok produsen OPEC + memangkas perkiraan pertumbuhan permintaan tahunannya untuk bulan kedua berturut-turut.
Badan Energi Internasional, Kamis, menurunkan proyeksi pertumbuhan permintaan 2024 lebih dari 7% menjadi 900.000 barel per hari, dengan alasan permintaan yang lemah di China, dan pertumbuhan yang lambat di wilayah lain.
Amerika, konsumen minyak terbesar, juga menunjukkan tanda-tanda permintaan yang lemah. Persediaan minyak mentah meningkat di negara itu, pekan lalu, karena impor minyak mentah meningkat, ekspor menurun dan permintaan bahan bakar merosot, menurut data dari Badan Informasi Energi (EIA), Rabu.
Harga bensin Amerika menuju titik terendah dalam tiga tahun karena permintaan yang lemah dan pasokan yang melimpah, tutur sejumlah analis. Konsumsi bensin AS mewakili hampir 9% dari permintaan minyak global.
Pelaku pasar juga mencermati krisis selama seminggu atas kendali bank sentral Libya, yang menyebabkan penurunan output dan ekspor minyak dari negara itu. Kesepakatan awal dicapai pekan lalu untuk menyelesaikan krisis tersebut, tetapi situasinya masih belum pasti.
Analis FGE mengatakan produksi minyak mentah di Libya mulai pulih kembali dan loading ekspor dilanjutkan, tetapi memperingatkan pemulihan penuh masih belum pasti. (ef)
Sumber : Admin
powered by: IPOTNEWS.COM